Wei Wuxian menolehkan kepalanya menatap pada Lan Wangji yang tengah menghampirinya dengan nampan berisi sayur dan daging, “Tidak. Hanya saja, aku merasa aneh dengan mereka. Apa aku melakukan hal yang diluar nalar? Mereka menatapku seakan aku adalah penjahat yang akan menculikmu. Aiiyyooo Lan Zhan, bagaimana ini? Aku jadi ingin menculikmu, lalu, mengurungmu dalam Jingshi. Lalu setelahnya kita akan keluar dengan banyak A-Yuan kecil. Bagaimana dengan 10? Aku ingin anak kembar, dan harus ada anak perempuan. Kita akan membangun keluarga besar, bagaimana?”
Lan Wangji mencibir pelan, “Omong kosong. Cepat potong dagingnya.” Wei Wuxian tertawa puas mendengar respon Lan Wangji. Tanpa menunggu perintah lagi, dia melakukan hal yang diminta sang pujaan hati dengan sesekali menggoda pria cantik itu.
“Ehem! Bolehkah saya bertanya? Yang sedang kalian tatap saat ini saya atau Hanguang Jun?” Wei Wuxian melirik tajam pada para murid yang sedang memasak di dapur. Para murid yang ditanyai hanya bisa menunduk dan melanjutkan aktivitas mereka dengan cepat.
“Jangan menindas mereka.” Wei Wuxian mencebik kesal. Setelah menyelesaikan bagiannya, dia memeluk Lan Wangji dari belakang tanpa sadar jika tindakannya membuat semua orang yang melihat terlonjak kaget. “Lan Zhan aku hanya tidak suka dengan mereka yang menatapmu.”
“Itu hak mereka.” Wei Wuxian mengeratkan pelukannya, dia membenamkan wajahnya pada ceruk leher Lan Wangji yang sekarang sudah menjadi tempat favoritnya. “Mn, aku menyukai aromamu. Aroma Cendana yang secara alami menguar dari tubuhmu terasa manis dan memabukkan. Aku menyukainya, sangat.”
“Mn.” Lan Wangji tidak sedikitpun merasa risih ataupun kesusahan oleh tindakan Wei Wuxian. Dia membiarkan pria itu melakukan hal yang disukainya, dan lagi… Lan Wangji tidak bisa menampik fakta bahwa dia menyukai dan menikmati sisi Wei Wuxian yang posesif itu.
Sizhui datang memecahkan keheningan yang tercipta dan menambah rasa penasaran yang lain, “Ayah, Ibu! Apa yang akan kita makan malam ini? Apa kita akan makan bersama yang lain? Atau kita akan makan di Jingshi?”
“Bersama yang lain,” Lan Wangji menyerahkan beberapa sayuran pada Sizhui, “Cuci dan potong.” Sizhui mengangguk kecil, dia menatap sang ayah yang masih betah memeluk sang ibu dari belakang. “Ayah, kau tidak ingin membantu?”
“Bagian ayah sudah selesai. Urus bagianmu sendiri. Hush hush!” Wei Wuxian bergumam sambil mendaratkan beberapa kecupan pada perpotongan leher pria di pelukannya itu. “Cukup, itu membuatku geli.”
“Lan Zhan, aku mencintaimu. Aaaa~ kenapa kau sangat menggemaskan Lan Zhan? Bagaimana jika aku mati karena terlalu mencintaimu?” Lan Wangji melepaskan pelukan Wei Wuxian, menatapnya dengan serius. “Aku akan menyusulmu.” dan gelak tawa Wei Wuxian pun memenuhi area dapur.
Jika sebelumnya kehadiran Lan Wangji dan Sizhui yang makan bersama dengan mereka menjadi sorotan utama. Saat ini kehadiran pria bertopeng yang makan semeja dengan Lan Wangji menjadi topik hangat bagi mereka. Mereka berspekulasi banyak tentang hal itu, memikirkan banyak skenario dalam otak mereka masing-masing.
Sedangkan yang menjadi sorotan tengah asik menggoda pujaan hatinya yang ditanggapi singkat. Acara makan malam itu membuat rasa penasaran seluruh murid Gusu meluap-luap. Seusai makan malam, salah satu murid Gusu melontarkan pertanyaan yang membuat Wei Wuxian mati kata.
“Tuan Muda Mo, bolehkah saya mengetahui tentang hukuman yang anda ambil tadi siang? Memang pelanggaran apa yang anda lakukan?”
Lan Wangji sontak menatap Wei Wuxian, “Hukuman?” Wei Wuxian memilih untuk menutup rapat mulutnya. Melihat jika dia tidak akan mendapatkan jawaban, Lan Wangji menatap murid yang beberapa saat lalu melontarkan pertanyaan. “Ceritakan.” Dan murid itu pun dengan polos menceritakan semua kejadian tadi siang.
Lan Wangji menggeram kesal, netra emasnya menyorot tajam pada Lan Qiren dan Lan Xichen, dan semakin menggelap ketika akhirnya dia bertatapan dengan netra abu-abu gelap milik Wei Wuxian. Mengabaikan segala rentetan peraturan, Lan Wangji membuka paksa pakaian Wei Wuxian. “Lan Zhan, Lan Zhan, tahan dirimu. Aiyyaa Lan Zhan, apa yang mau kau lakukan, huh?”
“Memperkosamu.” Teh yang para penatua minum menyembur dengan tidak elitnya. Wajah para murid junior memerah saat mendengar perkataan vulgar dari orang yang mereka anggap paling suci itu.
“Lan Zhan, kau… Dengarkan aku.” Wei Wuxian menahan tangan Lan Wangji. “Aku tidak apa-apa. Tidak terluka, jika kau tidak percaya aku akan membuka pakaianku sendiri sekarang. Jangan mengotori tanganmu.”
“Buka.” Wei Wuxian mendesah pasrah, dia lalu melepas jubah luarnya dan melonggarkan ikat pinggangnya, menurunkan pakaian, dan menampilkan tubuh atasnya yang tidak terlihat ada luka sedikitpun. Dada bidangnya yang terpampang nyata itu menuai decak kagum dari yang melihat. Otot-otot tubuhnya yang terbentuk sempurna membuat para murid itu menelan ludahnya. Kedua pipi Lan Wangji memanas, namun, enggan untuk memalingkan wajahnya.
“Lihat? Tidak ada luka. Sekarang kau percaya kan? Aku memang mengambil hukuman, tapi itu tidak sampai meninggalkan bekas luka. Aku tidak apa-apa Lan Zhan, mereka memukulku dengan lembut. Jangan khawatir lagi ya? Sekarang boleh aku memakai pakaianku kembali? Aku risih dengan tatapan para murid perempuan itu.”
Lan Wangji refleks memeluk Wei Wuxian, membuat dirinya duduk di pangkuan Wei Wuxian. Melihat itu, Wei Wuxian hanya bisa tersenyum geli, Lan Zhan-nya tengah minum cuka rupanya.
“Kau menggemaskan sekali, Lan Zhan.” Bisik Wei Wuxian dengan suara seraknya.
—
Bab kesepuluh pun telah usai.
—
To be continue.
KAMU SEDANG MEMBACA
WILD DESTINY
RandomWei Wuxian yang dibangkitkan kembali karena permintaan tulus dari seseorang yang memiliki hati yang murni, bersih, dan tulus, harus menghadapi takdir barunya yang liar. Sosok yang dijuluki Yiling Laozu itu terlahir ke dunia manusia dengan identitasn...