Bab 25

698 44 23
                                    

Heppy reading🥰🥰

Warning taypo

🖤🖤❤❤

Perth menangis sejadi-jadinya di dalam kamar sempit dan pengap itu, laki-laki itu terus menggumamkan nama saint dalam tangisannya, mengutuk perbuatannya sendiri karena telah menyia-nyiakan saint selama ini, pemuda yang begitu mencintainya tanpa syarat.

Mengeluarkan ponsel dari saku celananya, Perth mencari nomor kontak saint di sana. Namun, setelah mencari, Perth tak menemukannya. Laki-laki itu baru mengingat telah memblokir nomor telepon sang istri di ponselnya agar pemuda itu tidak bisa menghubunginya. Perth pun membuka pengaturan privasi di ponselnya dan menemukan satu-satunya nomor dalam daftar terblokir.

Laki-laki itu segera menghubungi nomor itu setelah membuka blokirnya, namun setelah berkali-kali mencoba, panggilannya tak juga tersambung. Perth memejamkan matanya kasar, diikuti air matanya yang jatuh membasahi pipinya.

"Bodoh kau Perth!" umpatnya pada diri sendiri. Dia menatap setiap sudut kamar itu, kamar yang menurutnya tidak layak ditempati, bahkan Perth membuat saint tidur di atas kasur lipat yang sudah lusuh. Dan meskipun Perth memberinya hidup yang tidak layak, tidak pernah sekalipun saint mengeluh atas apa yang Perth lakukan padanya.

Rasa penyesalan yang teramat dalam menggerogoti jiwanya, tangisannya pilu. Namun, semuanya telah terlambat. Saint telah pergi membawa semua luka yang di torehkan oleh Perth. Kini, Perth tenggelam dalam rasa bersalahnya, dia telah kehilangan seseorang yang paling berharga dalam hidupnya.

"Kemana aku harus mencarimu, saint..." gumam Perth.

Hingga beberapa jam, Perth yang masih terbelenggu oleh rasa penyesalannya belum beranjak dari kamar saint. Dia kemudian meraih ponselnya dan menghubungi plan.

"Plan, kau dimana?" tanya Perth begitu panggilannya terhubung.

"Aku masih di kantor pusat, kenapa?"

"Aku butuh bantuanmu..."

"Bantuan apa?"

"Saint pergi dari rumah, aku ingin kau mengerahkan orang sebanyak mungkin untuk mencarinya."

"Apa? Saint pergi dari rumah?" Plan terdengar begitu terkejut, "Baiklah, kita bertemu di kantor saja, aku juga akan meminta mean kemari," ucap plan.

"Baiklah..." timpal Perth.

Setelah memutuskan panggilannya, Perth segera beranjak menuju kantor pusat son Group. Sepanjang jalan, laki-laki itu terus mengarahkan pandangannya ke sisi jalan, berharap menemukan saint di sana.

Semntara itu, di sebuah rumah sakit...

Mean menatap wajah pucat dan tirus seorang pemuda yang sedang terbaring lemah dengan perasaan iba. Tak henti-hentinya mean mengumpati kebodohan Perth yang menyia-nyiakan istrinya sendiri.

Perlahan, saint membuka matanya yang sembab, pemuda itu mencoba mengumpulkan kesadarannya, lalu memutar bola matanya kekanan dan kiri. Dia kemudian menyadari sedang berada di rumah sakit.

"Kau sudah sadar..." ucap mean yang sedang duduk di sisi pembaringan saint.

"Kenapa aku di sini?" Saint memijat pelipisnya yang terasa berdenyut. Dia mencoba mengingat apa yang terjadi sebelumnya.

"Kau pingsan... Jadi aku membawamu ke rumah sakit."

Saint langsung teringat pada Perth, pemuda itu berusaha bangkit dari posisi berbaringnya, namun mean menahannya. "Kau tidak memberitahunya kalau aku di sini, kan?" tanya saint dengar suara gemetaran.

"Memangnya kenapa?"

"Aku mohon, mean... Jangan beritahu dia kalau aku di sini, Aku tidak mau membebaninya," ucap saint dengan wajah memelasnya. Tidak ingin Perth sampai tahu kondisinya yang semakin memprihatinkan.

terjerat cinta mafia kejam ( End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang