•224• Bab 18

1.3K 117 6
                                        

Didalam ruangan bercat putih dan suara alat medis yang menggema diseluruh ruangan itu, serta gadis cantik yang masih terlelap dalam mimpi panjangnya.

"besok adalah hari ulang tahun kamu, ayo kita rayakan sayang, kamu bilang sama mommy mau kado apa, atau kamu mau rayain dimana" Anin kembali menangis ia tak tega melihat putrinya yang sampai sekarang belum juga sadar.

"sayang udah, kita tunggu saja pasti dia akan kembali membuka matanya untuk kita"

"kapan mas ini udah 9bulan, tapi Ashel belum juga sadar"

"berdo'a yang banyak ya kita harus yakin akan ada keajaiban buat Ashel"

disisi lain Shani dan Zean tengah menonton film agar tidak terlalu bosan, Shani juga sudah tidak pernah lagi menangis ia hanya pasrah dengan yang akan terjadi kedepannya.

"aku ke toilet dulu ya bun" zean

Shani mengangguk, saat Zean ke toilet Shani menghampiri brankar Aldo, dan langsung menggenggam tangannya, dan mengelus lembut rambut anak bungsunya itu.
saat tengah menatap Aldo ia merasakan jari manis Aldo bergerak dan kedua mata Aldo sedikit demi sedikit terbuka.
yang Aldo rasakan pertama kali adalah pusing, ia pusing melihat cahaya lampu yang menyilaukan matanya, kepalanya menoleh sedikit disana sudah ada Shani, Zean dan Cio yang tengah berdiri sebelumnya Shani sudah memanggil dokter, katanya tidak ada lagi luka yang serius pada Aldo, dia hanya butuh pemulihan.

badannya terasa sakit sekali dan Lidahnya terasa kelu ketika akan mengucapkan satu nama yang ia khawatirkan sekarang.

"Ashel dimana?" pertanyaan yang pertama kali ia katakan saat sadar

Shani mengelus lembut pipi Aldo

Kini Aldo sudah berada didalam ruang rawat Ashel, karena ia memaksa ingin bertemu dengan Ashel.
Tangisnya pecah saat melihat gadisnya yang selalu ceria kini wajahnya terlihat pucat dengan alat mendis yang masih menempel pada tubuhnya.
Aldo yang berada dikursi roda, berupaya untuk mendekati brankar Ashel dan menggenggam tangannya.

"maafin aku sayang, aku lalai" lirihnya

Sudah hampir satu jam Aldo berada di ruangan Ashel. Aldo menatap lekat pada gadisnya, dan tak bisa dipungkiri sorot mata Aldo menyimpan rasa sedih dan rasa bersalah yang mendalam pada Ashel.

"do, keluar yu, kamu juga harus istirahat sayang" Shani

"aku mau nemenin Ashel bun"

"kamu juga belum pulih sepenuhnya sayang, fokus sama kesehatan kamu dulu ya"

"Tante Anin marah sama aku ya bun?"

"kata siapa sayang, tante ga marah sama kamu, karena semua ini udah takdir, meski awal-awal tante susah buat menerimanya tapi sekarang Tante udah ikhlas ko" Ucap Anin yang baru masuk

"kamu ke kamar ya istirahat, Ashel juga butuh istirahat, tante mau kamu sembuh dulu ya, ikuti saran dokter biar kamu bisa jaga Ashel kalau udah sembuh" sambungnya

"siap Tante, Aldo pasti akan sembuh buat jaga Ashel"

"bagus semangat sayang"

"Anin kita pamit ya, kamu kalau butuh apapun ke kamar ya"

"iya shani makasih ya"

setelah berpamitan Aldo kembali berbaring di brankarnya sambil memakan jeruk yang dikupas Shani

"lama banget ya aku bangunya"

"kamu mimpi apa sih waktu tidur"

"aku juga ga tau bunda, eh tapi...."

"apa sayang?"

"aku masih keliatan ganteng kan pas itu"

Shani langsung menepuk pelan lengan Aldo dan tertawa "Aldo Aldo kamu ini ada-ada saja"

•224 (Today, tomorrow, Forever)•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang