Putra menghampiri Rose yang sedang mencuci pinggan mangkuk di singki. Belakang Rose dipeluk sebelum kepalanya dijatuhkan pada bahu. Satu kucupan diberikan pada bahu Rose yang terdedah sedikit.
Rose cuba mengelak namun pelukan Putra membataskan pergerakannya. Apabila bibir Putra merayap di sekitar leher dan telinga Rose, badannya berpusing dan mata mereka bertemu.
"Jangan sentuh saya boleh?"
Putra senyum senget, "Abang pegang pun tak boleh ke?"
Tubuh Putra ditolak menjauhinya. Kain bersih yang berada di tangan dilempar ke arah Putra yang masih berdiri di tempatnya.
"Tak cukup lagi ke?"
Rose mengorak langkah keluar dari dapur. Sengaja dia melanggar bahu Putra tanda protes. Putra tunduk ke bawah lalu capai semula kain bersih yang sudah berada di lantai.
Satu keluhan berat dilepaskan. Kepalanya toleh ke arah dapur semula. Kawasan dapur sudah bersih, ruang tamu juga. Nampaknya Rose tekad mahu berpisah dengannya sehinggakan dia sanggup lakukan kerja rumah seperti dulu.
Abang akan dapatkan balik hati isteri abang!
Putra buka peti sejuk lalu mengambil sebiji epal hijau. Langkah diatur ke bilik kerjanya semula. Sambil dia berjalan, kakinya terhenti apabila lihat pintu bilik tetamu terbuka. Apabila tiba di depan pintu, jantung Putra bagai terhenti melihat Rose berdiri kaku di depan seseorang yang sedang mengacu pistol pada isterinya.
Penceroboh?!
"Rose!"
Bang!
Terus Putra menapak masuk ke dalam seraya menarik tubuh Rose ke dalam pelukannya. Kepantasan Putra menyelamatkan Rose dari terkena peluru namun belakang badannya mula mengalirkan cecair merah.
"Putra!" Rose panik apabila lihat darah mengalir dari belakang badan Putra.
Belum sempat Putra kejar, si pelaku sudah melarikan diri ikut tingkap yang terbuka. Tidak peduli luka dan darah yang mengalir, Putra berpusing dan bergerak ke arah Rose semula.
Bersama degupan jantung yang berdetak hebat, nafasnya berombak laju dan badan menggigil kecil, Putra tarik Rose ke dalam pelukannya.
"Humaira, tak apa-apa kan?" tanya Putra lembut. Nada suaranya dikawal sehabis baik. Dia tidak mahu kelihatan lemah di depan Rose.
Rose angguk, "Saya okey. Awak yang..."
"Shhh. Abang okey. Abang tak nak apa-apa jadi pada isteri abang." ujar Putra seraya mengeratkan pelukan.
Getaran pada badannya membuatkan Rose teringat malam di mana Putra ke Russia untuk menjalankan misi dan koma. Itulah kali pertama dia lihat sisi Putra yang nampak lain dari sebelumnya. Pelukan hangat malam itu masih terasa.
Beginilah rasanya. Hangat dan penuh dengan kelembutan. Tika ini dapat Rose rasakan degupan jantung Putra yang berdetak hebat atau tidak normal seperti selalu. Benar sungguhlah dia risau akan keselamatan Rose tadi.
YOU ARE READING
THE BRIOC: HIS PRISON
FanfictionWelcome to 2nd colors series: Midnight 🖤 Raja Putra Qadi Brioc X Amara Christine Rose. Setelah lima tahun berumahtangga, Rose memutuskan jalan perpisahan adalah jalan yang terbaik bagi mereka. Duduk serumah, tidur sebantal tapi hidup mac...