Bina Maira Ranjani
"Na, lo beneran gak mau coba sama gue? Ya gue tau, gue emang mantannya Fani, sahabat lo, tapi kalau gue emang gak jodoh sama Fani dan jodohnya sama lo gimana?"
Gue berusaha mengatur ekspresi sebiasa mungkin meskipun gue udah luar biasa muak ketika kalimat itu diucapkan oleh pria yang udah 3 kali? Atau 4 kali nembak gue dan templatenya kurang lebih selalu begitu.
Jujur, ogah banget gue berjodoh sama cowok mokondo kayak dia. Sesuai pengalaman Fany, sahabat gue yang diporotin abis-abisan sama blio ini, tentu aja gue gak mau jadi korban selanjutnya. Sebenernya orangnya gak kere-kere amat, cuma emang pelit aja dan selalu mengandalkan pasangannya yang uangnya lebih banyak dari dia. Fany itu anak orang kaya tajir melintir, sekarang targetnya gue yang notabenenya adalah anak dari bos di perusahaan tempat dia bekerja.
"Aduh, gimana ya Ki," gue tersenyum canggung padanya karena beneran kehilangan alasan lagi untuk menolaknya.
"Sebenernya gue...."
"Gue gak suka cowok, gue sukanya.... cewek."Ya. Saking gak tau harus beralasan apalagi buat nolak ini cowok, akhirnya gue memilih berpura-pura jadi lesbi dan berharap kalau dia akan ilfeel kemudian menjauhi gue.
"Hah? Yang bener lo Na?"
"I-iya."
"Jangan-jangan lo suka sama Fany?"
Sembarangan lu Ki, Rizki!
"Eh, gak gitu juga. Gue emang suka sama cewek tapi gak sahabat gue juga Ki."
"Wah gue gak nyangka sih Na, lo... beneran?"
"Iya, makanya kan gue belum nikah-nikah sampe sekarang? Karena ya... gue sukanya sama cewek, hehe..."
"Gila-gila!!!"
"Makanya Ki, jangan ngejar-ngejar gue lagi, gue gak suka terong, sukanya... apel... hehe...." berkata demikian tentu aja membuat pria bernama Rizki yang ada di depan gue ini bergidik ngeri, jangankan dia, gue yang ngomong aja geli, dalam hati sambil bilang, amit-amit ya Allah, cuma pura-pura doang.
Meskipun gue harus menahan geli ke diri gue sendiri karena sudah mengaku suka sesama jenis, setidaknya gue bisa bernapas lega karena sepertinya rencana gue untuk membuat Rizki ilfeel itu berhasil, pria itu langsung menatap gue aneh sebelum pergi duluan dari kantin tempat gue dan dia makan siang tadi.
Hari-hari berikutnya, gue betulan lega karena Rizki tidak menganggu gue lagi. Biasanya dia bawain gue kopi pagi-pagi, tapi sekarang kalau kita papasan dia cuma senyum aja.
Tapi... ada yang aneh. Kenapa beberapa hari terakhir orang-orang kantor pada liatin gue. Gue sampai ngaca takut make-up gue aneh, tapi enggak kok. Gue selalu cantik.
Sampai akhirnya, rasa penasaran gue terjawab ketika Papa tiba-tiba aja datang ke ruangan gue.
"Bina!!!" Mood gue beneran langsung ancur kalo udah ketemu bokap, kalau gak nanyain soal kerjaan ya nanyain soal pacar. Kali-kali kek nanya keadaan gue secara mental dan fisik.
"Apa Pa? Masih pagi ini."
"Kamu ini ya!"
Gue menyatukan alis ketika Papa menunjuk-nunjuk gue.
"Ada apa sih Pa?"
"Kamu beneran... lesbi?"
"Hah?" Gue kaget lah, tau dari mana anjir?
"Gosip tentang kamu lesbi itu udah kesebar 1 kantor."
Gue membulatkan mata, oh jadi ini. Ini yang bikin gue jadi pusat perhatian dari tadi? Karena gosip sampah ini? Emang kurang ajar lo RIZKI!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Bina & Bani (Selesai)
FanfictionBina Maira Ranjani (27 tahun) "Lebih baik saya dianggap lesbi sama semua orang untuk selamanya dari pada harus nikah sama bocah kayak kamu, minimal lulus sarjana dulu deh." Bani Hanif Ashraf (22 tahun) "Mbak, saya juga masih punya pacar, kalau bukan...