“Betapa buruknya malam ini. Weeek, nona muda, kenapa kau ada disini?” Jingyi mencibir ketika melihat Jin Ling yang berdiri dihadapannya. “Memang kenapa hah?! DAN SIAPA YANG KAU PANGGIL NONA MUDA, SIALAN?!”
“Siapa lagi kalau bukan, KAU, NONA MUDA JIN.”
Sizhui hanya bisa menghela nafas lelah, melihat kedua orang itu. Perkelahian hampir saja terjadi jika Sizhui tidak menatap mereka dengan tajam. Jingyi dan Jin Ling yang merasakan aura gelap dari Sizhui seketika membatu, saling lirik satu sama lain, dan berpelukan. Sizhui kembali tersenyum lembut, dia berjalan melewati mereka berdua menuju sebuah kuil terbengkalai dihadapan mereka. “Kuil ini…”
“Sizhui, kau mengetahuinya? Ini kuil apa? Apa benar monster penghisap jiwa ada disini? Bagaimana bentuk monsternya apa menyeramkan?? Sizhui jawaaabbb”
“Jingyi, berisik.” Jin Ling tertawa puas mendengar perkataan Sizhui dan ketika dia melihat Jingyi akan memukulnya dengan cepat dia bersembunyi dada Sizhui yang tengah membelakangi Jingyi itu. Tubuh Sizhui tersentak, dia terbatuk kecil untuk mengembalikan fokus mereka. Di Gunung Dafan, selain makam leluhur Kaki Buddha, juga terdapat Kuil Dewi. Makhluk yang disembah bukanlah Buddha atau Guanyin, melainkan patung ‘Dewi Penari’!
Beberapa ratus tahun yang lalu, seorang pemburu dari Kaki Buddha berkelana ke pegunungan, dan menemukan sebuah batu yang luar biasa di dalam sebuah gua. Tingginya sekitar tiga meter, terbentuk secara alami, dan tampak aneh seperti manusia, dengan empat anggota badan membuat pose menari. Yang lebih aneh lagi adalah samar-samar ciri-ciri manusia terlihat di patung itu, tampak seperti seorang wanita yang sedang tersenyum.
Penduduk kota Kaki Buddha semuanya tercengang, dan mengira itu adalah batu ajaib yang dibentuk dengan mengumpulkan energi Langit dan Bumi, sehingga membuat serangkaian legenda tentangnya. Beberapa menceritakan kisah tentang jatuh cinta abadi dengan Dewi Sembilan Surga, dan mengukir patung batu dari penampakan dewi untuk menyampaikan sulitnya mabuk cinta. Setelah mengetahui hal tersebut, sang dewi murka, sehingga patung yang belum selesai itu terpaksa dibiarkan begitu saja. Yang lain menceritakan kisah Kaisar Langit dan putri kesayangannya yang meninggal dalam usia muda. Konon, kerinduan sang kaisar terhadap putrinya telah berubah menjadi patung ini. Dan ada berbagai macam mitos lainnya mampu membuat siapa pun melongo. Pada akhirnya, warga kota sendiri pun mulai mempercayai legenda yang keluar dari mulut mereka sendiri. Oleh karena itu, seseorang mengubah gua batu menjadi kuil, dan platform batu menjadi tempat duduk suci. Patung itu diberi nama “Dewi Menari”, dan ada pemujanya sepanjang tahun.
Bagian dalam gua itu luas, seukuran candi, dengan patung dewi terletak di tengahnya. Pada pandangan pertama, memang terlihat seperti manusia- pinggang gadis itu bahkan bisa dianggap lentur dan anggun. Namun, jika dilihat lebih dekat, akan terlihat lebih kasar. Lagi pula, patung yang terbentuk secara alami dan sangat mirip dengan manusia sebenarnya sudah cukup membuat kebanyakan orang terkagum-kagum.
Jingyi mengangkat dan menurunkan kompas kejahatan, tapi penunjuknya masih tidak bergerak. Lapisan abu dupa yang tebal menutupi meja persembahan, dan lilin-lilin yang berantakan juga tergeletak di sana. Aroma manis yang menyengat datang dari piring tempat menyimpan buah- buahan. Sebagian besar orang dari Sekte Gusu Lan menderita mysophobia ringan pada tingkat tertentu. Dia mengipasi udara di depan hidungnya dan berkata, “Penduduk setempat mengatakan bahwa berdoa di Kuil Dewi cukup efektif, tapi bagaimana bisa kuil ini hancur? Mereka setidaknya harus datang dan membersihkannya sesekali.”
Sizhui berbicara, “Sudah ada tujuh orang yang kehilangan jiwa mereka. Semua orang mengatakan bahwa petir telah mengeluarkan makhluk ganas dari kuburan kuno Kaki Buddha, jadi apakah ada orang yang berani naik gunung? Tidak ada yang hadir di sana.” Kuil dan tentu saja, tidak ada seorang pun yang membersihkan tempat itu.”
Suara menghina datang dari Jin Ling yang masih betah berada dihadapan Sizhui, “Itu hanya batu bodoh, diberi gelar dewi oleh entah siapa, dan orang-orang berani menaruhnya di sini, menerima dupa dan menyembah!”
Jin Ling memandangi patung dewi dan berseru, “Penduduk desa ini tidak bekerja keras ketika menghadapi kesulitan, melainkan berdoa kepada Buddha dan hal-hal lain setiap hari. Ada ribuan dan jutaan orang di dunia, tapi para dewa dan Buddha sudah sibuk mengurusi urusan mereka sendiri, jadi siapa yang peduli dengan mereka? Apalagi dewi tak berdaya tanpa status, seperti ini. Jika itu benar-benar efektif, maka aku Aku akan berdoa agar makhluk pemakan jiwa di Gunung Dafan muncul di hadapanku sekarang. Bisakah patung itu melakukannya?”
Beberapa kultivator dari klan yang lebih kecil datang di belakangnya, dan semua orang tertawa setelah mendengarnya, menyetujui kata-katanya. Kuil yang awalnya sepi menjadi ramai dengan kebisingan, setelah sekelompok orang bergegas keluar, dan ruangannya juga tampak semakin sempit. Sizhui diam-diam menggelengkan kepalanya, berbalik dan melirik tanpa tujuan apa pun. Tatapannya tertuju pada kepala patung dewi; ciri-ciri wajah tersenyum penuh kasih samar-samar terlihat.
Namun, dia merasakan keakraban yang aneh terhadap senyuman itu, seolah-olah dia pernah melihatnya di suatu tempat sebelumnya. Dimana dia pernah melihatnya sebelumnya?
Sizhui berpikir bahwa ini pasti masalah yang sangat penting, dan mau tak mau ia mendekati patung itu, ingin memeriksa ciri-ciri sang dewi dengan cermat. Di saat yang sama, seseorang menabraknya.
Seorang kultivator yang awalnya berdiri di belakangnya telah jatuh tanpa suara apapun. Yang lainnya waspada karena terkejut. Jin Ling berbicara dengan nada waspada, “Apa yang terjadi padanya?”
—
To be continue
KAMU SEDANG MEMBACA
WILD DESTINY
RandomWei Wuxian yang dibangkitkan kembali karena permintaan tulus dari seseorang yang memiliki hati yang murni, bersih, dan tulus, harus menghadapi takdir barunya yang liar. Sosok yang dijuluki Yiling Laozu itu terlahir ke dunia manusia dengan identitasn...