Wei Wuxian membawa Lan Wangji pada ciuman tak berujung. Pada ciuman yang mendatangkan gelenyar memabukkan pada sosok putih yang belum terjamah oleh hal-hal yang tabu itu. Pada ciuman yang berhasil mengeluarkan suara-suara vulgar dari bibir keduanya, yang membuat mereka terbakar oleh sesuatu yang disebut dengan nafsu.
Wei Wuxian berada diambang rasionalitasnya. Diantara melanjutkan atau tetap pada batasan yang sudah dia berikan. Diantara hasrat dunia atau hasrat ‘dunia’.
Wei Wuxian bukanlah orang baik, meskipun dia juga bukan orang jahat. Namun, dalam hal ini tentu dia lebih ‘paham’ daripada Lan Wangji, tentu dia lebih ‘mengerti’ daripada Lan Wangji. Entah itu dikehidupan yang lalu ataupun dikehidupan yang sekarang, dia tentu lebih ‘ahli’ daripada pada orang yang sedang berada dibawah kungkungannya itu, meskipun tidak pernah melakukannya.
Jika hanya untuk menidurinya, itu adalah hal yang paling mudah bagi Wei Wuxian—apalagi, Lan Wangji akan dengan senang hati untuk memberikan tubuhnya sendiri. Namun, Wei Wuxian takut dihadapkan dalam sebuah jurang penyesalan. Dia teramat sangat mencintai pria cantik itu. Oleh karena itu, dia berjuang dengan kewarasannya agar tidak menyentuh pujaan hatinya lebih jauh.
Wei Wuxian melepas tautan bibir mereka, mengubahnya menjadi kecupan-kecupan ringan. “Lan Zhan, mari kita melakukannya setelah kita resmi menikah. Sampai saat itu tiba, kita harus berpuas diri dengan sentuhan-sentuhan ringan. Namun, saat nanti kau telah resmi menjadi milikku, aku bersumpah akan melakukannya setiap hari, hingga kau benar-benar melahirkan anak-anakku. Untuk saat ini aku belum pantas untuk melamarmu, masih banyak hal yang harus aku selesaikan sebelum akhirnya aku bisa fokus padamu. Tunggu aku, aku berjanji itu tidak akan lama.”
Lan Wangji menganggukkan kepalanya dengan malu-malu. Dia akan menuruti keinginan Wei Wuxian. Dia tidak akan lagi menolak keinginan pria itu karena takut jika pria yang dia cintai itu kembali meninggalkannya.
“Aku akan selalu menunggumu Wei Ying. Tidak peduli seberapa lama itu, aku akan selalu menunggumu.” ujar Lan Wangji dengan lembut.
“Beruntungnya kau. Dulu dibenci oleh hampir semua orang. Sekarang malah mendapatkan orang yang begitu sangat mencintaimu.”
“A-Ying, jaga kekasihmu dengan baik. Hatinya begitu putih, dia akan gampang dimanipulasi jika itu menyangkut tentangmu. Dia memiliki perasaan yang lembut dan tulus. Jangan sampai lengah atau kalian akan dapat masalah.”
“Tidak salah mama memilih menantu.”
“Ya, beruntungnya kita memiliki tiga menantu yang baik, suci, agung, dan mulia seperti mereka.”
“Sayangnya, mereka harus terjerat oleh iblis seperti anak-anakmu.”
“Sayang…”
“Ah, rasanya aku ingin mengikatnya sekarang. Andai masalah-masalah ini bisa selesai dalam jentikan jari.”
“Sabar, bocah. Semua butuh proses.”
Wei Wuxian terkekeh kecil sebagai tanggapannya. Dia kembali mendaratkan kecupan-kecupan ringan pada bibir merah Lan Wangji yang sudah membengkak karena ulahnya itu.
“Ayo kita tidur.”
“Mn.”
—
To be continue
KAMU SEDANG MEMBACA
WILD DESTINY
RandomWei Wuxian yang dibangkitkan kembali karena permintaan tulus dari seseorang yang memiliki hati yang murni, bersih, dan tulus, harus menghadapi takdir barunya yang liar. Sosok yang dijuluki Yiling Laozu itu terlahir ke dunia manusia dengan identitasn...