'Tempat Pemakaman Umum', di sini lah Lio dan Youra berada. Youra tak tahu mengapa Lio mengajaknya ke TPU. Youra sedari tadi hanya diam saja memperhatikan gerak-gerik Lio.
Lio berjongkok menatap gundukan tanah itu, dengan memegang setangkai mawar merah di tangannya. Ia mengambil bunga mawar yang sudah kering bersandar pada batu nisan tersebut, kemudian membuangnya.
Lio tersenyum menatap ke arah batu nisan itu. Sementara Youra menatapnya dengan bingung. "Gue ke sini lagi buat jenguk lo." Lio meletakkan bunga mawar merah itu bersandar pada batu nisan yang ada di depannya.
"Deiji Amaranggana. Lahir pada tanggal 21 Januari 2006. Wafat pada tanggal 06 November 2018. " Youra membaca tulisan yang terukir pada batu nisan tersebut.
"Sini." Lio menarik tangan Youra untuk ikut berjongkok di sampingnya. "Dia sahabat semasa kecil gue," ucap Lio, setelah Youra ikut berjongkok.
Lio menghembuskan nafas kasarnya. "Gue gak bisa lama-lama di sini sekarang. Gue harus anterin Youra ke rumahnya. Bulan depan, gue mampir lagi nanti ke sini." Lio mengusap-usap baru nisan itu dengan lembut.
Lio kembali berdiri dan Youra pun mengikutinya. Youra tak ingin banyak bertanya karena waktu dan suasananya yang tidak mendukung. Ia hanya terus berjalan mengikuti langkah kaki Lio yang ada di depannya.
Lio kembali mengendarai sepeda motornya itu membelah jalanan Cirebon, dengan Youra yang ada di belakang nya. Lio sesekali melihat ke arah kaca spion untuk memastikan bahwa Youra baik-baik saja. Sementara Youra hanya diam menikmati udara malam yang dingin menerpa tubuh nya.
"Tadi Deiji." Lio membuka suaranya saat ia dan Youra duduk di salah satu kursi taman yang letaknya tak jauh dari rumah Youra.
Youra mengalihkan perhatiannya dengan menatap ke arah Lio. "Tadi itu Deiji, sahabat masa kecil gue. Dia meninggal karena kecelakaan." Lio menundukkan kepalanya.
Lio kembali memutar ingatannya yang dulu. "Waktu itu, dia mau balik ke Bandung karena Papanya ada urusan pekerjaan. Dia sama orang tuanya jadi korban kecelakaan, karena ada truk yang rem nya bocor. Truk itu langsung tabrak badan mobil yang dikendarai Papanya Deiji. Mama dan Papa Deiji hanya luka-luka, sementara Deiji langsung tak sadarkan diri, karena dia duduk di kursi belakang sendiri. Deiji sempat di bawa ke rumah sakit, dan keadaan dia kritis. Selama tiga hari dia koma, dan kemudian dia pergi buat selama-lamanya." Youra mengusap-usap pundak Lio, dengan mencoba menenangkannya.
Terlihat Lio meneteskan air matanya. "Terus, kenapa dia di makamkan di sini?" tanya Youra.
Lio menatap ke arah Youra, saat sebelumnya ia mengusap air matanya. "Dia di sini karena memang Kakek dan Neneknya juga di makamkan di sini. Papanya ke Bandung hanya karena urusan pekerjaan." Youra pun hanya mengangguk.
"Dulu gue sempet liat lo sama cewek," ucap Youra tiba-tiba dan membuat Lio langsung menatap ke arahnya.
"Cewek?" Lio mengerutkan keningnya. "Iya, cewek. Dia kayaknya lebih muda dari kita deh," ucap Youra.
"Lebih muda? Kapan?" Lio di buat bingung oleh Youra. "Gak tau. Lupa. Udah, lupain aja."
"Bentar. Kayaknya itu Chika, deh, soalnya gue cuma bonceng lo, Mama, sama Zhya, dan kalo itu bukan Zhya ya udah pasti itu Chika. Dia adiknya Barra, dia lebih muda dua tahun dari kita." Lio kembali mengingat pada saat ia mengantarkan Chika, menggantikan Barra.
Youra kemudian hanya mengangguk, dan tak terlalu ingin ia pikirkan. Karena kejadian itu pun sudah lama, dan lagi pula itu hanya adiknya Barra saja.
Lio menatap ke arah Youra. "Sekarang masalahnya udah selesai, 'kan?" tanya Lio.
Youra balik menatap ke arah Lio. "Terus?" Youra justru menaikkan satu alisnya.
Lio menghembuskan nafas kasarnya. "Lo udah suka belum sama gue?" Lio berkata demikian karena ia ingin tau bagaimana perasaan Youra terhadap nya.
Lio menatap lembut pada Youra. Ia memposisikan tubuhnya lurus menghadap pada Youra. Lio menarik kedua tangan Youra dan menggenggamnya. "Gue mau terus beliin lo es krim coklat, gue mau terus temenin lo keliling pasar malam, gue mau terus ada di sisi lo buat jagain lo dari semua yang mau ganggu lo. Jadi, buat gue bisa lakuin itu semua, tolong buka sedikit pintu hati lo buat gue." Darelio menatap penuh harap.
Kalimat itu terucap begitu saja pada mulutnya yang mampu membuat darah Youra berdesir dengan hebat. Yang mampu membuat Youra merasakan adanya kupu-kupu yang beterbangan di dalam perut Youra. Ia tak tahu harus berbuat apa. "Gue... . Gue gak bisa, Yo." Youra melepaskan tangannya dari genggaman Lio.
Youra menatap lurus ke depan. "Gue gak bisa sama lo. Gue belum ada perasaan buat lo." Youra kembali menatap ke arah Lio. "Maaf."
Lio hanya bisa menatap sendu pada Youra. "Ra, gue udah ceritain semuanya tentang gue ke lo."
Youra menggeleng. "Gak, Yo. Gue tau kalo lo itu cuma jadiin gue sebagai bayang-bayang Deiji aja. Gue tau semua, Yo."
Lio menatap ke arah wajah Youra dengan tak percaya. "Percaya sama gue, Ra. Gue gak gitu. Gue udah lupain Deiji sebelum lo hadir di hidup gue."
"Percaya? Lupain?" Youra langsung menyanggah ucapan Lio. "Lo salah, Yo! Lo pikir gue gak tau sama apa yang terjadi? Lo pikir gue bodoh, apa? Gak! Gue tau, Yo!" Youra langsung bangun dari duduknya dan pergi meninggalkan Lio.
Lio hanya diam menatap kepergian Youra. Matanya yang memerah, dan tangannya yang bergetar. Ia diam dengan sorot matanya yang sendu. Pikirannya kacau tak tahu apa yang di maksud dengan perkataan Youra. Lio mengacak rambutnya frustasi. "Apa maksud tadi? Youra kenapa bilang gitu?"
***Youra tiba di rumah nya, dan langsung masuk ke dalam kamarnya. Ia membuka lemari yang ada di samping meja belajarnya. Ia melihat kembali dua buah box berwarna merah dan hitam di sana. Ia mengambil box hitam itu dan membukanya.
Youra mengambil sebuah gelang berwarna merah dengan sebuah manik berbentuk ukiran elang yang sedang mengepakkan kedua sayapnya. "Darren." Youra mengelus gelang tersebut, dengan air matanya yang sudah menggenang, kemudian luruh begitu saja melewati pipinya.
"Gue harap Kak Gery bisa balas perbuatannya Dhaffa." Youra kembali menutup box tersebut, dan meletakkannya kembali di dalam lemari. Sementara gelang yang tadi ia ambil, ia kembali memakainya setelah sekian lama.
Kak Gery
Lo gak mau ke sini?
Otw.
Setelah Youra membalas isi pesan itu, ia pun mengganti pakaiannya dengan baju kaus berwarna hitam, dan mengenakan jeans. Ia juga mengambil sebuah jaket kulit berwarna hitam, kemudian ia memakainya.
Youra mengambil sebuah kunci motor yang berada di atas lemari. Ia pergi dari dalam kamarnya menuju gudang yang ada di halaman belakang rumah nya. Youra membuka kunci gembok pada pintu gudang tersebut, kemudian ia melangkahkan kakinya masuk ke dalamnya, di sana terlihat satu sepeda motor sport berwarna hitam.
Youra mengambil helm full face berwarna hitam di atas jok motor tersebut, kemudian memakainya. Ia menuntun sepeda motor itu keluar dari dalam gudang, berharap agar Mamanya tak mengetahui keberadaannya. Ia kembali menutup dan mengunci pintu gudang itu, setelah ia berhasil mengeluarkan sepeda motornya.
Ia berjalan lumayan jauh dari halaman belakang rumahnya itu, sambil menuntun sepeda motornya. Youra menaiki motornya itu, kemudian menghidupkan mesin motornya. Satu tarikan gas motor, membawa Youra melaju dengan kebisingan dari knalpot motor tersebut.

KAMU SEDANG MEMBACA
It's Me!
Ficção AdolescenteAku Youra, Youra Chrysanthemum. Ini kisah ku dengan seseorang yang bernama Darelio. Aku diam-diam menyukainya, yang entah akan berapa lama rasa ini akan bertahan di dalam hubungan pertemanan ini. Aku tak tahu, ia merasakan hal yang sama atau tidak...