•224• Bab 33

1.2K 118 2
                                    

BRAKKK

"MONYET"

"Hah apa do? kamu ngatain aku monyet?"

"bangsat" desis Aldo, ia terkejut dengan suara pintu yang terdengar dari arah kamar Zean

"duh Enggak sayang aku tadi kaget itu si Zean nutup pintu kaya orang kesurupan"

"kirain kamu ngatain aku" cicitnya

"Enggak mungkin dong, masa cewek secantik kamu dikatain monyet heheh"

"Dih gombal, aku tidur dulu ya udah ngantuk banget"

"iya gih tidur, good night shel"

"too Aldo, jangan lupa besok kerumah ya"

"iya cell, aku tutup ya telponnya"

tutttt

Aldo langsung menyimpan hpnya pada meja didekat kasurnya.

"Si Zean kenapa sih, mabok apa ya, wah gue harus liat ni takutnya beneran mabok" Aldo berbicara sendiri memikirkan Kakaknya.

Ia keluar kamar dan mengetuk pintu berwarna putih itu, namun tidak ada jawaban dari dalam.

"Ze lo gapapakan?"

Tidak ada jawaban lagi membuat Aldo sedikit takut, jika saja yang tadi bukan Aldo,karena ini sudah jam 12 malam lebih

Bulu kuduk Aldo berdiri lantas ia langsungken pergi kembali masuk kedalam kamarnya dan mengunci pintunya.

"iiii apa jangan-jangan itu bukan si Zean ya" ucap nya sambil merinding ia langsung menyelimuti seluruh badannya dengan selimut dan berusaha tertidur.

••••

Pagi ini Aldo harus masuk ke kantornya karena sudah seminggu ini ia tidak ke kantor.

"Pagi semua" Aldo menyapa ketiga orang yang sudah duduk di meja makan

"Pagi do ayo duduk"

"Tumben udah rapih?"

"aku mau ke kantor yah, kenapa sih"

"ayah curiga pasti ada maunya"

"engga kok orang ada meeting ih, tapi emang lagi mau sesuatu sih hehe"

saat ia akan duduk ia mencium pipi Zean terlebih dahulu, membuat Zean melotot dan langsung menoyor kepala Aldo

"Anjir lo pala gue"

"lo yang anjir jijik tau dicium lo"

"lagian muka lo ga enak dipandang, siapa tau butuh energi kegantengan gue"

"Huekk jiji banget jamet"

"Mana ada jamet modelan gue bego"
Ucapnya sambil mengoleskan selai coklat pada rotinya

"owh iya tawdi mawlem-"

"Bisa ga sih lo telen dulu makanannya baru ngomong" grutu Zean, kenapa Aldo selalu membuatnya darah tinggi.

Aldo menelan susah payah rotinya

"Marah-marah mulu lo, cepet mati"

"Aldo ngomongnya" Shani yang sedari tadi hanya menyimak akhirnya membuka suara dan membuat Aldo menyengir.

••••

•224 (Today, tomorrow, Forever)•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang