Satu Komplek?

4.3K 225 17
                                    

Bryan terbangun tengah malam karena kipas angin membuat tubuhnya menggigil. Ia terperanjat karena sadar ini bukan kamarnya.

"Dimana gw?" Dia menggumam. Seingatnya terakhir ia sedang minum dengan teman-temannya di pesta pernikahan Tion. lalu dia lupa kejadian selanjutnya. Dia juga masih mengenakan kemeja yang sama. Dan apa ini? Kipas angin tepat berada di sampingnya? Untuk apa?

Bryan mematikan kipas itu kemudian menatap sekelilingnya. Perasaannya mengatakan ia tak asing dengan kamar ini. Tapi dia lupa apa dia pernah melihatnya atau bagaimana.

Tatapannya berhenti pada seonggok manusia yang tidur di sofa membelakanginya. Dengan kekepoannya, ia pun mendekatinya dan melihat wajah putih itu dari atas.

"Sam?" Gumamnya. Bagaimana mungkin dia ada di kamar remaja itu?

Cklek

"Sam. Lu tid..."

Bryan menatap kearah pintu yang terbuka. Menampilkan Askar disana yang kini bersandar di pinggiran pintu dengan tangan dilipat didepan dadanya.

"Bangun juga lu."

"Sepenglihatan lu aja." Balasnya tanpa rasa takut. Meski dia agak kikuk sedikit.

"Mau balik apa mau nginep lu?"

"Lu tega gw jalan kaki balik?"

"Gw sih ga peduli."

"Cih."

"Ga tau terima kasih lu." Askar mendekat hingga berdiri disamping Bryan. Ke2nya menatap Samudra yang lelap.

"Sam biar tidur sama gw."

Bryan mencegah tangan Askar yang akan menggendong Samudra.

"Disini aja."

Askar menatap mata hitam itu dengan tajam. Penuh curiga.

"Ma-maksudnya biar nanti gw pindahin dia ke kasur. Gw di sofa." Jelasnya.

Askar diam. Menunggu perkataan Bryan selanjutnya.

"Gw ga bakal ngapa-ngapain. Janji."

"Pintu jangan dikunci. Gw pantau lu."

"Bawa aja Sono kuncinya. Ribet lu."

Askar melenggang pergi dari sana. Menyisakan Bryan yang kini kembali menatap wajah damai itu.

'Cantik.'

Bryan menggeleng-glengkan kepalanya kuat mengusir 1 kata yang terngiang begitu saja di benaknya. Apa-apaan itu?

Tangan Bryan bergerak mengangkat tubuh ringan itu digendongan bridal style nya. Namun ia sepertinya menyesal tak membiarkan Askar membawa Samudra bersamanya.

Bryan bisa melihat jelas bagian dada Samudra yang tercetak dari balik kaos putih yang ia kenakan tanpa dalaman. Oh ayolah itu putingnya mencuat dengan begitu indahnya dan sangat menggoda imannya.

Kaki Bryan rasa loyo setelah menelan ludahnya susah payah. Membayangkan benda itu menyentuh lidahnya dan ia hisap menggunakan bibirnya. Pasti akan sangat nikmat.

"Ngh."

Sekali lgi Bryan menggeleng-gelengkan kepalanya kali ini lebih kuat. Ini tidak bisa terjadi. Ia langsung memindahkan Samudra kekasurnya dan dengan cepat menutupi tubuh Samudra dengan selimut sampai lehernya.

Setelah tak melihat bagian dada Samudra lagi, barulah Bryan menghela napasnya lega.

"Kenapa dada nya ngegoda banget sih?!" Gemasnya. Menatap wajah manis dengan pipi gembil itu yang tertidur nyenyak.

SAMUDRA ⚠️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang