seven teen

11 2 0
                                        

Pada pukul 19:30 Naya duduk pada sofa di balkon dekat kamarnya. Menghirup angin malam yang begitu dingin ditemani oleh secangkir kopi dan sepiring mie rendang.

Biasanya hal ini dilakukan saat Naya merasa frustasi akan sesuatu. Dulu sewaktu Naya masih kecil jika dirinya  kecewa karena seseorang dia akan berdiri di balkon lalu berteriak sekencang mungkin atau dia akan menyakiti dirinya sendiri dengan melakukan hal yang dapat melukai.

Sepertinya sekarang sudah tidak berlaku karena ia sudah semakin dewasa, ia malu jika melakukan itu.

Naya masih saja memikirkan masalahnya saat siang tadi.
Sudah sekuat tenaga ia menepis pikiran itu namun usaha itu gagal.

Naya juga sudah menceritakan kepada sahabatnya tentang perkara tersebut namun jawaban mereka sama semua.

Semakin di ingat semakin sakit, Naya menaburkan 4 sendok bubuk cabe me dalam mie nya.

" Lebih baik lambung gue yang sakit daripada hati gue yang sakit" ucap Naya lalu mulai memakan mie nya.

Meskipun rasanya sangat pedas sungguh ia bisa menahannya bahkan keringat membasahi seluruh tubuhnya dan tangannya bergemetar saat mulai merasakan rasa sakit di area perutnya.

Naya berjalan ke ruang tamu setelah keluar dari kamar mandi untuk mengeluarkan beban hidupnya.

Panca indra nya menatap sosok mama nya yang sedang duduk di sofa sambil menatap ke laptop di depannya.

" Mama lagi sibuk ya?" Tanya Naya mengalihkan pandangan mama nya yang semula  menatap laptop kini menatap sendu ke arah Naya.

" Kenapa sayang, gak sibuk kok cuma lagi ada beberapa yang harus di kerjakan" ucap wanita paruh baya itu yang merupakan mama nya.

" Boleh ngobrol sebentar gak mah?" Tanya Naya kepada Gita.

" Boleh sayang sini duduk" ucapnya lembut.

Naya pun nurut, kini ia berada di samping mama nya.

" Mah dulu waktu muda mama pernah jatuh cinta nggak?" Tanya Naya sambil memainkan rambutnya.

"Hmmm pernah kayaknya,karena jatuh cinta itu hal yang wajar Naya apalagi saat masa pubertas, kenapa tiba-tiba nanya gitu?" Ujar Gita lalu kembali bertanya kepada Naya.

"Gak papa mah cuma lagi gabut aja, kalau mama dulu kisah  cinta nya gimana atau kalau bahasa sekarang mah namanya cinta bertepuk sebelah tangan " ujar Naya lalu di balas senyuman oleh Gita.

"Hmmm gimana ya bisa di bilang mama itu di tinggal nikah sama si dia, padahal si cowok nya udah janji sama mama mau nikahin mama bulan depan tau taunya malah nikah sama pilihan ortu nya" ujar Gita.

"Beneran mah, aduh pasti sakit banget ya" ujar Naya yang merasakan apa yang pernah dirasakan mamanya.

" Ya sakit , tapi mama udah ikhlas karena itu semua udah takdir Allah mungkin yang mama suka belum tentu Allah suka"

" Tapi yang Allah suka sudah pasti yang terbaik untuk mama" ujar Gita sambil mengerjakan pekerjaan di laptopnya.

Ternyata cara mama Gita bercerita tidak berbeda jauh dari mama nya dulu saat Naya kecil. Suara nya yang lembut mampu menenangkan hati pendengarnya.

" Mah kalau suka sama seseorang lalu cinta nya bertepuk sebelah tangan, cara nerima nya gimana?"

"Kita harus siap menerimanya, karena cinta itu tidak bisa dipaksa Naya seberapa kuat kita menggenggamnya kalau dia tidak ditakdirkan untuk kita dia akan pergi"

Naya mengangguk paham.

" Jujur deh sama mamah Naya lagi jatuh cinta sama siapa sih, sampe masa lalu mama di tanyain" ucap Gita yang masih menatap laptop di depannya.

"Iya mah Naya lagi suka sama seseorang, tapi orang itu Wallahu alam bisa Naya miliki atau tidak" ujar Naya.

" Mama gak bisa ngelarang kamu buat jatuh cinta, karena cinta itu fitrah manusia. Tapi mama harap kamu bisa mengontrol hati kamu jangan terlalu berharap dengannya karena berharap kepada manusia itu sumber kekecewaan paling besar nak"

Naya mengangguk paham dan mencium pipi mama nya.

" Mah Naya pamit tidur ya, selamat malam mah" Naya pergi ke kamarnya.

Ternyata bercerita kepada mama nya bisa mengembalikan mood nya. Akhirnya tidak ada yang Naya khawatirkan lagi setelah mendengarkan penuturan dari mamanya.

CINTA TAPI GENGSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang