seven

9 2 0
                                    

Naya terbaring di brankar rumah sakit, keadaan nya begitu memprihatinkan karena setelah dokter mengecek kondisi Naya ternyata ia mengalami kekurangan darah akibat benturan yang sangat keras sehingga darah yang keluar begitu banyak.

Di samping brankar terdapat Gisel, indah, dan Syaqil yang sedang duduk di sofa sambil sesekali mereka menangis karena melihat keadaan Naya.

Sudah 24 jam Naya tertidur, kapan ia akan membuka mata setelah kejadian itu.

Polisi mengatakan bahwa Naya ditemukan didekat pohon yang tidak berdaun. Tempat itu adalah tempat di mana Naya bertarung melawan ke 3 preman dan nya  Naya ditemukan dengan kondisi wajah pucat dan dipenuhi banyak darah.

Awalnya mereka mengira Naya telah menjadi mayat, namun pernyataan itu salah setelah petugas memeriksa detak jantung nya, ia masih bernafas.

"A-arzan"

" A-arzan apakah itu kamu"

Naya mengigau dan membuat semuanya terkejut bahagia jika Naya sudah kembali sadar. Mereka menghampiri Naya dan mengusap tangannya halus.

Sedikit demi sedikit Naya mulai membuka matanya, dia melihat cahaya dari luar yang menyinari ruangannya. Dia sangat bersyukur masih diberi umur untuk melanjutkan kehidupannya di dunia.

"Alhamdulillah, Naya setelah 1 hari lo gak sadar akhirnya sadar juga" Ucap Gisel yang mengeluarkan air mata karena terharu.

Serentak mereka mengucapkan rasa syukur.

" Sel Arzan mana, kemarin dia yang nolong gue kan waktu hilang di hutan dia juga udah nolongin gue waktu di hajar 3 preman" ucap Naya sambil memegangi kepala yang di bungkus dengan perban.

" Maksud lo Arzan nolongin lo gitu?, lo gak ingat kejadian sebelum hilang dia sempat ngelakuin apa dan Lo kaya gini itu gara gara dia" ucap Gisel tidak percaya dengan cerita Naya.

"Gak tau sel, karena gue sempat liat  wajah pria yang nolongin gue sama persis dengan Arzan gue kira beneran dia" Ucap Naya yang menghiraukan ucapan Gisel.

" Nay, gue gak mau lo terus kepikiran tentang Arzan dan lo larut dalam kesedihan gue gak mau itu terjadi sama lo"

"Gue minta sekarang juga buat lupain Arzan karena dia gak cinta sama lo. Setelah kejadian kemarin jelas jelas dia menunjukkan secara terang terangan kalau dia emang gak suka lo"

"Maaf ya gue gak maksud menjatuhkan lo, tapi gue ingin yang terbaik buat lo Nay" sambung Gisel yang duduk di sebelah ranjang Naya.

"Bener juga kata lo sel, tapi gue gak bisa buat lupain Arzan, gue masih cinta sama dia" Ucap Naya.

"Dan gue harap kejadian semalam hanya kesalahpahaman" lanjut Naya.

" Ya semoga aja" ucap Gisel.

" Nay lo belum tau ya, Arzan hilang waktu lo hilang" Indah menceritakan semua yang terjadi.

"Terus sekarang bagaimana keadaannya?" Ucap Naya penuh kekhawatiran.

"Dia lagi di rawat di rumah sakit yang sama, sekarang kondisinya masih belum sadar" sambung indah.

" Nah pertanyaannya, bagaimana Arzan bisa nolongin lo sedangkan dirinya saja entah dimana keberadaannya" ucap Gisel sambil membenarkan hijab nya di kaca yang menempel di dinding rumah sakit.

Kalau semalam yang nolongin gue bukan Arzan lalu siapa dan mengapa wajahnya sangat sama persis? ( Batin Naya).

" Nay, gue udah telpon kedua orang tua lo dan mereka bilang sedang ada dalam perjalanan" ucap Syaqil.

"Hah papah sama mamah mau kesini" ucap Naya terkejut.

" Iya" ucap Syaqil

" Serius, gue kangen banget sama mereka" ucap Naya senang sampai dia bangkit dari ranjangnya dan bersorak ria.

Yeayyyy.....

" Dua rius"

" Kalian mau denger gak, cerita pas gue hilang di hutan? Tanya Naya sembari duduk di atas ranjang.

" Mau mau " ucap Syaqil.

" Okeh 1 paragraf 2 juta" Naya berulah lagi.

" Hah mahal banget,Gak jadi deh males" ucap indah memutar bola matanya malas.

" Canda surindah " Naya tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi Indah.

****

Di kamar 12 Arzan masih terbaring di atas ranjang rumah sakit. Wajah nya sangat pucat serta badannya yang sangat dingin.

" Zan Lo tidur pulas banget sih, gue kangen jokes an dari lo hiks...hiks..hiks" ucap Amar sambil menangis.

" Heh gak usah nangis juga kali lebay lo, cowok itu gak boleh nangis bego alias harus wrong" ucap Ryan yang sedang duduk di samping arzan sambil memegang hpnya terlihat seperti sedang mengetik.

" Strong bego, lo kalau gak bisa bahasa inggris udah diem aja"ucap Amar.

" Nah iya maksud gue itu, typo dikit gak ngaruh hehehe" ucap Ryan meruncingkan senyuman nya.

" Zan wajah lo pucat banget kek orang udah mati" ujar Ryan.

Plakkk

"Heh jangan ngomong sembarangan goblok" Amar memukul tangan Ryan.

" Heh sakit anj*ng" Ryan memegangi tangannya meringis kesakitan.

" Lebay"

" Nay.... Nayya" lirih Arzan

"Heh liat Arzan sadar tuh" ucap Amar yang sedari tadi memerhatikan gerak gerik Arzan.

"Alhamdulillah" ucap mereka kompak.

Arzan membuka kedua matanya, ia menatap ke arah Amar dan Ryan.

" Bagaimana kabar lo Zan?" Tanya Ryan.

" Alhamdulillah Gue masih hidup"

" Yaelah bilang masih hidup segala, ya iya gue tau lo hidup, gue nanya bagaimana keadaan lo masih pusing, mual, lapar atau apa" ucap Ryan panjang lebar.

" Mar tau gak Naya dimana, dia baik baik aja kan?" Arzan tidak mengubris pertanyaan Ryan, ia bersuara pelan dan sangat lemah.

" Bangun bangun langsung nanyain Naya, setidaknya tanya kabar temannya dulu gitu" ucap Ryan sebal.

" Dia baik baik aja Zan, udah sadar malahan" ucap Amar menenangkan Arzan.

Ia tahu karena sebelum ke kamar Arzan, mereka sempat bertemu dengan Gisel dan menanyakan kabar Naya.

"Kok keliatan nya lo khawatir sama Naya sih" ucap Ryan dengan tatapan yang mencurigakan.

" gue wajib tau kabarnya, karen--"

Ucapannya terhenti

" Karena apa Zan?" Ucap Ryan dengan penasaran.

" Karena dia itu teman kita semua, jadi sebagai teman sudah patut untuk menanyakan kondisi nya" Arzan melanjutkan ucapannya.

" Oh doang" ucap Ryan.

" Bukannya lo udah tau yan?" Ucap Amar.

" Tau apa?" Tanya Ryan.

" Ituuu" Umar mengkode Ryan dengan bahasa isyarat khusus.

"Tau dari dulu" ujar Ryan.

" Kalian ngomongin apa sih?, terus ayah sama bunda gue mana?" Tanya Arzan.

"Ayah lu lagi ngurus administrasi rumah sakit sedangkan bunda lu lagi melaksanakan sholat duha di musholla rumah sakit"

" Mereka udah kesini tadi sebelum gue jenguk lu, setelah gue kesini mereka titipin ke gue buat jagain lu" ucap Amar lagi.

CINTA TAPI GENGSI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang