Bab 12 - 3

464 56 10
                                    

Saat para kultivator dari klan ternama sedang melakukan perburuan malam, biasanya ada banyak kerumunan yang mengelilingi mereka seperti pawai. Lain halnya dengan Lan Wangji yang lebih memilih untuk sendiri, yang—sialnya?—saat ini sedang ditemani oleh pria yang dicintainya dan juga anak mereka. Eh??

Hantu lengan dan kaki ini cukup aneh dan mungkin bisa mencelakai orang lain apabila tidak ditangani dengan hati-hati. Maka dari itu dia tidak mengizinkan murid lain dari sektenya ikut. Bahkan Wei Wuxian awalnya hanya ingin pergi berdua dengan sang terkasih.

Namun, dia tidak mungkin membiarkan anak mereka berada terlalu lama lagi dengan para tetua yang 'gila' aturan itu. Maka dari itu, mau tidak mau dia harus membawa sang anak. Dan lagi, bisa dibilang ini adalah 'misi keluarga'.

Wei Wuxian mencoba menempel pada Lan Wangji. Setiap ada kesempatan—maaf, maksudnya adalah setiap saat. Karena, posisi keduanya yang tengah menaiki kuda yang sama, membiarkan sang anak terbang dengan pedangnya di atas mereka.

Lan WangJi tetap teguh pada pendiriannya tak peduli seberapa ngotot Wei Wuxian berusaha menggodanya. Tiap kali Wei Wuxian masuk ke dalam hanfunya ataupun hanya mengelus perutnya dari luar hanfu, dia akan memberi tepukan ringan untuk membuat Wei Wuxian meringis pelan.

Wei Wuxian harus menelan banyak kekalahan dan mengeluhkan lengannya yang sakit akibat cubitan dan pukulan yang diberikan sang kekasih.

Dia membatin, sekarang dia sudah dewasa, tapi dia jadi makin tidak menyenangkan. Dulu digoda sedikit saja sudah malu. Reaksinya juga sangat menarik. Tapi sekarang, dia tidak akan bereaksi tak peduli apa yang kulakukan. Bahkan dia mulai belajar cara menyerang balik. Bagaimana bisa?!

Mereka berdua menuju ke arah barat-laut sesuai yang ditunjuk hantu anggota tubuh itu. Setiap hari, pada saat ketiganya beristirahat Wei Wuxian dan Lan Wangji memainkan Rest agar bisa menenangkan amarah dan niatan membunuhnya walau hanya sementara. Sedangkan Sizhui bertugas mencari makanan untuk mereka bertiga.

Begitu sampai di Qinghe, sikap lengan yang sedari tadi menjadi petunjuk arah itu tiba-tiba berubah. Jari telunjuknya melengkung membentuk tinju. Itu berarti yang ditunjuk lengan itu berada di sekitar sini. Mereka mencari informasi sembari berkelana, lalu sampailah mereka di sebuah kota kecil di Qinghe. Hari sudah siang. Jalanan penuh oleh kerumunan orang yang bergelut dengan aktivitasnya masing-masing.

Wei Wuxian masih setia melingkarkan tangannya pada pinggang ramping Lan Wangji, dia mengernyitkan keningnya saat mendadak menangkap aroma tajam dari kosmetik. Dia sudah terbiasa dengan aroma lembut kayu cendana khas Lan Wangji, jadi aroma kosmetik itu serta-merta membuatnya ngeri.

Tak ingin mencium aroma kosmetik terlalu lama, Wei Wuxian mengajak Lan Wangji dan tentu saja sang anak untuk mencari restoran untuk makan siang mereka sembari mencari informasi yang mereka butuhkan.

Mereka memesan banyak makanan yang tentu saja dibayarkan oleh Lan Wangji, karena Wei Wuxian hanyalah pria miskin. Mereka makan dengan tenang mengikuti aturan sekte Lan. Meskipun Wei Wuxian sudah gemas ingin melemparkan beberapa lelucon.

Seusai makan, barulah Wei Wuxian memulai percakapan perihal praduga siapa sebenarnya pemilik semua anggota tubuh itu. Wei Wuxian terus mengoceh, namun, jawaban Lan Wangji tetap sama.

“Kurang ada bukti. Tidak boleh asal menuduh.” peraturan sekte Lan, ‘dilarang berpikiran negatif’. Wei Wuxian hanya menghela nafas panjang mendengar jawaban dari pujaan hatinya.


To be continue

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

WILD DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang