Bab 19 Balas Pesan

2.3K 50 0
                                    

Sepanjang koridor Disty tak henti-hentinya membicarakan kejadian romantis Nuna dan Tuan Dellard membuat telinga Nuna terasa panas, bukan hanya telinga setiap kali Disty menyebut nama Tuan Dellard pipi nya juga ikut-ikutan terasa panas.

Ingin sekali rasanya Nuna ngadem di bawah AC kelas. Sudah bisa di pastikan semerah apa sekarang wajahnya. Pasti sangat memalukan jika Tuan Dellard melihatnya.

"Tuan Dellard memang spek suami idaman banget Na, gile bener mukanya gak ada jerawat satu pun yang berani nemplok licin kek jalan tol" Ingin rasanya Nuna menyumpal mulut Disty sekarang.

"Nikahin Na, setelah nikah kamu gak perlu khawatir jatuh miskin kayak sekarang" Nuna memutar matanya malas.

"Kenapa emang kalo aku miskin?" Sewot Nuna.
"Hehe piece canda sezeng" Disty menggandeng lengan Nuna sambil cengengesan.

Sepanjang koridor Disty masih terus mengoceh tapi tak satu pun ocehan Disty yang berfaedah hanya membuat Nuna menghela nafas sadar.

Tiba-tiba saja Nuna teringat dengan ucapan Tuan Dellard "Balas pesan ku" Nuna mengerutkan dahinya mengingat kapan Tuan Dellard mengirim nya pesan. Hanya ada dua nomor tak di kenal yang mengirimkan pesan Nuna. Apa jangan-jangan Tuan Dellard yang selama ini meneror nya?

Tapi mana mungkin? Dengan tujuan apa Tuan Dellard meneror dirinya sungguh kurang kerjaan sekali Tuan tampan itu.

Ah sudahlah Nuna malas memikirkan nya membuat jantungnya tidak aman saja.

"Na...." Disty menyentak tangan Nuna sedikit kasar membuat Nuna terkejut. Sama halnya dengan Nuna, Disty juga terkejut melihat isi tas Nuna berantakan dan buku-buku Nuna hancur berserakan.

"Siapa yang lakuin ini" Teriak Disty ditujukan pada seluruh penghuni kelas namun mereka semua menggeleng tak tahu.

"Kita masuk udah kayak gitu Na"
"Iya Na, kita semua beneran gak tau siapa pelakunya"

Nuna berjongkok mengambil kertas-kertas yang berserakan di lantai. Tugas fisikanya juga tak luput , sama hancurnya dengan buku yang lain padahal tugas itu harus di kumpulkan hari ini juga.

"Awas aja ya sampe aku tau pelakunya aku gantung di tiang bendera" Ucap Disty berkelakar lalu membantu Nuna membereskan barang-barangnya yang berserakan.

'Ini baru awal Nuna, kamu akan lebih terkesan dengan apa yang aku lakukan selanjutnya' Seringaian tipis itu nyaris tak terlihat.

***

Dellard melangkah kan kaki menuju memasuki mansion mewah dengan arsitektur klasik Eropa yang dominan dengan warna putih. Para maid menyambut kedatangan Dellard dengan membungkukkan badan sebagai tanda hormat pada Tuan Muda keluarga Wesley.

Dellard selalu menunjukkan sikap yang tenang namun terlihat berwibawa dan menawan. Langkahnya yang lebar dan aroma parfumnya yang menguar setiap kali Dellard menggerakkan tubuhnya membuat siapapun tak bisa untuk tidak terpesona akan dirinya.

"Kau pulang kak" Suara Nison membuat Dellard menghentikan langkahnya dan menjawab pertanyaan Nison dengan anggukan kepala.

Dellard menghampiri Nison yang tengah duduk di meja makan. Meski hanya Nison seorang yang makan tapi hidangan yang di sajikan cukup untuk mengenyangkan lima orang.

"Apa kau ada urusan dengan ayah?" Lagi-lagi pertanyaan Nison hanya dijawab dengan anggukan membuat Nison mendengus kesal.

"Pergilah sepertinya ayah juga tengah menunggumu" Bahkan kali ini Nison harus menarik nafas panjang karena Dellard mengabaikan nya dan meninggalkan dirinya begitu saja. Tidak bisakah dia sedikit berbasa-basi menanyakan kabar misalnya?

"Dasar manusia robot" Umpat Nison.

Mungkin di keluarga nya yang berperilaku normal hanya dirinya, kedua kakaknya benar-benar diciptakan seperti robot, formal, kaku dan membosankan. Ayahnya juga sama kakunya dan ibu nya meskipun tidak bersikap kaku tapi ibunya itu sangat penurut dengan ayahnya.

'Eh aku juga nurut deh sama ayah, gak nurut bisa-bisa aku akan hidup melarat jangan sampai itu terjadi' Batin Nison terkikik.

Di ruang kerja Tuan Hatha.

Kini Dellard sudah duduk tenang di hadapan ayahnya. Tuan Hatha hanya meminta Dellard untuk datang menemui dirumah, mungkin memang ada masalah yang terjadi tapi sejauh ini perusahaan dalam keadaan baik.

"Papa baru saja menemui ibu mu" Mata Dellard melebar meskipun hanya beberapa detik sebelum Dellard mengubah ekspresi nya menjadi datar kembali.

"Beberapa tahun terakhir papa sudah membicarakan masalah ibu mu dengan seorang ahli kejiwaan di negri Tersia".

"Dia teman lama papa, papa sudah memutuskan untuk mengirim mama mu ke sana agar ditangani lebih baik lagi". Dellard masih tak memberikan reaksi apapun.

Hatha menunduk dalam membayangkan wajah cantik Mutia 25 tahun yang lalu. Wajah yang mampu membuat seorang Hatha terpikat hingga melakukan hubungan terlarang dengan Mutia yang berstatus baby sitter putra pertamanya Marvin.

Meski bertanggungjawab dan menikahinya secara sirih namun keberadaan Mutia tidak pernah diumbar dihadapan publik. Hatha mencintai Iriana tapi tidak dipungkiri Hatha juga menginginkan Mutia.

Rasa bersalah itu terus menghantui Hatha melihat kondisi Mutia saat ini. Hatha sudah berusaha semampunya untuk pengobatan Mutia namun kondisi kejiwaan Mutia tak kunjung membaik.

Dellard bisa melihat kedua mata Hatha berkaca-kaca namun Dellard masih diam tak memberikan komentar apapun atas keputusan papanya.

Bagaimanapun Mutia masih istri sah Hatha dan Hatha berhak atas Mutia itu yang dipikirkan Dellard saat ini.

Ceo Tampan Kesayangan Nuna [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang