Tepat pukul 8 malam Anin dan Arkan sampai di rumah sakit, mereka langsung menghampiri dokter tadi bersama Aldo. Anin maupun Arkan sudah menyetujui untuk tindakan operasi pada Ashel besok pagi, melihat kondisi Ashel yang sedikit menurun mengharuskannya juga dipindahkan ke ruang ICU. lagi-lagi ruangan yang sangat Anin benci harus ia injak kembali.
Aldo bediri melihat Ashel dari luar ruangan, karena Arkan melarangnya untuk masuk.
Ceklek Arkan keluar dari ruangan melihat ke arah Aldo
"Om aku minta maaf ga bisa jaga Ashel"
Arkan menghela nafasnya, ia merangkul pundak Aldo dan membawanya untuk duduk.
"Maafkan ucapan Anin tadi do"
"Itu ga masalah bagi aku om, perkataan Tante Anin benar ko, aku emang selalu bikin Ashel sakit"
"emmm sebenernya salah om juga ga ngasih tau soal kondisi Ashel akhir-akhir ini"
Aldo menghadapkan badannya pada Arkan, ia ingin mendengar kelanjutan dari pembicaraannya
"Maksud om apa?"
"Tiga bulan terakhir ini Ashel sering sekali mengeluhkan sakit kepalanya do, sebenarnya kita sudah mengetahui itu bahkan Ashel selalu rutin minum obat dan kontrol akhir-akhir ini"
"kenapa dia ga pernah cerita sama aku om, dan kenapa om sama tante ga bilang juga sama aku?"
"Ashel melarang kami untuk menceritakan ini sama kamu do, dia ga mau kamu kepikiran soal kondisinya sekarang"
"Kenapa ga langsung ambil tindakan operasi waktu itu om, kenapa harus diem disaat kondisi Ashel seperti itu"
"tidak semudah itu, Om sudah berusaha keras untuk itu, tapi Ashel kekeh tidak mau, ia optimis bisa sembuh tanpa operasi"
"semua ini salah aku?" gumam Aldo
"tidak usah merasa bersalah seperti itu, semuanya sudah diatur sama yang di atas, kita sebagai manusia hanya bisa berdo'a dan meminta Yang terbaik"
"Pulang lah sana, istirahat yang cukup jangan terlalu memikirkan hal ini, kamu percaya saja Ashel pasti kuat" ucap Arkan menepuk pundaknya
"Aku ga akan pulang, aku mau disini aja"
Arkan hanya diam tidak berbicara apa-apa lagi.
"Aku mau keluar dulu ya om" Arkan mengganguk, saat ini Aldo hanya ingin mencari udara segar agar hatinya sedikit lebih tenang, dan pikirannya.
Ia berjalan menyusuri koridor rumah sakit dan berakhir duduk di taman belakang rumah sakit, keadaan disana sangat senyap tidak ada seorang pun karena hari sudah mulai larut malam.
Saat tengah melamun tiba-tiba ada tangan yang menepuk pundaknya, membuat Aldo sedikit terkejut, saat menoleh ia melihat Zean yang berdiri dibelakangnya.
"Zean?" Aldo menatap heran, sebenarnya ia takut jika itu bukan Zean asli mana keadaan disana hanya ada dirinya dan juga Zean.
Zean mendengus melihat muka panik adiknya itu seperti melihat setan saja, lalu duduk disebelah Aldo
"Lo Zean kan?" tanya Aldo
"Bukan. gue setan" ucap Zean sambil melotot kearah Aldo
plakk
"Anjing" Zean memegang pipinya yang di tampar Aldo
"sakit bego main tampar-tampar aja lo" grutu Zean
"HAH ini beneran lo" ucap Aldo sekali lagi karena ia takut jika ini bukan Zean
"IYA ini gue kenapa sih, penakut lo"
"Anjing bikin jantung gue ga aman aja"
"lagian lo ngapain disini sendirian sih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
•224 (Today, tomorrow, Forever)•
Ficção Adolescente(Cerita ini hanya fiksi tidak ada sangkut-pautnya dengan kehidupan tokoh didalamnya)