34

89 22 10
                                    

di part ini votenya lebih sedikit dari part lain huhu:(

jangan lupa vote dan comment yaa

***

Bani Hanif Ashraf

"Brengsek."

Makian itu keluar dari mulut gue setelah gue dan mbak Bina berhasil menduga siapa orang yang paling mungkin ada di balik kebakaran rumah mbak Bina dan kecelakaan gue tempo hari.

Iya. Setelah mendapat pesan terakhir dari si pelaku itu. Gue dan mbak Bina langsung membuat analisis terhadap orang-orang yang mbak Bina temui hari ini dan kemungkinan-kemungkinan alasan mereka untuk melakukan itu pada mbak Bina. Setelah melalui diskusi yang cukup panjang, kami akhirnya memegang 1 nama yang kami duga paling mungkin menjadi si pelaku.

"Hasil analisis dan diskusi kita ini bisa jadi bukti mbak. Anjir juga ya, kenapa kita gak kepikiran dari kemaren deh. Terus kerja polisi sebenernya gimana sih? Masa jadi lebih jago kita dari pada mereka? Pokoknya abis ini kita laporin ke polisi lagi ya? Gak peduli dia itu siapa, dia harus masuk penjara!" Gue nyerocos panjang lebar meluapkan emosi gue setelah menemukan terduga pelaku, gue bahkan berkacak pinggang dan menggelengkan kepala karena gak habis pikir dengan semua yang dilakukan oleh orang itu dan penyebab kenapa ia melakukan itu.

Tapi saat gue menatap mbak Bina, wanita itu gak menunjukan respon yang sama seperti itu. Mbak Bina malah tampak melamun dan menunjukan wajah sendu.

"Mbak?" Gue menegurnya seraya menepuk lengannya pelan.

Mbak Bina langsung menatap gue, ia menggelengkan kepala, "Jangan Bani."

"Jangan apa?"

"Jangan laporin dia ke polisi."

"Kenapa?"

"Saya gak mau."

"Loh? Kok gitu?"

"Bani, kamu tau sendiri alasan kenapa dia lakuin itu."

"Iya tau, terus apa itu jadi pembenaran?"

Mbak Bina memejamkan matanya sambil menarik napas yang kemudian ia hembuskan berat, "Kamu gak ngerti Bani!"

"Gak ngerti di bagian mana? Dia itu dendam sama kamu! Dia berani ngancam dan bahkan nekat buat lakuin hal kriminal kayak gitu."

"Ayahnya meninggal karena nolongin saya! Harusnya saya yang mati saat itu Bani! Jeff punya dendam begitu karena saya sendiri!"

Udah tau kan? Dugaan kami si pelaku adalah Jeff, dia yang punya alasan paling kuat kenapa ia melakukan itu semua pada mbak Bina. Iya, tentang dendamnya. Mbak Bina gak kepikiran sampai sana karena ia hanya terfokus pada lawan-lawan bisnisnya, pikirannya juga gak sampai ke Jeff karena pada awalnya dia gak ingat tentang kebakaran di masa kecilnya ditambah lagi Jeff masih keluarganya, ia tidak menyangka kalau Jeff akan senekat itu. Padahal jika diteliti lagi, itu cukup jelas saat Jeff memilih cara membakar rumah mbak Bina untuk menyelakainya, karena itu adalah cara  yang sama ketika papanya meninggal karena menolong mbak Bina dari kebakaran juga dan bukankah harusnya semakin jelas karena Jeff dan mamanya (tante Anin) memang tidak pernah menyukai mbak Bina? Tapi sayangnya, kami semua gak ada yang sadar soal itu sebelumnya.

"Harus berapa kali saya bilang kalau itu bukan salah mbak?" Balas gue.

"Kamu gak ngerti gimana punya rasa bersalah Bani!"

"Saya tau!!! Tau banget!!!! Tapi gak kayak gini mbak, mbak mau diem aja kalau selanjutnya dia terus dendam dan mau nyelakain kamu terus?"

Mbak Bina menatap gue sambil tersenyum miring, "TAU? TAU APA SIH KAMU, BANI? KAMU GAK ADA DI POSISI SAYA!"
Gue agak terkejut ketika mbak Bina mulai meninggikan suaranya.

Bina & Bani (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang