Aldo sudah duduk disalah satu sofa berdekatan dengan Zean
Ada apalagi ini, kenapa ada Gracio dan Zean dirumahnya.
"ada apa Ze?"
"nanti juga lo tau"jawab Zean ketus
Pandangannya teralihkan oleh cincin yang dikenakan Shani di jari manisnya begitupun dengan Cio.
"kalian?"tanya Aldo
"Dengar penjelasan dari kami dulu Aldo, Zean"ucap cio
"aku ga punya banyak waktu jadi segera lah" ucap Zean
"oke"Cio
Flashback
"Akhirnya kita lulus juga"
"iya sayang, aku senang kita bisa merayakan kelulusan bersama"
kedua Mahasiswa yang baru saja menyelesaikan acara wisudanya itu terlihat bahagia dengan nilai yang ipk yang baik.
"tapi aku harus ke Belanda Shani"ucap cio gugup
"Aku akan menunggu mu"
"setelah semua pekerjaan aku selesai aku akan pulang dan menikahi mu"
Hari keberangkatan Gracio tiba, ia dengan berat hati meninggalkan Shani disini.
"Aku berangkat, jaga dirimu baik-baik, ingat aku terus ya, jangan pernah bosan nantinya"
"Iya cio, kamu juga jaga kesehatan, jaga diri baik-baik, jangan lupain aku"
"iya sayang aku langsung masuk ya, aku titip ini kalau kamu merindukan ku tatap saja kalung itu"
Setelah mengucapkan itu Gracio meninggalkan Shani yang masih disana.
Hubungannya awal-awal tahun masih membaik, namun saat memasuki tahun ke 2 hubungan mereka renggang karena Cio yang tidak pernah memberinya kabar satupun bahkan no hpnya saja sudah tidak bisa dihubungin lagi oleh Shania.
Shani yang merasa dikhianati Cio, selalu menangis setiap malam di temani Eveline
"Sudah lah Shani mau sampai kapan kamu menangisi laki-laki seperti Cio"
"aku mencintainya bun"
"Untuk apa? untuk apa kamu mencintai laki-laki yang sudah tidak mencintai kamu lagi"
"Tapi Shani yakin Cio akan kembali menemui aku"
Huft Eveline hanya bisa diam
Tahun berganti keadaan Shani sudah membaik ia sudah tidak memikirkan Cio lagi, karena dirinya selalu mencari kesibukan bahkan jarang sekali pulang karena pekerjaan.
"Bu"
"ya kenapa?"
"ini berkas untuk rapat nanti"
"tolong kamu simpan di meja saya, saya harus keluar dulu"
"baik bu"
Shani pergi kesalah satu mall untuk bertemu dengan Anin Sahabat karibnya
"hai apa kabar Anin?"
"baik shan, kamu sendiri bagaimana?"
"baik nin, aku sudah tidak lagi memikirkan laki-laki itu"
"kamu bisa bertahan sampai sekarang pun aku sangat senang"
Keduanya mengobrol, ternyata waktu sudah siang,
Shani harus segera pergi ke kantornya karena ia ada meeting bersama klien.
KAMU SEDANG MEMBACA
•224 (Today, tomorrow, Forever)•
Teen Fiction(Cerita ini hanya fiksi tidak ada sangkut-pautnya dengan kehidupan tokoh didalamnya)
