Sudah satu minggu Dellard tidak pulang ke apartemen, selama itu juga Nuna merasa kehilangan. Ada sebuah rasa yang sulit untuk dijelaskan sebuah rasa yang begitu menyesakkan hati hanya karena tidak melihat sosok Dellard.
Apakah ini bisa di bilang rindu?
Atau hanya karena pertemuan terakhir nya yang kurang baik, karena sebuah kesalahpahaman?
Hampir saja bibir mungil itu tersenyum saat melihat seseorang keluar dari apartemen Dellard tapi senyum itu langsung meredup saat orang itu ternyata adalah Sean.
"Paman Sean" Sapa Nuna.
"Nona Nuna" Nona tersenyum.
"Panggilan mu sedikit terdengar aneh paman rasa-rasanya namaku jadi sebuah lirik lagu""Maaf nona"
"Eh, tidak perlu minta maaf paman panggil namaku saja Nuna" Sean hanya mengangguk."Emm paman boleh aku bertanya sesuatu?"
Sean mengangguk "Silahkan"
"Dimana tuan Dellard?"
Sean sama datarnya dengan Dellard, tapi Sean masih sedikit terasa lebih nyaman saat di ajak berbicara."Maaf nona aku tidak bisa memberitahu mu"
"Kenapa?" Nuna merasa kecewa, jujur saja hatinya menginginkan untuk bertemu Dellard saat ini.
Sean tahu apa yang Nuna rasakan saat ini tapi apapun yang Sean katakan adalah perintah dari Dellard. "Nona tidak perlu khawatir tuan Dellard dalam keadaan baik hanya saja ada pekerjaan yang harus beliau selesaikan dalam waktu dekat"
'Tapi kenapa sampai tidak pulang?'
"Baiklah paman terimakasih" Nuna pamit untuk kembali ke apartemen nya. Setelah itu Sean kembali ke kantor untuk menyelesaikan pekerjaan yang pastinya sudah menunggu untuk dikerjakan.
Waktu dan pikiran Sean 90% adalah untuk bekerja maka dari itu hingga saat ini Sean tidak memiliki waktu untuk kencan dengan wanita manapun bahkan hanya untuk sekedar teman chating.
Hidup Sean hanya kerja kerja dan kerja.
Bunyi ponselnya yang berdering membuat langkah Sean terhenti, ada helaan nafas saat Sean menekan tombol hijau di layar ponselnya.
"Halo Sean, kapan kamu akan mengenalkan calon menantu ibu? Ibu sudah sangat ingin melihat kekasih mu. Hm kau tau Sean teman-teman ibu selalu membicarakan menantunya tapi ibu hanya bisa mendengarkan"
Sebenarnya Sean sudah sangat bosan mendengar pertanyaan ibu nya yang selalu menanyakan kekasihnya rasanya membuat kepala Sean mendadak migran.
"Bu, aku belum ingin menikah dan lagi aku belum memiliki kekasih" Sean berusaha berucap lembut pada ibu nya, dia sangat memahami perasaan ibunya tapi apa boleh buat dirinya memang belum memiliki kekasih saat ini.
"Ayolah Sean kau terlalu sibuk bekerja sampai melupakan kehidupan pribadi mu" Terdengar nada kecewa di sana "Untuk apa kau bekerja jika tidak memiliki keluarga Sean"
"Akan ku pikirkan setelah pekerjaan ku selesai Bu"
"Ck" Terdengar decakan"Selalu seperti itu"Sean adalah satu-satunya putra nya jika tidak berharap cucu dari Sean lalu dari siapa lagi.
"Kalau begitu ibu yang akan mencarikan wanita untuk mu Sean" Setelah mengatakan itu telfon dimatikan sepihak dan Sean hanya bisa menghela nafas. Ujung dari pembicaraan ini, berakhir dengan ibunya merajuk.
Sean kembali mengayunkan kakinya menuju lift, saat pintu lift terbuka dan seorang pria dengan jaket bertuliskan kurir keluar dengan sebuah kotak di tangannya. Sekilas tidak ada yang mencurigakan dari pria itu tapi Sean menyadari sesuatu. Sean yang sudah masuk kedalam lift mengurungkan niatnya dan memilih untuk membuntuti pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ceo Tampan Kesayangan Nuna [TERBIT]
RomanceSUDAH TERBIT✓ SUDAH TERSEDIA DI SHOPEE✓ORDER SEKARANG✓ [FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️⚠️⚠️] Tuan Dellard Abbiyya Wesley seorang pengusaha muda yang mendapat julukan Oracle of Omaha (Peramal dari Omaha). Di usianya yang belum 25 tahun Dellard sudah me...