Youra kembali duduk di atas sofa, di temani oleh Gery dan juga Zafran. Mata Youra yang terlihat sembab itu, menatap ke arah boneka paus orca di atas meja yang ada di depannya.
Ia kembali mengingat pada saat ia dan Darren pertama kali bertemu. Pertemuan yang tak sengaja, dan berakhir pada perpisahan secara terpaksa karena maut yang memisahkan keduanya.
"Anak kecil, ngapain nangis di sini?" Darren menghampiri Youra kecil dan berjongkok di depannya.
Darren memberikan satu permen lolipop yang ada di saku celananya itu pada Youra. "Nih, coba. Enak." Youra kecil pun menerimanya, saat sebelumnya ia mengelap ingusnya terlebih dahulu menggunakan tangannya.
Darren terus memperhatikan Youra yang tengah membuka bungkus permen itu. "Kenapa nangis?" Darren kembali bertanya.
"Ellie bully Youra. Dia bilang Youra jelek." Youra kecil itu mengadu dengan suaranya yang sedikit bergetar, karena menahan tangisnya.
Darren menaikkan satu alisnya. "Ellie? Teman kamu?"
Youra menggeleng. "Bukan. Dia bukan teman Youra. Dia jahat! Dia tusuk mulut Youra pake penggaris." Youra kembali mengadu, bagaimana ia di bully oleh Ellie.
"Tusuk? Mana coba Kakak liat." Darren meminta Youra untuk membuka mulutnya. Youra pun menurut saat sebelumnya ia mengambil permennya terlebih dahulu.
Darren melihat ke dalam mulut Youra. "Bagian mana nya yang sakit?" Darren mencoba melihat pada bagian mana Youra merasakan sakitnya itu.
Youra menunjuk pada bagian langit-langit mulutnya. "Di sana." Darren pun kembali melihat nya. "Sakit banget, gak?" tanya Darren memastikan jika Youra baik-baik saja.
Youra menggeleng. "Sekarang sudah gak sakit. Tapi tadi berdarah sedikit." Youra menggerakkan tangannya memperagakan ukuran darah nya yang keluar menggunakan jari telunjuk dan jempolnya.
Darren mengusap-usap kepala Youra, dan tersenyum ke arahnya. "Gemes banget kamu!" Youra pun tersenyum ke arah Darren dengan senyumannya yang masih lugu.
"Kakak besok bakal ke sini lagi buat temuin kamu, dan nanti lusa Kakak bakal ajak kamu ke suatu tempat." Darren mencoba membuka suara lagi. "Tapi kamu harus janji dulu sama Kakak."
Youra pun mengalihkan perhatiannya pada Darren. "Janji apa, Kak?" Darren tersenyum ke arah Youra dengan tulus. "Kamu harus janji sama Kakak, kalo kamu gak akan nakal dan akan selalu belajar dengan rajin." Youra lantas mengangguk setuju, dengan menampilkan deretan giginya tersenyum dengan riang ke arah Darren.
"Janji dulu, dong." Darren mengangkat tangannya dengan menunjukkan jari kelingkingnya, meminta Youra untuk berjanji padanya. Youra pun mengikuti dan menuruti apa yang dikatakan oleh Darren, dengan menautkan jari kelingkingnya yang kecil itu pada kelingking milik Darren. "Dan kamu tau, 'kan, kalo janji itu harus ditepati?" Youra mengangguk dengan cepat, menunjukkan bahwa ia mengerti akan apa yang di maksud oleh Darren.
Darren melepaskan tautan kelingkingnya dengan Youra. "Sekarang kamu pulang, gih." Youra pun mengangguk dan pergi dari hadapan Darren.
Darren hanya tersenyum menatap punggung Youra kecil yang kian menjauh dari pandangannya. "Youra." Darren bangun dari duduknya dan pergi meninggalkan taman tersebut.
Satu hari setelah kejadian awal bertemunya Youra dan Darren, Darren membawa sebuah coklat untuk Youra. "Kamu suka sama coklat nya?" Darren menatap ke arah Youra, dengan Youra yang sibuk pada coklat di kedua tangannya.
Youra mengangguk. "Makasih, ya, Kak, coklat nya." Darren hanya mengangguk. "Oh iya, katanya Kakak mau ajak Youra ke suatu tempat." Youra kembali mengeluarkan suaranya, untuk menagih janji Darren padanya.
"Kan Kakak bilangnya nanti besok, Ra." Youra pun menepuk jidatnya. "Youra lupa, Kak." Darren pun hanya terkekeh dan mencubit pipi chubby milik Youra itu dengan gemas.
Keesokan harinya mereka kembali bertemu di taman seperti hari-hari sebelumnya. Namun kali ini, Darren membawa sebuah es krim coklat untuk Youra. Youra dengan senang hati menerima nya.
"Youra udah gak sabar mau pergi sama Kakak." Youra berkata demikian, dengan mulutnya yang masih penuh oleh es krim. "Habiskan dulu es krim nya kalo mau ngomong, tuh, Ra."
Youra menghabiskan es krim tersebut dengan cepat, kemudian ia berdiri tepat di depan Darren. "Ayok, Kak!" Youra menarik tangan Darren, agar Darren bangun dari duduknya.
Darren terkekeh geli akan tingkat manis Youra ini kepadanya. "Iya-iya, Ayok!" Darren bangun dari duduknya, kemudian pergi menuju motornya yang terparkir tak jauh dari taman tersebut, dengan Youra yang mengikutinya dari belakang.
Darren melajukan motornya dengan kecepatan yang sedang. Ia mengendarai sepeda motornya itu dengan hati-hati, karena ia sedang membawa seorang gadis kecil di belakangnya.
Sekitar dua puluh menit mereka telah sampai pada tujuan nya. Darren turun dari motornya yang diikuti oleh Youra. "Ini rumah siapa, Kak?" Darren tersenyum ke arah Youra. "Itu rumah Kakak. Yuk, masuk." Darren mengajak Youra untuk masuk ke dalam rumahnya.
"Eh, ada tamu yang tak di undang, nih." Begitu Darren memasuki rumahnya, ia melihat ada Gery dan juga Deiji yang sedang duduk di sofa.
Youra mengikuti langkah panjang Darren memasuki rumah itu. "Lo bawa anak siapa?" Gery melirik ke arah Youra, dan Darren mengikuti arah manik Gery. "Dia temen gue."
"Sana duduk di sofa." Darren menyuruh Youra untuk ikut duduk bersama dengan Gery dan Deiji.
Youra yang pada dasarnya riang dan mudah bergaul itu pun tersenyum ke arah Deiji. Ia mengulurkan tangannya. "Aku, Youra."
Deiji menatap ke arah Kakaknya—Gery, untuk meminta persetujuan nya. Gery pun hanya mengangguk, kemudian Deiji ikut mengulurkan tangannya pada Youra. "Aku, Deiji." Deiji pun ikut tersenyum pada Youra.
"Kelas berapa, Dek?" Gery langsung berkata demikian pada Youra. "Aku baru kelas lima SD." Gery mengangguk. "Sama tuh kayak Deiji." Youra langsung beralih menatap ke arah Deiji, dan Deiji pun mengangguk.
Youra langsung memeluk tubuh Deiji. "Kita temanan, ya!" Deiji membalas pelukan Youra dan mengangguk.
"Wiiihh, sudah temenan, nih?" Darren kembali menunjukkan batang hidungnya itu yang diikuti oleh seorang lelaki lagi di belakangnya.
Youra mengangguk dan tersenyum ke arah Darren. Youra menatap pada seorang lelaki di belakang Darren. "Dia Adiknya Kakak." Darren yang mengerti akan tatapan dari Youra pun mengenalkan Adiknya itu pada Youra.
Darren kemudian duduk di samping Youra, yang diikuti oleh Adiknya Darren. "Aku, Zafran." Lelaki itu mengulurkan tangannya terlebih dahulu pada Youra, dan Youra pun membalas uluran tangan Zafran itu dengan diikuti oleh senyumannya yang manis. "Aku, Youra."
Itu lah awal di mana mereka semua bertemu. Youra dan Deiji sebagai dua orang yang paling muda di sana. Ada Zafran dan juga Gery sebagai Kakak ke dua dan ke tiga bagi Youra dan Deiji. Maka ada Kaka pertama bagi semuanya, yaitu Darren. Darren yang masih berusia 16 tahun itu merupakan yang paling tua di antara semuanya, sehingga ia yang paling dewasa dan yang paling harus menjaga dari semua adik-adiknya itu.
Youra tersenyum saat setelah ia mengenang kembali masa kecilnya itu, bersama dengan Darren, Zafran, Gery, dan juga Deiji. "Lo mau nginep di sini?" Gery menyadarkan Youra kembali pada realita hidupnya.
Youra menggeleng. "Gue ke sini diam-diam." Zafran pun menatap ke arah Youra. "Ya udah, gue antar lo. Terus motor lo biar di sini aja." Youra pun hanya mengangguk setuju.
Zafran masuk ke dalam kamarnya, tak lama kemudian ia kembali dengan mengenakan jaket dan menenteng sebuah paper bag di tangannya. "Nih, masukin bonekanya ke sini." Youra pun menerima paper bag itu dan memasukkan semua barang yang di berikan Darren padanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
It's Me!
Roman pour AdolescentsAku Youra, Youra Chrysanthemum. Ini kisah ku dengan seseorang yang bernama Darelio. Aku diam-diam menyukainya, yang entah akan berapa lama rasa ini akan bertahan di dalam hubungan pertemanan ini. Aku tak tahu, ia merasakan hal yang sama atau tidak...