Bab 43 Koma

1.7K 54 3
                                    

Dellard meraup kasar wajahnya berkali-kali menetralkan rasa cemas dan khawatir nya, belum ada satu jam Dellard melepas Nuna kejadian buruk menimpa Nuna.

Mobil yang dikendarai William terhantam truk dari arah berlawanan, mobil William terpental dan menabrak pembatas jalan. Kecelakaan itu menyebabkan kerusakan parah pada mobil sport William.

Bunyi sirine bersahut-sahutan membawa korban kecelakaan atas nama Zanuna Quensha Bratadikara dan William Zhionathan. Keduanya mengalami cidera serius di bagian kepala, dan sebagian wajah William remuk.

"Tuan" Sean dan Lili menunduk hormat saat Dellard sampai di Rumah Sakit.

"Bagaimana keadaan mereka"

"Keduanya tengah menjalani penanganan di ruang ICU tuan" Dellard mengusap wajahnya , rasa lelah ditubuhnya bahkan tak lagi ia rasa dipikirkan nya saat ini hanya Nuna.

Menyesal menyerahkan Nuna pada William, itulah yang terbesit di pikiran Dellard. Andai waktu bisa diulang lebih baik Dellard adu jotos dengan sepupunya itu dibanding melihat keduanya terbaring tak berdaya.

Tuan Hatha, Nyonya Iriana, Tuan Martin, Tuan Nison dan juga Adelia datang dengan wajah khawatir mereka.

Sean dan Lili kembali menunduk hormat saat keluarga Wesley berdiri di hadapannya.

"Sayang apa yang terjadi" Iriana memeluk tubuh jangkung Dellard terisak di dada bidang Dellard. Dellard mengusap lembut punggung mamanya menenangkan wanita kesayangannya.

Tuan Hatha dan Sean tengah berbicara serius mengenai kecelakaan yang dialami William dan Nuna. Tuan Hatha meminta Sean untuk menutup seluruh pemberitaan dan media yang terkait dengan kecelakaan William, tentunya juga menyelidiki supir truk yang menabrak mobil William.

Dalam kasus ini tentu William yang salah karena mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi, untuk itu Tuan Hatha tidak ingin jika kasus ini tersebar kemana-mana.

Sean mengangguk patuh dan segera menjalankan perintah dari Tuan Hatha.

Beberapa saat kemudian Mario, Tamara dan Cantika datang.
"Bagaimana keadaan putri saya" Iriana mengurai pelukannya pada Dellard.

"Sedang dalam penanganan dokter" Mario terduduk lemas di lantai rumah sakit, kakinya terasa lumpuh tak bertenaga. Rasa kecewa akan dirinya sendiri baru terasa setelah melihat putri semata wayangnya diambang kematian.

"Maafin papa sayang, bertahanlah..."

Cantika muak melihat wajah-wajah yang mengkhawatirkan saudara tirinya itu, alangkah lebih menyenangkan jika saudara tirinya itu mati saja.

Suara pintu terbuka mengejutkan semuanya, membuat mereka semua berhamburan menuju dokter yang keluar dari ruangan Nuna.

"Pasien membutuhkan donor darah, apakah ada yang golongan darahnya AB" Mario menghela nafas disaat seperti ini dirinya tidak bisa menyumbangkan darahnya untuk putrinya.

"Darah saya AB dok, tapi saya tidak bisa menyumbangkan darah saya karena penyakit yang saya derita" Lirih Mario.

"Ambil darah saya dok darah saya AB" Nison mengajukan dirinya untuk menyumbangkan darahnya.

"Baiklah silahkan ikut saya" Nison mengangguk.

Nison menepuk bahu Dellard "I won't let her die, I know you love her a lot, don't worry" Dellard menanggapi ucapan Nison dengan senyum tipis.

Setelah hampir empat jam penanganan akhirnya dokter yang menangani Nuna keluar dari ruangan. Cidera yang dialami Nuna tidak terlalu parah, Nuna hanya mengalami benturan ringan yang mengakibatkan sedikit pendarahan di kepalanya.

Ceo Tampan Kesayangan Nuna [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang