Bab 11 - 2/4

715 65 17
                                    

Setelah bayangan Sizhui sudah tidak lagi terlihat, Wei Wuxian menatap tajam pada para penatua. Dia memejamkan matanya dan membuang nafasnya kasar. Sudah 13 tahun berlalu namun para penatua itu masih saja seperti dulu, tidak ada perubahan.

“Tidak bisakah kalian tidak egois? Pandang A-Yuan sebagai manusia. Bukan boneka yang bisa kalian kendalikan. Dengan sikap kalian ini, apa bedanya kalian dengan Wen Rouhan? Kalian sama-sama seperti sampah.”

Lan Wangji mengeratkan genggamannya, dia tidak ingin Wei Wuxian lepas kendali. Wei Wuxian menatap Lan Wangji dengan lekat yang dibalas tatapan lembut oleh sang pujaan hatinya.

“Mulai saat ini, semua keperluan A-Yuan akan menjadi tanggungjawab kami berdua. Kalian semua tidak mempunyai hak untuk ikut campur lebih dalam lagi.”

“Memang kau siapa?”

Wei Wuxian terdiam sejenak, dia melihat gelengan kecil dari Lan Wangji. Namun, bukan Wei Wuxian namanya jika dia tidak membuat kehebohan. “Jika saya mengatakan, saya adalah Wei Wuxian apa kalian percaya?”

“Tidak mungkin! Dia sudah mati bertahun-tahun lalu.”

“Lalu, apa menurut kalian, Hanguang Jun akan menyentuh orang lain?” mendengar pertanyaan Wei Wuxian para penatua itu memilih bungkam. Wei Wuxian tersenyum miring, dia pun melepaskan topengnya dan menatap para penatua itu dengan tajam. “Anakku bukan boneka kalian.”

Wei Wuxian mengenakkan kembali topengnya, dan menarik tangan Lan Wangji dengan lembut. Mereka berdua pun meninggalkan aula perjamuan dan pergi menuju Jingshi.

“Wei Ying, kenapa?”

“Hm? Apanya?” Wei Wuxian duduk di kasur dan menatap Lan Wangji dengan bingung.

“Kenapa memberitahukan identitas Wei Ying pada para penatua?”

Wei Wuxian tersenyum, dia menarik tangan Lan Wangji agar mendekat pada dirinya. Lalu, dia merengkuh pinggang ramping milik pujaan hatinya itu. “Dari awal aku memang tidak berniat untuk menyembunyikannya. Dan lagi, dengan caramu memperlakukan aku sedemikian rupa, apa kamu pikir mereka tidak akan mengenaliku?”

Lan Wangji terdiam, dia mengerucutkan bibirnya. Kedua tangannya dia letakkan pada bahu Wei Wuxian. Kedua netra beda warna itu saling menyelam satu sama lain.

“Wei Ying…”

“Hm?”

“Jangan meninggalkan aku lagi.”

“Aku tidak bisa menjanjikan hal itu. Namun, aku akan mengusahakannya. Sudah cukup bagiku untuk meninggalkanmu satu kali, aku tidak ingin mengulanginya lagi. Tapi, kita hanya bisa berharap jika takdir memihak pada kita.”

“Mn. Wei Ying berjanjilah, sejauh apapun kamu pergi. Kamu akan selalu kembali padaku, pada A-Yuan, berjanjilah kalau kau akan selalu kembali pada kami.”

“Aku berjanji. Aku bersumpah jika hanya kaulah tempatku kembali. Hanya kaulah satu-satunya rumah yang selalu ingin aku huni. Kau segalanya bagiku, Lan Zhan. Dari dulu, sekarang, hingga di reinkarnasi kita selanjutnya, hanya kau, Lan Wangji, Lan Zhan. Aku bersumpah dengan nyawaku sendiri, tidak peduli jika para dewa menentangnya. Yang aku inginkan hanya kau, kekasihku.”

Kedua telinga Lan Wangji sukses berubah menjadi merah sempurna karena ucapan Wei Wuxian yang begitu manis. Dia pun tidak sanggup lagi untuk menahan debaran hatinya memilih untuk mengecup bibir Wei Wuxian.

Wei Wuxian terkesiap, lalu, tanpa menunggu lama dia langsung membanting tubuh Lan Wangji ke kasur dan menindihnya. Tidak ada suara yang selain deru nafas yang saling bersautan dari keduanya. Tidak ada pergerakan lainnya selain kedua mata yang saling memuja satu sama lain.

“Aku mencintaimu, Lan Zhan.”

“Aku juga mencintaimu, Wei Ying.”


To be continue

WILD DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang