Affection

120 11 1
                                    

Aku membuka mataku dan melihat diriku tertidur di ruang tunggu UGD.

Aku masih setengah tertidur dan merasakan seseorang memelukku, aku menengok untuk mengetahui siapa yang memelukku, ternyata Pak Jeffrey memelukku menahan agar jas yang dia gunakan untuk menyelimutiku tidak jatuh.

Aku meluruskan tubuhku dan membuat Pak Jeffrey terbangun.

"Bapak, kenapa di sini?" tanyaku, sambil mengusap mataku.

"Saya gak bisa ninggalin kamu sendirian kemarin. Kamu khawatirin temanmu terus, jadi saya rasa saya harus ada disamping kamu sebanyak yang saya bisa. Jadi saya tetap di sampai kamu tenang, dan ketiduran" jelas Pak Jeffrey padaku sambil merapihkan jasnya.

Aku terdiam dan tersentuh mendengar jawaban Pak Jeffrey.

"Are you okay?" tanya Pak Jeffrey yang melihatku tiba-tiba terdiam.

"Ah.. enggak, makasih" ujarku.

"Take it easy" balas Pak Jeffrey

"Kalau gitu saya permisi mau liat Kana dulu" ujarku pada Pak Jeffrey.

Pak Jeffrey tersenyum dan mengangguk, lalu aku pergi meninggalkan Pak Jeffrey.

Aku memasuki ruangan Kana dan melihat Tito dan Sam yang berdiri di samping tempat tidur Kana, Kana nampak sudah sadarkan diri namun masih terbaring lemas.

Melihat Kana yang sudah sadarkan diri aku langsung buru-buru memeluk Kana

"Kamu gak kenapa-kenapa kan Na?" ujarku.

Kana menggeleng kecil sambil tersenyum lalu Tito menjelaskan bahwa Kana terkena DBD akut namun syukurlah Kana cepat mendapatkan pertolongan medis.

"Thank ya val" ujar Kana lirih karna lemas.

"Udah ga usah ngomong, kamu istirahat aja" ujarku pada Kana.

Kana tersenyum. dan lalu kami mengobrol membicarakan kronologi saat aku menemukan Kana yang tergeletak tak sadarkan diri di kamarnya tak lama kemudia Pak Jeffrey datang membawakan banyak bungkusan.

"How is your condition? I hope you are okay" ujar Pak Jeffrey pada Kana.

"Saya udah baikan, Makasih ya Pak udah bawa saya kesini" ujar Kana.

"Iya Pak, makasih banyak bapak udah bantu bawa Kana kesini" tambah Sam dan Tito mengangguk.

"Its okay guys. take it easy" balas Pak Jeffrey sambil tersenyum.

"Udah-udah ini kalian makan dulu, tadi saya beli di cafeteria" ujar Pak Jeffrey sambil memberikan kami bungkusan-bungkusan yang dia pegang.

"Wih banyak banget Pak, makasih banyak Pak" ujar Tito.

Pak Jeffrey mengangguk sambil tersenyum lalu menyerahkan cup minuman padaku, aku memandangnya dengan bingung.

"Take it, biar gak ngantuk" ujar Pak Jeffrey.

"Uhuk.. Valerie gak minum kopi Pak" sambung Tito.

"Oh really?" ujar Pak Jeffrey dengan wajah sedikit terkejut.

"Ah enggak kok, saya suka kopi kok" balasku sambil mengambil kopi dari tangan Pak Jeffrey dan meminumnya.

Aku meminum kopinya dengan wajah aneh, karna aku bukan peminum kopi, aku selalu mual dan mules setiap kali meminum kopi.

Tito menyengringatkan alis saat melihat raut wajahku saat meminum kopi.

"Awas lo mul.." belum selesai Tito menyelesaikan ucapannya aku langung memotong.

"Eh To kan udah ada Sam, kayaknya kita mesti ke Kantor deh kan ada banyak file yang mesti kita beresin" ujarku pada Tito agar Tito tidak mengatakan hal memalukan efek samping saat aku meminum kopi.

"Its okay, kalian bisa izin" ujar Pak Jeffrey.

"Asik, saya izin ya Pak" ujar Tito

"Gak apa-apa Pak, biar Sam aja yang izin kita balik ke Kantor aja, ntar pulang kantor kita balik kesini lagi jagaiin Kana, gapapa kan Sam, Na?" ujarku pada Kana.

Kana dan Sam mengangguk.

"Gw disini aja Val nemin Sam sama Ka-"

"Ayo kita pulang To, ganti baju terus ngantor, kamu baik-baik ya Na nanti aku sama Tito balik lagi, Sam titip Kana ya bye" ujarku pamit pada Kana dan Tito sambil menarik lengan Tito ke arah pintu keluar untuk meninggalkan rumah sakit.

Tito yang menurutiku memasang wajah kebingungan pada Pak Jeffrey, Kana dan Sam hanya memperhatikan kami yang pergi meninggalkan ruangan.

"Gue disini aja Val" ujar Tito merengek

"Udah ah biarin Kana istirahat nanti balik kerja kita kesini lagi" ujarku masih menyeret lengan Tito.

Kemudian aku dan Tito pergi meninggalkan rumah sakit.

"Lo nempel banget ya sama Pak Morgan, dah baikan nih? atau masih ada rasa" ujar Tito sambil menyetirkan mobilnya ke arah kostku.

"Ngarang ih, ga ada yang masih punya rasa, kemaren aku ga sengaja ketemu Pak Jeffrey pas lagi beli makanan terus beliau nawarin pulang bareng aku terima aja lagian kereta padet banget" ujarku beralasan.

"Gak sengajanya kebetulan banget ya, kalau gue liat doi keliatan banget masih naksir lo"

"Ah apaan sih udah ganti topik aja" ujarku.

"Yaudah btw Pak Bront gimana udah ada info belum kapan doi balik dari KL?"

"Ya ampun! aku belum hubungin dia dari tadi malem, hp aku mati, dia ada call kamu gak To?" ujarku pada Tito.

"Enggak, hp gue juga mati ga gue charger dari tadi malem" jelas Tito.

Aku menepuk jidatku, membayangkan betapa khawatirnya Pak Bront padaku, dia pasti berfikir ada sesuatu yang terjadi padaku.

Tak lama kemudian kami sampai di depan gedung kostku.

"Lo mau mandi dulu atau gimana?" ujarku pada Tito.

"Gue cuci muka aja deh, ama ganti kemeja kebetulan ada kemeja di mobil" balas Tito padaku.

"Ya udah kamu siap-siap di kamar Kana aja ga di kunci, terus tungguiin aku ya aku mandi sebentar"

"Iyaaa jangan lamaan ya"

"Sip"

Kemudian aku langsung berlari ke kamar dan mencharger ponselku, sambil menunggu ponselku kembali menyala aku pergi ke kamar mandi untuk mandi dan bersiap untuk ke Kantor.

Kurang lebih 30 menit aku selesai mandi dan bersiap aku memeriksa ponselku dan aku melihat 13 Panggilan tak terjwab dan 7 pesan whatsapp dari Pak Bront yang menanyakan hariku, dan menanyakan kenapa aku tak bisa di hubungi.

Aku keluar dari kamarku dan berjalan keluar untuk menemui Tito untuk berangkat ke Kantor sambil mencoba menghubungi Pak Bront agar dia tidak khawatir.

Aku mencari Tito kesekeliling parkiran tapi aku menemukan Tito di parkiran.

Kemudian tiba-tiba Pak Bront muncul dengan wajah khawatir kemudian lamgsung memelukku.

"Thank god you're okay" ujar Pak Bront.

"I can't contact you and your friends. i-i thought something bad happened. tambah Pak Bront dengan wajah gelisahnya

Wajahku memerah merasa tak menyangka Pak Bront langsung menemuiku hanya karna khawatir aku tak bisa dihubungi.

"I-i'm sorry" ujarku sambil memeluk Pak Bront.

"No, no, its okay. the most important thing is you are fine." ujar pak Bront masih memelukku sambil mengusap kepalaku lembut.

Kemudian Pak Bront melepaskan pelukkannya dan aku menjelaskan kejadian semalam padanya sambil perlahan menuju mobilnya dan menuju ke kantor.

Tak lama kemudia kami sampai di kantorku dan Pak Bront langsung berpamitan padaku untuk langsung beristirahat di apartemennya dan akan menjemputku saat jam kantorku selesai dan pergi mengunjungi Kana.





Finding Mr Right • Jeffrey Dean Morgan •  Bront Palarae•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang