Empty

122 14 0
                                    

*Ting!*
*Ting!*
*Ting!*

Suara yang keluar dari ponselku. berisikan pesan-pesan yang tak kubaca selama dua hari.

Pengabdi Makan

Khana: Val lo gak ngantor?

Titooo : Hooh tumben banget, lo sakit val? @Khana lu ga sarapan bareng Vale?

Khana : Enggak, tadi gue cek udah sepi gue kira dia udah pergi lagi ama Pak Morgan, tapi tadi Pak Morgan dateng sendirian.

Titooo : Woyyyy lu sakit atau gimana 2 hari kagak nongol di kantor @Valerie Guntara?

Titooo : dih ga respond sama ni mahluk.

* 11 Missed Call From Titooo*
* 3 Missed Call From Abraham Office*
* 27 Missed Call From Khana*
* 2 Missed Call From HRD Sam*
* a Missed Call From Mr. Bront*

Aku memilih mengabaikan semua panggilan dan pesan-pesan itu.

Selama dua hari ini aku hanya berbaring dan menangis di kamarku, setelah kejadian kemarin lusa perasaanku bercampur aduk tak berhenti kenapa rasanya sesakit ini?

Sekarang aku bisa merasakan kalimat dari yang salah satu buku favoritku dari karangan kincirmainan "Cinta itu satu perasaan yang bisa menyebabkan luka datangnya kadang tak bisa kita rasakan tahu-tahu ada, kemudian dengan seenaknya menoreh luka."

Ya begitulah akhirnya kisahku sama seperti kutipan kalimat itu.




*Tok...Tok..Tok...*

Bunyi pintu kamarku di ketuk oleh seseorang skitar jam 18.41 WIB aku tak merespon.

"Val buka ini gue" ujar suara yang akrab ku kenali dari pintu kamarku.

Ternyata itu suara Tito. akupun membuka pintu tidak terlalu lebar untuk memeriksa suasana aku takut bila Pak Jeffrey juga ikut datang ke kostku.

Ternyata yang datang Kana, Sam, Tito, Sherly. akupun membuka pintu kamarku membiarkan mereka masuk.

"Oh god, val are you okay?" ujar Sherly melihat kondisiku yang berantakan.

"LO KENAPA?!" ujar Tito dengan suara tinggi.

"A-aku gak apa-apa" jawabku sambil menahan air mata di ujung mataku.

Kana langsung memelukku dengan erat.

"Enggak apa-apa val lu bisa cerita ama gue kok pelan-pelan"

melihat perlakuan Kana tangiskupun pecah.

Sherly dan Titopun juga langsung ikut memelukku dan Kana.

"Lu kenapa Val sampe acak-acakan gini?" ujar Tito.

"Iya val, lu gak pernah sampe gak masuk kantor kayak gini" ujar Sam.

"Lo gak di apa-apaiin sama Pak Morgan kan?!" ujar Tito.

"Iya Val, jujur aja kita pasti bantuiin kok" ujar Kana sambil memandang mataku.

"E-nggak aku gak di apa-apaiin sama beliau" ujarku.

"Terus lu kenapa?" ujar Tito.

"Aku kayak ngerasa hina aja" ujarku sambil mengelap air mataku.

"Kenapa Val, ngomong aja?" ujar Sherly.

"Guys kayaknya kita gak bisa paksa Val ngomong deh, kita kasih waktu dia aja, atau kalau Val gak nyaman cerita karna ada kita-kita cowok biar aja Val cerita sama Anna & Sherly" ujar Sam.

"It's okay kok Sam gak apa-apa" jelasku.

Akupun menceritakan semua kronologi kejadian lusa itu pada Kana, Sam, Tito & Sherly.

"Sialan banget Pak Morgan!" ujar Tito.

"Seriusan emang Pak Morgan udah berkeluarga beb?" tanya Kana pada Sam.

"Aku gak tau juga, aku cuma tau Pak Morgan itu yang punya perusahaan kita bukan cuma sekedar gantiin Bu Donna" ujar Sam.

"Udahlah biarin aja bukan salah lo kok Val, lo kan gak tau" ujar Sherly sambil menepuk-nepuk punggungku

"Terus lo mau gimana Val? Pak Morgan kan atasan kita di Kantor mau gak mau lo harus ketemu dia mulu di kantor" ujar Kana.

"Aku juga gak tau, aku gak mau ketemu dia nginget muka dia aja bikin sakit hati banget" jelasku pada Kana.

"Val gimana kalau untuk sekarang lo ambil cuti dulu, kan lo dari dulu gak pernah cuti gue bisa kasih approval kok" ucap Sam.

Benar, Sam adalah HRD di kantor kami.

"Bener kayaknya lebih baik lu cuti dulu deh Val sambil mikir gimana kedepannya" ujar Tito.

"Setuju" singkat Sherly.

"Iya val, lo pulang aja dulu ke Medan ketemu bokap lo, lo kan dah lama ga ketemu bokap lo" ujar Kana.

Aku hanya diam, sejujurnya aku tidak begitu akrab dengan ayahku jadi aku tak begitu tertarik bertemu dengannya, aku lebih memilih tidur di kost dari pada harus bertemu dengan ayahku, buat apa kami bertemu jika kami hanya diam seperti tidak ada hubungan di antara kami.

"Kayaknya aku mau resign aja deh" ujarku pada Sam.

"Hah apaan?" ujar Kana terkejut

"Lo gila? masalah gituan aja pake acara resign? cari kerjaan susah val" ucap Tito.

"Aku gak mau ketemu Pak Jeffrey lagi" ujarku sambil menyapu sisa-sisa air mataku.

"Val, lo ga boleh gitu, lo harus hadapin  situasinya lo harus kuat jadiin ini pembelajaran aja" ujar Sherly sambil mengelus-ngelus punggungku.

Sam, Kana dan Tito menganggu setuju.

"Iya kalau menurut gue lu mending cuti aja 2 minggu untuk nenangin diri entar kalau udah baikan lu balik kantor" ujar Sam.

"Iya Val, gitu aja" ujar Kana setuju.

"Iya..." ujarku menyetujui mereka.

"lo udah makan belum?" ujar Sherly.

"Aku gak laper" jawabku pada Sherly.

"Ga usah bohong, yuk makan kebetulan kita mau dinner yuk sekalian." ujar Tito.

"Aku gak ma-"

Belum selesai aku menyelesaikan kalimatku Kana memotong.

"Utututu anak bunda Kana, ayah Sammy & mami Sherly papi Tito lagi galau gamau makan yuk makan dulu nanti kamu mati" ujar Kana bergurau.

Mendengar gurauan Kana membuat kami semua tertawa dan akupun menyetujui ajakan mereka untuk makan malam bersama.

Kamipun pergi ke restoran chinese food favorit kami.

Ditengah aku yang patah hati aku sangat bersyukur di karunia orang-orang seperti mereka.

Finding Mr Right • Jeffrey Dean Morgan •  Bront Palarae•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang