"Ra, lo mau ke mana?" Lio menahan tangan Youra, saat dirinya dan Youra tengah berada di gerbang sekolah.
Youra berusaha melepaskan tangganya itu. "Gue mau ke Gramedia." Lio tetap menahan tangan Youra.
"Lo gak mau latihan Taekwondo?" Lio menaikkan satu alisnya, menatap ke arah manik mata Youra, ia merasa ada kebohongan saat melihat sorot mata Youra. "Gue udah izin sama Sabeum." Lio akhirnya melepaskan tangan Youra.
Youra tak memperdulikan Lio yang ada di belakangnya, menatap ke arah dirinya. Lio membalikkan tubuhnya menuju parkiran sekolah, berencana untuk pulang.
Sementara di sisi lain, Youra sudah menaiki angkot. Ia terus saja menatap ke arah layar ponsel nya, yang menampilkan room chat dirinya dan Zafran.
Kak Zafran
Udah sampe mana?
Sebentar lagi, Kak
Motor lo udah gue bawa di cafe nya Gery
Lo tinggal bilang aja mau ambil motor Gery, kunci nya ada di ruangan GeryOke, makasih, Kak
"
Udah di sini, Manh." Youra memberhentikan laju mobil angkot yang ia tumpangi, saat ia melihat cafe dengan nama 'Amaranggana' yang tertulis pada bangunan aesthetic itu.
Kemudian, ia turun dan tak lupa membayar pada supir angkot itu. Setelahnya, Ia segera berjalan untuk masuk ke dalam cafe tersebut. Ia menghampiri pada salah satu karyawan yang ada di sana. "Mbak, permisi. Saya Youra, teman nya Gery, saya mau ambil motor punya Gery." Karyawan itu menatap Youra dari atas hingga ke bawah, Youra yang di lihat seperti itu pun merasa tak nyaman.
"Maaf, Mbak, saya mau minta kunci motornya." Karyawan itu pun hanya menganggukkan kepalanya, kemudian ia mengambil kunci motor yang di maksud Youra, dan memberikannya pada Youra. "Makasih, Mbak." Youra menerima kunci tersebut, dengan menampilkan senyumannya.
Setelah itu, Youra pergi ke toilet cafe tersebut, untuk mengganti pakaiannya. Yang sebelumnya ia masih mengenakan seragam sekolah, menggunakan rok sekolah nya yang membuat dirinya tak nyaman dan susah mengendarai motornya. Sekarang ia mengenakan celana jeans hitam, dengan kaus berwarna putih yang di balut dengan jaket hitam nya. Ia pun melepaskan hijab nya, dan mengikat rambut panjang nya itu yang di tutupi oleh topi berwarna putih.
Ia keluar dari dalam cafe, dan segera menaiki motor miliknya, yang ada di parkiran cafe. Tak lupa ia memakai helm full face nya, kemudian ia menghidupkan mesin motor itu, sebelum ia mengendarainya di jalanan. Ia mengendarai motor tersebut, dengan sedikit mempercepat laju nya.
Sekitar dua puluh menit berlalu, akhirnya Youra tiba di depan rumah Zafran, yang kemudian ia segera masuk untuk menghampiri penghuni rumah dan juga tamunya kali ini. "Sini duduk, Ra." Youra pun duduk di tengah-tengah antara Zafran dan juga Gery.
"Ini supir truk itu, sekaligus saksi." Zafran memperkenalkan seorang pria yang terlihat seperti umurnya sekitar 40 tahun-an, pada Youra yang ada di samping kirinya itu.
Pria itu mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Youra. "Saya Hasbi, Mbak." Senyum pria itu pun tercetak jelas, pada mata Youra.
"Saya Youra." Youra pun ikut membalas senyum Pak Hasbi itu. Kemudian ia melepaskan tautan tangannya.
"Langsung mulai aja, Pak." Zafran mempersilahkan Pak Hasbi untuk memulai menceritakan kronologi pada saat ia menabrakkan truk nya itu, pada badan mobil yang dikendarai oleh keluarga Bima.
"Jadi waktu itu, saya lagi benar-benar butuh uang untuk biaya rumah sakit anak saya. Terus saya tiba-tiba dihampiri oleh Pak Dhaffa, terus saya sama dia banyak mengobrol sana-sini, yang akhirnya dia tawarin saya uang saat itu juga. Dan... karena saya lagi butuh, saya iya-in." Zafran, Gery, dan Youra, terus memperhatikan Pak Hasbi yang sedang bercerita.
Pak Hasbi menghembuskan nafas kasarnya. "Saya pada saat itu lagi butuh uangnya seratus juta, dan Pak Dhaffa bilang itu gak masalah, asalkan saya selesaikan tugas saya. Dia bilang cuma suruh saya buat tabrak mobil itu, pakai truk saya, dan nyuruh saya buat bocorin rem mobil nya." Ia memejamkan matanya, pada saat ia kembali mengingat pada kejadian di mana ia menjadi seseorang yang keji.
"Begitu saya sudah tabrak mobil nya, saya keluar dari truk buat melarikan diri, dan itu pun saya di bantu oleh temannya Pak Dhaffa. Kalo gak salah itu, namanya... " Pak Hasbi terlihat, sedang berusaha mengingat kembali siapa nama dari teman nya Dhaffa.
"Namanya Bagas?" Zafran memotong ucapan Pak Hasbi itu, yang di balas anggukan kepala dari Pak Hasbi. "Iya, benar. Itu Pak Bagas."
"Terus saya di bantu melarikan dirinya, masuk ke dalam mobil nya Pak Bagas. Saya juga sempat ngobrol sama dia di dalam mobil. Dia bilang katanya uangnya bakal di kasih lewat transfer saja." Zafran mengerutkan keningnya.
"Selang satu hari kemudian saya di telpon sama pak Dhaffa, dia bilang uangnya sudah di transfer. Tapi, waktu saya liat, uangnya cuma di transfer 200 juta, bukan 350 juta. Yang padahal perjanjian di awal itu saya bakal di kasih 350 juga. Dari situlah saya benar-benar marah, karena memang dari truk itulah pekerjaan saya, dan selain uangnya untuk biaya rumah sakit anak saya, uang itu juga akan saya gunakan untuk membuka usaha."
"Terus sekarang gimana kondisi anak nya, Pak?" Gery menanyakan hal tersebut, mewakili Zafran dan juga Youra.
Terlihat wajah Pak Hasbi yang sendu, ia menundukkan kepalanya. "Anak saya sudah meninggal. Dia meninggal pada saat saya baru saja tiba di rumah sakit." Gery menepuk-nepuk pundak Pak Hasbi, yang memang dia duduknya tepat di samping Pak Hasbi.
"Saya telat bawa uang itu." Pak Hasbi mengusap air matanya yang akan keluar. "Ini, saya bawakan uangnya itu. Saya benar-benar gak pake uang ini dari tahun 2018 lalu, saya gak ambil sepeserpun." Pak Hasbi mengeluarkan amplop berwarna coklat itu dari dalam tas nya.
Zafran, Gery, dan Youra saling menatap. Mereka bertiga terlihat ikut bersedih, pada saat melihat dan mendengar Pak Hasbi yang mengeluarkan uang tersebut. "Kenapa gak Bapak pakai uangnya?" tanya Youra.
Pak Hasbi menggeleng. "Saya waktu liat jasad anak saya yang terbaring kaku di depan saya, saya benar-benar merasa menyesal. Apalagi saya dengar dari Pak Dhaffa, kalo yang sudah saya buat tabrak itu ternyata anak perempuan dari keluar itu, dan anak saya juga perempuan." Luruh sudah pertahanan Pak Hasbi, ia mengeluarkan air matanya dengan deras.
Pak Hasbi mengusap kembali air matanya. "Makanya saya gak ada pakai uang ini sepeserpun." Youra dan Zafran saling menatap satu sama lain.
Namun, berbeda dengan Gery, ia tengah menundukkan kepalanya. "Pak, anak perempuan yang Bapak tabrak itu adik saya." Gery menatap sendu ke arah Pak Hasbi.
Pak Hasbi yang mendengar hal itu pun langsung menunduk malu, kemudian ia berjongkok di depan Gery. "Maaf, Nak. Maaf. Say di situ benar-benar memang sedang butuh uang itu, untuk anak saya. Maaf, Nak." Pak Hasbi memohon maaf pada Gery.
"Apa maksud semua ini?" Lio sudah berada di depan pintu, dengan tatapan kosong nya menatap ke arah mereka berempat.

KAMU SEDANG MEMBACA
It's Me!
Novela JuvenilAku Youra, Youra Chrysanthemum. Ini kisah ku dengan seseorang yang bernama Darelio. Aku diam-diam menyukainya, yang entah akan berapa lama rasa ini akan bertahan di dalam hubungan pertemanan ini. Aku tak tahu, ia merasakan hal yang sama atau tidak...