The Dinner & Sudden Invitation

116 13 1
                                    

Kami masuk ke restoran, kami duduk di meja yang telah disiapkan. Aku memandangi restoran ini dan aku merasa hati kecilku terusik oleh kenangan masa lalu. Ketika pelayan datang untuk menanyakan pesanan, aku tanpa berpikir panjang langsung memesan menu yang pernah kupesan dulu.

Pak Bront melihatku dengan alis terangkat. "Wow, How do you know it's on the menu? You haven't even looked at the menu, my lady. Have you eaten here before?" Sambil tersenyum bingung.

Aku tersenyum kecil, mencoba terlihat santai. "Mmm y-ya, saya pernah makan di sini sebelumnya," jawabku, berusaha menyembunyikan kegugupan di balik senyumku.

Mendengar itu, Pak Jeffrey melirik ke arahku. Sorot matanya penuh arti, seolah mengingatkan kami berdua akan malam itu. Namun, dia tetap diam, tidak mengatakan apa-apa.

Pak Bront tersenyum dan mengangguk. "Kalau gitu, kamu pasti tahu apa yang enak di sini. Saya coba pesan yang sama"

Kami semua memesan makanan kami, dan tak sembari menunggu makanan kami, kami semua mengobrol dengan akrab.

Suasana menjadi lebih hidup ketika Kana dan Tito mulai saling sahut-menyahut dan meledek satu sama lain, membuat semua orang tertawa.

Clara, yang duduk di seberang mereka, tersenyum lebar dan berkata, "Kalian serasi banget ya."

Tito dan Kana langsung tersenyum geli dan hampir serempak menyangkal. "Oh, no, Clara," kata Tito, "kami bukan pasangan."

"Bener," tambah Kana, "kami cuma sahabat. Kami sahabatan sama Valerie dari jaman kuliah."

Tito mengangguk setuju. "Iya, masing-masing kami juga udah punya pacar."

Clara tertawa kecil. "Oh sorry guys, saya salah paham. Tapi, kalian manis banget"

Kana dan Tito kompak memasang wajah mual mereka masing-masing dan kami semua tertawa.

Tak lama kemudian makanan kami tiba, namun, tiba-tiba terjadi kecelakaan kecil. Pelayan yang membawa hidangan tak sengaja tersandung, dan makanan yang dibawanya tumpah ke arahku.

Aku terkejut dan berdiri dengan cepat, berusaha membersihkan diri. Seketika, Pak Jeffrey dan Pak Bront juga berdiri, wajah mereka penuh kekhawatiran.

"M-maaf kak saya gak se-" belum selesai pelayan menyelesaikan ucapannya Pak Jeffrey mendorong pelayan yang mendekatiku "Minggir!"

"Valerie, are you okay?" tanya Pak Jeffrey, suaranya penuh perhatian.

Pak Bront segera mendekat dan mengeluarkan sapu tangan dari sakunya memeriksaku dengan cermat. "Are you get hurt? Let me help you clean it."

Aku mencoba tersenyum, meskipun merasa canggung dengan perhatian mendadak ini. "Saya gak apa-apa. Cuma basah dikit. Santai aja."

Namun, ketegangan di udara tidak bisa diabaikan. Pak Bront memasang wajah aneh ketika melihat Pak Jeffrey yang juga tampak sangat khawatir. Mereka berdua saling melirik dengan ekspresi yang sulit diartikan.

Clara yang duduk di sebelah Pak Jeffrey, segera ikut berdiri dan menawarkan bantuan. "Ayo, kita bersihin dulu, Mungkin kamu bisa ke toilet untuk bersihin kotorannya."

"Lo gapapa kan Val? Ayo ke toilet gue bantuiin" bujuk Kana padaku.

"Aman kok Na" balasku pada Kana.

"Saya ke toilet sebentar berisihin ini" pamitku menuju toilet

Sebenarnya, pergi ke toilet adalah alasanku untuk bernafas sejenak dari situasi ini karena jujur saja, perasaanku terlalu rumit. Aku sudah yakin bahwa aku mencintai Pak Bront, tapi perlakuan Pak Jeffrey dan melihat Pak Jeffrey yang sangat dekat dengan Clara membuatku sedikit gelisah.

Finding Mr Right • Jeffrey Dean Morgan •  Bront Palarae•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang