Lea dan Leo

3.4K 174 8
                                    

5 bulan berjalan dengan begitu cepatnya. Bahkan Samudra masih mengingat masa mengidam Bryan yang menghilang saat usia kandungannya 3 bulan kemarin.

Sebenarnya ia sedikit kasihan dengan Bryan dulu. Setiap pagi tak pernah terlewati dengan yang namanya muntah dan terkadang tak napsu makan. Bayinya ini memang niat sekali mengerjai Daddy nya itu selama hampir 3 bulanan full.

Dan dokter bilang hanya menunggu hari untuk Samudra melahirkan. Dan semuanya sudah siap disana. Calista dan Rakki bahkan menyusul dan menginap disana untuk berjaga-jaga. Sementara ke2 kakak Samudra tak bisa hadir karena sudah mempunyai bayi masing-masing yang tak bisa diajak pergi jauh karena takut kenapa-napa.

Bryan ambil cuti kuliahnya untuk menemani istri cantiknya yang hanya bisa berbaring di brankar rumah sakit karena ia memang sudah susah berjalan. Ya Samudra sudah di rumah sakit sejak 2 hari lalu. Agar jika terjadi kontraksi, ia akan langsung ditangani.

Samudra menoleh saat pintu putih itu terbuka. Tersenyum manis melihat Bryan yang datang membawa kopi ditangannya. Hari sudah menunjukkan pukul 11 dini hari. Dari jam 9 tadi Samudra terus mengeluh keram kaki atau tangannya. Jadi mungkin semalaman Bryan akan begadang untuk menjaga Samudra yang tak bisa tidur jika tak sambil dipijat ringan.

Rakki dan Calista menginap di apartemen mereka. Bryan tak mungkin membiarkan ibu dan ayahnya menginap di rumah sakit. Ia pun sudah bilang kan langsung memberitahu mereka jika sudah waktunya lahiran.

"Nunggu lama nggak?" Samudra menggeleng. Bryan langsung duduk di atas ranjang itu dan mengusap sayang perut juga rambut Samudra.

"Yaudah tidur ya. Aku pijitin."

Samudra menggumam. Ke2 tangannya tak pernah lepas dari perutnya yanng membuncit besar. Merasakan gerakan sang buah hati disana yang tak sabar melihat dunia.

Tangan Bryan langsung bergerak memijat kaki Samudra yang nampak bengkak Ia kasihan dengan istrinya itu. Tak bisa kemana-mana karena calon buah hatinya. Kadang mengeluh ditendang kuat dari dalam sana atau kakinya yang membengkak.

Tersenyum tipis melihat mata cantik itu menutup perlahan. Ia dengan telaten memijat pelan ke2 kakinya untukkpengantar tidurnya.

15 menit i pindah ke tangan lembut itu.. Sesekali mengecupi punggung tangannya dan telapak tangan wangi itu untuk menyalurkan semangatnya.

Pukul 5 pagi. Bryan baru selesai sholat subuh. Tapi dikagetkan dengan Samudra yang terjengit bangun dan mengerang gelisah.

Bryan panik melihat kening Samudra basah karena keringat dan remasan kuat pada sprei juga perutnya menandakan pemuda itu tengah kontraksi hebat.

Bryan langsung memencet tombol untuk memanggil dokter dengan tangan gemetar. Ia takut.

"M-Mommy..."

"Sa-sakitt!! Akhh!"

Bryan menangkup wajah Samudra. Mengecupi puluhan kali pucuk kepalanya untuk menenangkannya. Hingga akhirnya dokter dan suster datang dan bilang akan melakukan operasi sesegera mungkin dan menyuruh Bryan keluar ruangan.

Tak ingin istrinya kenapa-napa, akhirnya Bryan mempercayakannya pada dokter itu. Ia menunggu dengan cemas didepan pintu ruang operasi. Tak lupa ia menghubungi orang tuanya dan teman-temannya.

Bahkan sampai matahari muncul pun belum ada tanda-tanda operasinya usai membuat Bryan takut setengah mati.

"Bun..."

Calista memeluk sang putra. Tau ketakutan yang tengah dialaminya.

"Tenang, sayang. Doakan yang terbaik."

10 menit berikutnya akhirnya mereka mendengar tangisan keras bayi yang bersautan.

Mereka saling tatap terkejut.

SAMUDRA ⚠️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang