Bab 19

472 46 26
                                    

Heppy reading🥰🥰

Warning taypo

🖤🖤❤❤

Setelah Perth berangkat kerja, saint melanjutkan pekerjaan rumahnya. Membersihkan seluruh isi rumah, mencuci pakaian dan lain-lain.

Meski tubuhnya semakin melemah, ia berusaha sekuat tenaga melawan rasa sakit yang menggerogoti tubuhnya. Pemuda itu tidak mengeluh sama sekali. Rasa cintanya pada suaminya menguatkan dirinya, sehingga segala sesuatunya dilakukan dengan penuh semangat.

Dan, saat sedang menyetrika pakaian milik Perth, tiba-tiba saint merasakan sakit yang luar biasa di perutnya.

"Aduh, kenapa perutku jadi sakit begini?" ucapnya seraya memegangi perut yang terasa melilit.

Pemuda itupun menyeret kakinya menuju tangga dan menapaki setiap anak tangga dengan menahan sakit itu. Saat tiba di kamar, saint segera meraih tas dan mengeluarkan botol obat.

Dengan tangan bergetar, saint membuka tutup botol itu dan memasukkan sebutir pil ke dalam mulutnya. Saint pun membaringkan tubuhnya sejenak dan memejamkan mata, berharap rasa sakit di perutnya segera berkurang.

Tidak saint, ini tidak sakit... Jangan mengeluh! Sakitmu tidak seberapa. Di luar sana banyak orang merasakan sakit lebih dari ini.

Beberapa menit berselang...

"SAINTTT!!"

Tiba-tiba terdengarlah suara menggelegar dari arah lantai bawah yang membuat saint tersentak kaget. Pemuda itupun panik bukan kepalang manakala indera penciumannya menangkap bau seperti kain terbakar. Saint baru ingat pada setrikaan yang belum di matikan.

"Aku lupa mematikan setrika. Matilah aku," gumamnya.

Sambil menahan sakit di perutnya, saint berlari menuruni tangga ke lantai bawah. Ruangan itu telah di penuhi dengan kepulan asap.

Perth segera melepas colokan setrika itu dan bergegas membuka pintu dan jendela agar asap cepat hilang. Saint pun terbatuk-batuk setelah menghirup asap. Dia membekap mulutnya dengan telapak tangannya. Dan, saat membuka telapak tangannya, dia menemukan bercak darah di telapak tangannya.

Aku berdarah lagi?

Saint mematung di sudut sana memandangi telapak tangannya, hingga Perth menghampirinya dengan raut wajah penuh emosi. Tatapannya begitu tajam, seolah akan menelan pemuda itu hidup-hidup.

Tamat riwayat ku! Perth pasti akan sangat marah padaku. pikir saint.

Saint pun mundur perlahan, menyembunyikan tangannya di balik punggungnya. Dia menggenggam botol obatnya dengan tangan bergetar menahan ketakutan.

"Apa yang kau lakukan, bodoh? Kau mau membakar rumah ini lagi?" bentak Perth dengan suara menggelegar membuat saint tersentak kaget.

Saint menundukkan kepalanya, mengulum bibir. Menahan agar air mata jangan sampai membuatnya terlihat lemah.

"JAWAB!!" bentaknya lagi saat melihat saint hanya terdiam.

"Maafkan aku... Aku lupa mematikannya," ucap saint dengan suara bergetar.

"Lupa? Enak sekali kau menjawab... Saat itu, kau juga hampir membakar rumahku dan kau berjanji tidak akan mengulanginya. LALU APA INI?"

"Aku benar-benar tidak sengaja."

Perth terus melangkahkan kakinya mendekat dengan tatapan membunuhnya, sementara saint sudah menempel di dinding. Saint pun menjatuhkan botol obatnya ke lantai.

"Aku rasa sepertinya keputusanku untuk pergi mencarimu semalam adalah sebuah kesalahan. Seharusnya aku membiarkanmu berada di luar sana."

Saint mendongakkan kepalanya, melirik Perth dengan tatapan sendu dan mata berkaca-kaca, pemuda itu dapat melihat raut kebencian dari mata laki-laki yang menjadi suaminya itu.

terjerat cinta mafia kejam ( End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang