Matahari pagi Jakarta mulai bersinar lembut, memancarkan rona keemasan pada dedaunan yang berdesir tertiup angin.
Aku berdiri di depan teras gedung, jemariku sesekali mengetuk-ngetuk pinggiran tas jinjingku dengan gugup.
Aku melirik jam tanganku untuk yang kesekian kalinya. Pak Bront seharusnya sudah menjemputku lima belas menit yang lalu.
"Loh lo belum berangkat?" ujar Kana yang keluar dari gedung dengan Sam.
Aku menggeleng "Pak Bront masih belum dateng"
"Mau bareng kita aja? dari pada terlambat?" Tawar Sam padaku.
Aku menggeleng lagi "Thank you sam, kayaknya aku nunggu aja deh, takutnya ntar selisih jalan kasian kalau beliau ternyata udah deket" balasku.
"Ya udah kalau gitu, kita duluan ya Val, kita mau sarapan dulu nih" pamit Kana.
"Okay, hati-hati" balasku sambil mengayunkan tangan.
"Lo jangan lupa sarapan ya!" ujar Kana padaku.
Aku mengangkat jempolku mengisyaratkan aku pasti melakukannya.
Tepat saat Kana dan Sam pergi, aku berpikir untuk menelepon Pak Bront, tapi suara deru mesin mobil berwarna Biru memecah keheningan.
Aku melihat ke ujung jalan. Mobil itu melaju dengan kecepatan sedang, lalu menepi tepat di depanku. Pintu mobil terbuka, dan Pak Bront keluar dengan tergesa-gesa.
"Sorry, i'm late!" seru Pak Bront sambil terengah-engah menghampiriku dan mencium keningku.
Pak Bront mengenakan kemeja putih lengan panjang yang digulung hingga siku, dipadu padankan dengan celana khaki dan sepatu loafers cokelat. Rambutnya yang biasanya tertata rapi terlihat sedikit acak-acakan, menambah kesan manis pada wajahnya.
"Its okay, anyway kenapa kok keliatannya tergesah-gesah?" ujarku sambil membenarkan kerah baju Pak Bront.
"Tadi pagi saya lupa sesuatu, jadi harus putar balik sebentar." Jelas Pak Bront sambil menggaruk tengkuknya
Kemudian Pak Bront membuka pintu mobil untukku. Aku masuk dan memasang safety belt Pak Bront juga masuk dan memasang safety beltnya sambil tersenyum cerah ke arahku.
"What?" Tanyaku pada Pak Bront karna bingung dengan sikapnya yang tiba-tiba, tapi Pak Bront hanya menggeleng dan tidak menjawab pertanyaanku,
Kemudian Pak Bront mengemudikan mobilnya untuk mengantarku.
"What do you want to eat for breakfast?" Tanya Pak Bront padaku.
"Hmmm, kayaknya langsung ke kantor aja deh, soalnya waktunya dah mepet" balasku sambil menengok jam yang terpampang pada ponselku.
Pak Bront menengok jam tangannya "Masih ada waktu, ayo sarapan dulu"
"Its okay, nanti saya bisa minta tolong Galih beliin makanan kok" ujarku pada Pak Bront.
"After all, you also have a meeting this morning, right? Kita bisa lunch bareng kalau ada waktu" tambahku.
"Maaf ya, gara-gara saya lambat kamu jadi gak bisa sarapan" ujar Pak Bront memasang wajah sendu.
"Its okay" balasku sambil menepuk bahu Pak Bront.
Kami bercerita tentang hari-hari kami kemarin, Pak Bront bercerita tentang betapa menariknya lokasi syuting film barunya di puncak dan dia ingin mengajakku kesana, dan aku hanya menceritakan pekerjaanku di kantor sampai larut, tanpa menceritakan bagian-bagian drama lainnya antara aku dan Pak Jeffrey.
KAMU SEDANG MEMBACA
Finding Mr Right • Jeffrey Dean Morgan • Bront Palarae•
RomanceDi tengah hiruk-pikuk kota Jakarta, di mana perbedaan budaya dan impian menyala di setiap sudut jalanan, terbentang kisah cinta yang tak terduga. Valerie Guntara, pekerja kantoran berusia 25 tahun di perusahaan Jeffrey. Hari-harinya diwarnai oleh i...