Wajah Pak Jeffrey yang mendekati wajahku membuat titik jarak antaraku dan Pak Jeffrey hanya berjarak beberapa senti saja.
Situasi kami saat ini membuat seluruh darahku mengalir lebih cepat membuatku mematung.
Pek Jeffrey menyentuh pipiku dengan lembut dan masih dengan tatapan matanya yang mendalam mendekati wajahku "Oh itu tahi lalat..." Ucap Pak Jeffrey.
Pak Jeffrey melepaskan tangannya dari pipiku dan bersandar di meja pantry tepat di sampingku.
Aku masih terdiam mematung mencerna kejadian yang barusan terjadi padaku.
"Kamu punya tahi lalat di mata, kamu pasti cengeng kan?" tambah Pak Jeffrey menunjuk tahi lalatku yang hampir tak terlihat di sebelah kiri mataku.
Aku mengatur jarakku dengan Pak Jeffrey "Hah? Siapa yang cengeng" ujarku sambil mengambil tehku dan meninggalkan Pantry kembali ke mejaku.
"Orang bilang kalau punya tahi lalat di dekat mata orang itu gampang nangis alias cengeng" jelas Pak Jeffrey sambil mengikutiku ke mejaku.
Aku hanya diam menatap layar monitorku dan tak menggubris ucapan Pak Jeffrey.
Pak Jeffrey duduk di meja Tito dan terkekeh, "Yah, saya lebih suka gak percaya takhayul sih, tapi...kalau benar orang dengan tahi lalat di dekat matanya artinya orang itu mudah nangis, itu cukup menawan." ujar Pak Jeffrey sambil memberikan tatapan lucu untuk mencairkan suasana.
Aku memasang wajah bingung sebagai respon ucapannya.
"Kayaknya kamu penasaran ya kenapa orang cengeng menawan?" Goda Pak Jeffrey.
"Nope" ujarku singkat sambil mengetikkan jari-jariku di atas keyboard.
"Valerie... you're so cute when you get awkward" ujar Pak Jeffrey
Pipiku merona merah seperti kepiting rebus. Kata-kata Pak Jeffrey tentangku yang manis saat canggung bagaikan aliran listrik yang menjalar ke seluruh tubuhku.
Aku menundukkan kepala, berusaha menyembunyikan rasa gugupku.
"Bapak kan sudah dapan handphone-nya, kenapa ga langsung pulang?" ujarku mengalihkan topik.
"Gimana saya bisa pulang, kalau ada gadis muda disini terjebak sama pekerjaannya sendirian?" balas Pak Jeffrey sambil bersandar di sandaran kursi.
"Lagian kamu kerjaiin apa sih sampai jam segini, let me check" Pak Jeffrey bangun dari kursi meraih mouse yang ku pegang dan mengecek data-data yang sedang ku kerjakan.
"Jeez" ujar Pak Jeffrey bergumam.
Aku terkaget mendengar gumamam Pak Jeffrey dan mengira semua pekerjaanku berantakan.
"Ada yang salah pak? Biar saya benerin" ujarku panik sambil mengambil mouse yang ada di tangan Pak Jeffrey.
"Gak ada yang salah, tapi buat apa kamu overtime cuma untuk laporan ini? Ini bukan data urgent valerie" ujar Pak Jeffrey menunjuk semua data yang terpampang di monitorku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Finding Mr Right • Jeffrey Dean Morgan • Bront Palarae•
RomanceDi tengah hiruk-pikuk kota Jakarta, di mana perbedaan budaya dan impian menyala di setiap sudut jalanan, terbentang kisah cinta yang tak terduga. Valerie Guntara, pekerja kantoran berusia 25 tahun di perusahaan Jeffrey. Hari-harinya diwarnai oleh i...