Sinar matahari yang lembut menyelinap masuk melalui celah tirai, membangunkanku dari tidur nyenyak. Aku merasa segar dan lebih baik dibandingkan malam sebelumnya. Dengan menghela napas panjang, aku meraih selimut dan bersandar di tempat tidurku.
Aku meminum air yang ada di meja disamping tempat tidurku dan memeriksa jam yang ada di ponselku, ternyata aku bangun sangat pagi bahkan sebelum acara terakhir.
Aku merapikan rambutku dan memutuskan untuk keluar ke teras villa untuk menghirup udara segar sebelum bersiap untuk mengikuti kegiatan terakhir.
Saat membuka pintu teras, aku terkejut melihat Pak Bront, tertidur di kursi teras. Aku tidak menyangka ia ada di sini. Dengan hati-hati, aku mendekatinya dan membelai pipinya dengan lembut. Pak Bront terbangun perlahan, membuka matanya dan tersenyum begitu melihatku.
"My lady, you're awake. How do you feel?" tanyanya lembut, masih terlihat sedikit mengantuk.
"I'm fine kok, kok bapak disini?" tanyaku dengan heran.
"I was worried about you after hearing from Kana that you weren't feeling well, so i came here, but apparently you were already asleep" jawab Pak Bront sambil menggosok matanya.
"Kenapa ga ketuk pintu?" tanyaku.
"Saya gak mau ganggu kamu, jadi saya duduk disini tapi ternyata saya ketiduran" balas Pak Bront dengan suara serak orang baru bangun tidur.
Aku tersenyum hangat, merasa terharu oleh perhatiannya. Namun, setelah mengusap matanya Pak Bront menyipitkan matanya menuju padaku.
"Whose jacket is that? I don't think I've ever seen you wear that jacket, did you just buy it?" Tanya dengan nada yang lebih serius.
Aku melihat ke bawah, baru menyadari bahwa aku masih mengenakan jaket Pak Jeffrey.
"Oh, this is Mr. Jeffry's jacket. He lent it to me last night when I wasn't feeling well, saya ga sadar masih pake jaket beliau"
Wajah Pak Bront berubah, pandangan matanya berbeda "Jeffrey? rupanya dia perhatian banget, ya?"
Aku bisa merasakan nada cemburu dalam suaranya dan segera mencoba menenangkan situasi.
"it's not what you think, okay? Beliau ga sengaja lewat waktu saya mau ke kafe resort buat minta air hangat, karna saya mual banget, terus dia liat saya yang mual-mual, dia pikir saya masuk angin karna angin semalam kencang banget, jadi dia pinjemin jaketnya, biar gak nambah parah, lagian dia ga bermaksud lebih kok" jelasku.
Pak Bront menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri. "I know my lady. I'm just.... nevermind" ujarnya sambil berdiri membenahi kemejanya.
Aku mendekatinya dan memegang tangannya erat. "Are you jealous with him?" godaku.
Pak Bront menatapku dalam-dalam, lalu tersenyum tipis. "My lady, cemburu itu untuk orang yang gak percaya diri, dan itu bukan saya." ujar Pak Bront sambil mencubit hidungku.
"Awww...sakit" teriakku sambil memegangi hidungku dan Pak Bront melepaskan tangannya dari hidungku sambil tertawa.
Kemudian Pak Bront meminta izin untuk masuk ke kamarku untuk menggunakan kamar mandi di kamarku untuk membasuh muka dan menggosok gigi, dan aku mengizinkannya.
Setelah Pak Bront selesai, barulah aku yang bersiap, kemudian kami menuju restoran resort untuk sarapan.
Restoran tersebut cukup ramai dengan tamu yang mana pegawai perusahaanku yang menikmati pagi mereka. Ketika kami masuk, mataku langsung menangkap sosok Pak Jeffrey dan seorang wanita yang duduk di sudut ruangan. Wanita itu tampak akrab dan ramah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Finding Mr Right • Jeffrey Dean Morgan • Bront Palarae•
RomanceDi tengah hiruk-pikuk kota Jakarta, di mana perbedaan budaya dan impian menyala di setiap sudut jalanan, terbentang kisah cinta yang tak terduga. Valerie Guntara, pekerja kantoran berusia 25 tahun di perusahaan Jeffrey. Hari-harinya diwarnai oleh i...