Bukti

5 5 0
                                    

Youra menghentikan motor nya saat ia tiba di sebuah rumah, yang lumayan jauh dari jalan raya. Terlihat rumah itu masih seperti dulu, rumah itu terlihat seperti masih bersih terawat. Lampu nya juga menyala menerangi sekitar rumah itu.

Ia melepaskan helm full face nya, kemudian turun dari atas motor. Ia menaruh helm nya itu di atas jok motor, kemudian kakinya melangkah maju mendekati rumah tersebut.

Youra membalikkan tubuhnya saat terdengar suara deru motor mendekat ke arahnya. Motor itu berhenti tepat di samping motor Youra. Pemilik motor itu mematikan mesin motornya, kemudian melepas helm nya. "Akhirnya lo ke sini juga setelah sekian lama." Gery datang menghampiri Youra.

Youra hanya melemparkan senyuman nya. "Kenapa? Dia udah nyatain cinta busuknya?" Gery terkekeh setelah mengatakan hal konyol tersebut pada Youra.

Youra berdecak sebal. "Udah buruan buka pintunya!" Gery pun menuruti perkataan Youra dan kemudian membuka pintu rumah tersebut dengan kunci yang ada di tangannya.

Mereka berdua masuk ke dalam rumah tersebut. Gery langsung merebahkan tubuhnya di atas sofa di sana. "Kak Zafran gak ikut ke sini?" tanya Youra, sementara Gery hanya menggeleng.

"Lo beneran mau jerumusin tuh orang ke penjara?" Youra mengambil satu buah jeruk di atas meja. "Liat aja nanti." Gery berkata santai, dengan tangannya yang ia silangkan di depan dada.

"Bukti sama saksi nya, gimana?" Youra kembali bertanya dengan mulutnya yang sibuk mengunyah buah jeruk itu.

"Santai kalo itu sih." Gery memposisikan tubuhnya untuk duduk. "Tujuan lo itu cuma buat satu orang, dan satu orang di bawahnya itu urusan gue." Youra memperingatkan Gery, sementara ia terkekeh geli. "Santai!"

Suara motor kembali terdengar dan menampil seorang lelaki masuk ke dalam rumah tersebut, dengan menenteng laptop di tangannya. "Tuh, dia. Mata-mata hebat kita!" Gery berseru saat Zafran tiba, sementara sang pemilik nama hanya diam dan duduk di samping Gery.

Zafran tanpa basa-basi langsung membuka laptop nya dan menunjukkan satu buah video di layar sana. "Wih, keren juga tuh orang pake jas putih!" Gery memperhatikan video tersebut dengan seksama.

Video tersebut menampilkan seorang dokter yang sedang memasuki sebuah ruangan. "Ini bukti rekaman waktu Bagas dan Dhaffa masuk ke ruangan Deiji." Video itu merupakan sebuah rekaman CCTV yang ada di sebuah lorong rumah sakit.

Youra ikut memperhatikan cuplikan video itu. "Mereka masuk ke ruangan Deiji dan menyuntikkan sesuatu ke dalam selang infus nya Deiji." Zafran menjelaskan pada Youra dan Gery.

"Buat buktinya, itu gak cuma satu." Youra dan Gery beralih menatap ke arah Zafran. Sementara itu, Zafran mengambil sesuatu dari dalam tas laptop nya. "Ini ponsel punya Kak Darren."

Mendengar nama Darren, Youra seketika beralih menatap ke arah manik mata Zafran. "Ini—"

"Iya. Ini ponsel nya Kak Darren, waktu lo sama dia di dalam ruangan." Zafran memotong ucapan Youra, kemudian ia menghidupkan ponsel tersebut, dan ia membuka isi galeri pada ponsel tersebut. Zafran memutar sebuah video yang durasinya cukup panjang.

Awal dari video tersebut menampilkan Youra dan juga Darren yang sedang duduk di samping ranjang Deiji. "Ini waktu gue sama Darren di suruh buat tungguin Deiji." Youra menatap ke arah layar ponsel tersebut.

Zafran mengangguk. "Iya. Kak Darren sengaja merekam ini buat di jadikan kenangan waktu sama lo. Dia mau tunjukin video ini ke lo nanti pas waktu lo ulang tahun." Zafran menjelaskan alasan di balik Darren merekam itu semua.

Zafran mempercepat video tersebut, tepat menampilkan Bagas dan Dhaffa pada saat menyuntikkan sesuatu pada selang infus Deiji. 'Saya yang meminta pada supir truk itu untuk tabrak mobil nya Bima. Saya kira dia yang akan meninggal, tapi ternyata justru malah anaknya yang kritis'. Terdengar suara berat seorang pria yang terekam di sana.

'Supir truknya yakin akan tutup mulut, bukan?' Kemudian salah satu pria itu mengangguk mantap, dan pergi meninggalkan ruangan tersebut.

"Jadi sekarang saksinya siapa?" tanya Gery. "Supir truk itu. Dia udah siap dan mau jadi saksi." Zafran langsung menjawabnya.

""Lo tenang aja. Dia udah aman kok ada di tangan gue." Zafran meyakinkan Gery dengan menepuk pundak lelaki itu.

Zafran kembali menutup laptop nya, Gery kembali merebahkan tubuhnya di sofa. Sementara itu Youra masih setia dengan menatap layar ponsel milik Darren itu dengan tenang. "Udah, Ra. Biarin dia tenang di sana." Zafran mengambil kembali ponsel milik Kakak nya itu.

"Tuh, hadiah dari Kak Darren buat lo." Zafran menunjuk pada sebuah lemari yang berada tak jauh dari sofa tersebut.

Youra lantas memalingkan wajahnya melihat ke arah lemari tersebut. Youra segera berjalan ke arah lemari itu. "Ini kuncinya apa?" tanya Youra.

"Tanggal lahir lo." Zafran menghampiri Youra. Youra kemudian mencoba membuka kunci tersebut dengan mengisi tanggal lahirnya. Dan lemari itu dapat ia buka dengan mudah.

Youra mengambil sebuah boneka paus orca yang di mana pada lehernya itu, tergantung sebuah medali emas. "Ini medali punya Darren?" Youra menggenggam medali tersebut.

Zafran mengangguk. "Lo yang jadi semangat dia buat terus ikut lomba-lomba renang. Dan itu medali terakhir dia." Zafran menatap ke arah medali tersebut.

Youra beralih menatap pada boneka paus orca yang ada di tangannya itu. "Gue kangen sama dia, Zaf. Dia satu-satunya orang yang mau mengulurkan tangannya di saat semua orang enggan buat tolongin gue." Youra meneteskan air matanya mengingat akan masa lalunya dulu.

"Kenapa harus dia yang jadi korban keserakahan orang lain, sih, Zaf?" Tanpa pikir panjang lagi, Zafran langsung memeluk Youra menenangkan sahabat nya itu. "Udah, ya, Ra. Udah cukup lepasin dia, dia udah tenang di sana. Kan, lo sendiri yang janji sama gue sama Gery buat bales perbuatan Bagas sama Dhaffa." Zafran mengelus lembut rambut Youra yang terurai panjang.

Beberapa detik setelahnya, Zafran melepaskan pelukannya. "Coba liat di bagian perut bonekanya. Di sana ada surat yang di tulis sama Kak Darren." Youra pun mengikuti perintah Zafran.

Youra mengambil sepucuk surat yang ada di sana. Ia membuka surat tersebut, saat sebelumnya ia menyeka air matanya. "Youra ku, milikku." Youra membaca pada kalimat pertama yang tertulis pada surat tersebut.

Youra ku, milikku

Awal di mana aku mengenalnya, adalah ketika ia tengah menangis sendirian di taman. Gadis kecil dengan ingus nya yang keluar bersamaan dengan suara tangisnya yang merintih kesakitan. Aku memberikan permen lolipop ku yang ada di saku celana kepadanya. Ia mendongakkan kepalanya menatap ke arah ku, dan aku melihat pada manik matanya yang sudah memerah mengeluarkan banyak air mata.

Aku duduk di sampingnya dan mendengarkan alasannya mengapa ia menangis sendirian di sana. Sejak saat itu, aku selalu pergi ke taman tersebut sepulang sekolah dengan membawa permen lolipop. Hingga pada akhirnya ia menjadi salah satu orang yang istimewa bagiku. Youra ku, milikku.

Setelah membaca isi surat tersebut, tangis Youra kembali pecah. Ia benar-benar sudah kehilangan orang yang paling ia sayangi karena ulah orang-orang serakah.

Zafran menarik tangan Youra, kemudian menarik jaket yang di kenakan Youra pada bagian lengannya itu ke atas. "Udah mulai sembuh lukanya. Sekarang udah, ya, jangan di coret lagi tangannya. Kak Darren juga gak mau lo lakuin itu, dan lo tau sendiri gimana marah nya Kak Darren." Youra pun mengangguk dengan air matanya yang terus menetes.

It's Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang