Ada scene baru di sini wkwk
***
Bina Maira Ranjani
Saat gue dengar kalo Bani putus sama pacarnya, lalu dia bilang kalau dia mulai naksir gue, dia mau kita mulai dari awal pernikahan ini dengan hubungan selayaknya suami isteri, gue tau dia gak bercanda, tapi gue juga gak bisa menyakini itu semua 100% karena dia bilang kalau dia aja masih gak percaya dengan diri dia sendiri soal itu, tapi dalam hati kecil gue, gue ikut senang kalau sampai dia benar-benar serius dengan semua ucapannya itu, hanya saja untuk sekarang, gue masih ingin melihat keseriusannya dulu secara langsung.
Gue cuma bisa terkekeh ketika dia berjalan dengan kesal menuju kamar mandi karena gue bersikap seolah gue menganggapnya bercanda atau bahkan sakit setelah mengucapkan itu semua, gue juga berpura-pura gak begitu mengerti dengan apa yang ia maksud, padahal dengan usia gue yang 27 tahun, naif banget kalo gak tau gimana selayaknya hubungan manis suami-isteri yang justru selalu gue idamkan.
Dia udah selesai mandi dari tadi, sekarang gue yang baru aja selesai mandi dan pergi ke kamarnya untuk mengambil barang-barang gue yang sudah dibawakan oleh mama dari rumah, rumah orangtua gue ya, karena di rumah gue sendiri belum ada barang apapun yang dievakuasi.
Saat masuk kamarnya, gue melihat Bani yang sedang memasukan baju-baju gue didalam koper ke dalam lemarinya.
"EHH!!!" Gue reflek memekik ketika dia hendak membuka bagian dari koper yang isinya adalah pakaian-pakaian privasi gue.
"Anjir! Mbakk!!!!" Gue kaget ketika dia membalas memekik dengan wajah terkejutnya itu.
"Kaget tau! Kalo saya jantungan, emang mbak mau jadi janda, hah?"Loh kok jadi dia yang sewot banget sih?
"Lagian! Kamu ngapain?"
"Nyuci baju!"
"Jangan ngelucu!"
"Mbak gak liat saya ngapain? Beresin koper mbak lah!"
"Ya itu maksud saya, ngapain beresin koper saya?"
"Kan biar mbak istirahat aja!"
Gue menggelengkan kepala seraya menghampirinya, "Gak usah, biarin sama saya aja nanti."
Bani bangkit dari posisinya yang berjongkok dengan koper gue yang terbuka di lantai itu, hingga posisinya kini dia ada di hadapan gue. Dia menghela napasnya sebelum tersenyum pada gue, " Ya udah, nanti. Sekarang, mbak istirahat ya? Yuk!" Dia meraih tangan gue dan menarik pelan ke arah kasur.
Gue mendengar dengan jelas kalau Bani menyuruh gue istirahat, tapi dibawa berjalan menuju kasur dengannya membuat kepala gue terputar ke percakapan kami sebelum dia mandi tadi soal bagaimana suami-isteri yang betulan itu, membuat gue jadi berpikir yang enggak-enggak, hingga reflek gue pun menghempaskan tangannya yang tadi menggandeng tangan gue.
"S-saya gak mau tidur, gak ngantuk."
"Ya udah, istirahat aja, kan gak harus tidur."
"Ya udah, saya bisa sendiri, gak usah digandeng-gandeng."
"Ya udah."
"Y-ya udah."
Gue pun akhirnya berjalan menuju kasur Bani dan duduk di atas sana, sedangkan dia bisa gue lihat malah terkekeh kecil, entah apa yang lucu, setelah itu dia ikut duduk di hadapan gue yang menyender di kepala ranjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bina & Bani (Selesai)
FanfictionBina Maira Ranjani (27 tahun) "Lebih baik saya dianggap lesbi sama semua orang untuk selamanya dari pada harus nikah sama bocah kayak kamu, minimal lulus sarjana dulu deh." Bani Hanif Ashraf (22 tahun) "Mbak, saya juga masih punya pacar, kalau bukan...