06

165 35 33
                                    

Bani Hanif Ashraf

Entah udah jam berapa saat gue bangun, yang pasti matahari udah keliatan dan gue terbangun bukan karena gue seseorang yang morning person, oh, bukan sama sekali. Gue cuma kebangun karena kebelet.

Karena kamar ini gak ada kamar mandinya, jadi gue harus keluar kamar untuk ke sana.

Saat keluar dari kamar, dengan mata yang menyipit gue mendapati sesosok rambut pink sedang duduk di meja makan dengan segelas minumannya yang entah kopi atau teh gue juga gak tau, tapi yang pasti gak cuma minuman itu aja di atas mejanya juga ada roti dan laptop.

Gue mengucek mata karena penglihatan gue agak burem mungkin tertutup oleh kotoran mata gue, tepat setelah itu mata gue bertemu dengan sosok rambut pink tadi. Ini gak horor, dia jelas mbak Bina.

Rambut pinknya itu tergerai dan dia pakai kaus santai berwarna putih, melihat dia dengan laptopnya  gue bisa menyimpulkan kalau di pagi minggu ini dia sudah sangat produktif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Rambut pinknya itu tergerai dan dia pakai kaus santai berwarna putih, melihat dia dengan laptopnya  gue bisa menyimpulkan kalau di pagi minggu ini dia sudah sangat produktif.

Gue hanya tersenyum miring, sebenernya kasian juga ya, orang bener kayak mbak Bina malah harus dijodohin sama cowok berantakan kayak gue.

Mbak Bina tampak serius dengan laptopnya, wajahnya yang tanpa make-up itu tanpa sadar menyita fokus gue hingga gue berjalan sambil terus menatapnya, lalu tiba-tiba....

Dug....

Gue gak sadar kalau paha gue menyenggol laci besar membuat gue mengaduh kesakitan.

"Makanya Bani, bangun dulu, jangan merem aja!" Gue menoleh ketika mbak Bina bicara begitu, gue bernapas lega meskipun kesakitan karena setidaknya gue gak kepergok liatin dia.

"Kalah tuh sama yang di bawah kamu, dia aja udah bangun," mbak Bina menambahkan lagi membuat gue mengerenyit heran.

"Bawah... apaan?"

Mata mbak Bina dengan lancangnya menunjuk ke arah milik gue di bawah sana yang kelihatan bangun di balik celana. Wah anjir. Walaupun ini hal yang normal bagi pria di pagi hari tapi tetep aja gue malu.

"Mbak! Ini pelecehan ya!" Sentak gue seraya menutup aset gue itu.

"Hah? Megang aja enggak, itu tadi for your information aja!"

"Oh kode mau pegang?" Tanya gue untuk menggodanya.

Dia melotot, "GAK SAMA SEKALI!"

"Punya saya emang pinter narik atensi sih."

Dia memicingkan mata pada gue, "Udah deh, kamu jangan ganggu saya!"

"Mbak duluan yang godain saya."

"Gak ada yang godain kamu ya Bani!" Mbak Bina tampak salah tingkah, dan gue hanya tersenyum miring, dia pikir dia bisa menjaili gue? Gue jailin balik kan.

"Lain kali gantian saya yang liatin balik punya mbak ya!"

"BANI MESUM!" Pekiknya melotot pada gue.

"Talk to yourself, mbak!" Ucap gue sambil tersenyum sebelum melanjutkan niat gue pergi ke kamar mandi.

Bina & Bani (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang