Pukul 11 siang.
Kini Bryan tengah berkutat dengan leptopnya. Mengerjakan beberapa hal yang bisa ia kerjakan untuk membantu Rakki. Ia juga harus banyak belajar karena dalam beberap bulan kedepan ia yang akan menjadi pemilik resmi salah satu perusahaan Rakki agar ia bisa mendapat penghasilan tetap untuk menghidupi pujaan hatinya.
Ia menoleh kesampingnya. Melihat Samudra yang masih terlelap nyenyak disana. Istri manisnya itu terlampau lelah.
Bryan memencet tombol merah disamping meja nakas kemudian berbicara singkat.
"Bibi tolong buatkan kopi hitam dan susu vanila dan bawakan ke kamar."
"Baik, Den."
Setelahnya ia kembali fokus dengan pekerjaannya. Tak sampai 5 menit, pintunya diketuk. Ia mempersilahkan masuk.
Bryan mendongak saat melihat Ratna yang mengantarkan pesanannya. Tapi matanya menyipit melihat pakaian yang dipakai Ratna.
"Ini Den pesanannya."
"Taro."
Setelah Ratna meletakkan nampan itu diatas meja nakas, Bryan berbicara.
"Benari cara berpakaianmu. Ga pantes. Keluar kamar saya."
"Ba-baik, Den. Permisi."
Bryan menghela napasnya. Ia tau maksud lain Ratna. Terlihat dari cara ia menatapnya saat di pintu penyambutannya tadi pagi. Sangat tergoda dengannya.
Ia mengambil kopinya dan menyesapnya sebelum atensinya teralih pada Samudra yang tampak menggeliat kecil dalam gumamannya.
"Eh?!" Samudra terjengit kaget. Masih mengumpulkan nyawanya.
"Ini jam berapa?!"
"Masih jam 11 siang, ay."
Mendengar jawaban itu, Samudra menghela napas lega. Ia teringat janjinya siang ini akan ke rumah Rey.
"Mau mandi? Aku udah mandi."
"Haus." Ujarnya seraya mengangguk mendengar pertanyaan suaminya. Bryan langsung mengambil segelas susu hangat itu dan memberikannya pada Samudra. Remaja itu menegaknya sampai habis untuk membasahi tenggorokannya yang kering.
"Nah sekarang mandi dulu gih lalu siap-siap. Katanya Kak Nana masak banyak buat makan siang. Bang Rey juga lagi libur." Samudra mengangguk dan langsung turun dari kasurnya lalu bergegas ke kamar mandi.
Tak lama Samudra keluar dengan kimono yang membalut tubuhnya. Ia mengambil baju miliknya dan menggantinya di kamar mandi lagi. Setelahnya ia mengeringkan rambutnya dan sedikit menata wajahnya.
"Nanti sekalian mampir ke rumah Ibun ya. Ibun pengen liat kamu katanya."
"Okeyy. Ayo."
"Em mau gendong apa jalan sendiri?" Tanyanya. Ia sedari tadi memperhatikan cara jalan Samudra yang sangat pelan dan seperti bocah yang habis sunat. Membuatnya tak tega.
"Ditangganya aja gendong ya."
"Yaudah."
Setelah meletakkan leptopnya, Bryan menyambar kunci mobil dan dompetnya lalu menggandeng Samudra keluar. Ia dengan sigap mengangkat tubuh mungil itu dalam gendongan bridal style nya menuruni tangga rumahnya. Lalu menurunkannya lagi saat sudah sampai di bawah.
"Bi saya pergi dulu ya. Pulangnya mungkin malem an. Masaknya buat kalian aja ya." Pesannya pada Bi Asih yang kebetulan mengikuti mereka untuk mengantarnya ke pintu. Sekalian yang akan menutup pintunya.
"Baik, Den."
"Assalamualaikum."
"Waalaikum salam, Den. Hati-hati ya, Den."

KAMU SEDANG MEMBACA
SAMUDRA ⚠️
Teen FictionSi puting menggoda yang menjadi incaran banyak orang tapi malah jatuh pada rivalnya sendiri yang menggilainya bahkan sejak mereka bertemu saat TK dulu. Banyak yang ingin mencelakakan dirinya apalagi saat orang-orang tau ia mempunyai hubungan dengan...