Taruhan

4.2K 262 15
                                    

Bryan, Bisma, Tion, Yuda, Dani dan Ganzi hanya bisa menunduk saat Askar menatap mereka dengan tatapan mengerikan.

"Siapa?"

"G-ga tau. Kita juga belum tau kenapa Sam bisa sampe jurang itu. Pas gw nemuin dan narik dia, dianya udah pingsan." Jelas Bryan. Jujur mereka takut dengan Askar mode urat leher itu.

Askar memijit pangkal hidungnya dengan kasar. Untuk meredakan emosinya.

Cklek.

Reynan keluar dari kamar Samudra bersama pemiliknya. Samudra tampak masih lemas. Tapi untungnya cepat sadar.

"Ngapain pada berdiri? Sofa banyak tuh nah."

Mereka akhirnya duduk di ruang tamu. Dani dan Ganzi memijat tangan Samudra yang mengeluh masih sangat sakit karena menahan tubuhnya dengan berpegangan pada akar pohon saja.

"Kenapa lu bisa sampe di jurang?" Tanya Askar to the point. Semuanya kini fokus pada Samudra.

"Tadinya gw udah nyampe ujung tanda jalan tuh. Tapi ga ada benderanya jadi gw lebih masuk lagi. Dan ga lama gw liat tuh bendera. Tapi dia nancep nya di dinding jurangnya. Jadi karena mau cepet, gw nyoba ambil. Tapi malah kepleset."

"Ga mungkin kan panitia naro di tempat bahaya Kek gitu?" Tanya Bisma yang disetujui yang lainnya.

"Keknya emang bukan panitia. Pas gw minta tolong, ada orang yang lari tapi mereka cewek. Rambutnya diiket konde sama satunya diiket kuncir. Gw liat jelas bayangan nya."

"Panitia kan cowok semua."

"Berarti ada yang sengaja mau nyelakain lu."

"Tapi siapa?"

Hening. Mereka terdiam kira-kira siapa pelakunya.

"Udah deh ga usah dipikirin. Ni gw laper." Samudra berujar. Untungnya luka di perutnya hanya goresan tipis. Tak bahaya juga. Tapi sepertinya akan membekas.

Mereka menghela napas. Masih bersyukur Samudra bisa selamat. Jika mereka datang ke rumah Askar dan bilang Samudra masuk jurang, sudah di pastikan panitia akan habis dibantainya.

"Yaudah bang kita pamit nih. Udah malem."

"Ya. Thanks udah anter adek gw."

"Iya, bang."

"Kita balik dulu ya. Besok kalo udah fit, chat aja kalo mau ke sekolah."

"Okee."

Akhirnya mereka pergi menyisakan 3 kakak beradik itu.

"Jadi mau makan apa? Gw cuma masak nasgor tadi buat Rey." Tanya Askar.

"Go*ood aja, Bang. Pengen ayam bakarnya mang Giman."

"Oke."

Rey gerak cepat memesan apa yang adiknya minta.

"Bang."

"Hm?"

"Lu tau ga..."

"Ngk. Kan lu belum ngasih tau." Jawab Rey cepat.

"Iya anjing dengerin dulu."

"Iya apa?"

"Kalian inget Alex ga?"

"Alex siapa?"

"Ituloh yang dulu TK bareng gw."

"Ouh. Alex tu si Bryan kan?" Tanya Askar. Dia sering lihat Calista keluar masuk rumah besar yang jadi rumah Bryan juga. Secara Bryan juga sedikit mirip tekstur wajahnya dengan Alex kecil membuat Askar yakin jika memang benar Alex itu Bryan.

SAMUDRA ⚠️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang