Mari beralih pada Lan Wangji dan Wei Wuxian yang sudah tiba di Yun Shen Bu Zhi Chu. Jika diberikan pertanyaan, Lan Wangji tentu heran kenapa mereka bisa sampai secepat ini. Bahkan, ini belum sampai 3 jam dari mereka yang menuruni gunung Dafan. Namun, Lan Wangji memilih untuk tidak memikirkannya terlalu jauh, dia akan menanyakannya ketika Wei Wuxian bangun nanti.
Lan Wangji memasuki Yun Shen Bu Zhi Chu dengan tenang tanpa menghiraukan pandangan penuh keheranan dari murid yang lain. Lan Xichen yang kebetulan ingin keluar untuk menemui Sizhui dan yang lain dibuat terkejut dengan kedatangan sang adik. Tanpa diminta, dia menurunkan pemuda bertopeng yang tidak sadarkan diri dipunggung Lan Wangji. “Xiaozhang, tolong bawa ke Jingshi. Jangan buka topengnya.” Tanpa mendengar jawaban sang kakak, Lan Wangji memacu kudanya menuju tempat para kelincinya.
Lan Xichen dengan senyum cerahnya membawa pria itu ke Jingshi sesuai dengan permintaan sang adik. Jangan panggil dia Zewu Jun jika dia tidak bisa membaca raut wajah serta pikiran sang adik. Melihat pakaian milik sang adik yang kotor dengan darah dari pemuda bertopeng itu, bahkan sang adik tidak sedikitpun merasa risih dengan pelukan yang pemuda itu berikan, dan dia bahkan melihat kekhawatiran yang jelas terlukis di wajah adiknya—walaupun hanya dia saja yang bisa melihatnya—ditambah sang adik memintanya untuk membawa pemuda itu ke Jingshi, ke kediaman pribadi sang adik. Setelah membaringkannya di kasur, Lan Xichen langsung menyalurkan energi spiritualnya, dia berbisik dengan pelan, “Adik Wei, terima kasih karena telah kembali. Terima kasih karena telah menjawab dan menghentikan semua penantian panjang, Wangji.”
Beberapa saat kemudian, Lan Xichen dikagetkan dengan suara derap kaki dan pintu yang terbuka dengan kasar, disusul dengan suara sang adik, “Xiaozhang. Bagaimana keadaannya? Xiaozhang, Wangji sudah memanggil tabib, dia akan datang sebentar lagi.” Lan Xichen tersenyum dan meminta Lan Wangji untuk mendekatinya. “Kondisinya cukup buruk. Kakak sudah menghentikan pendarahannya dan menutup luka-luka kecil ditubuhnya. Wangji, adik Wei bukan orang yang lemah. Jangan khawatir.”
“A-adik Wei…?” Lan Wangji menelan ludahnya gugup, dia mengalihkan pandangannya untuk menghindari tatapan sang kakak. Namun, jawaban sang kakak membuat tubuhnya membatu, “Eh? Kau ingin merahasiakan identitas adik Wei dari kakakmu ini, Wangji?” melihat sang adik yang membisu, Lan Xichen tertawa kecil. Dia meraih tangan Lan Wangji, memeriksa kondisi sang adik. Dengan senyum yang tetap terlukis di wajahnya, dia membuat sang adik pingsan dalam satu tarikan. “Wangji, kau juga perlu istirahat. Jadi, temani adik Wei berbaring ya.” Lan Xichen tertawa kecil.
Pintu Jingshi terbuka, menampilkan sosok tabib dan sang paman yang berdiri diambang pintu. Lan Xichen memintanya untuk masuk dengan sopan. Dia mengatakan permintaan Wangji untuk tidak membuka topengnnya Wei Wuxian, dan meminta tabib untuk memeriksa kondisi sang adik juga. Dia mendekati sang paman, dengan suara lirih dia berbisik, “Penantian Wangji sudah selesai. Berharap, Shufu memberikan restu untuk mereka.” Lan Qiren sontak menatap ponakan tertuanya, melihat Lan Xichen yang tersenyum dan menganggukkan kepalanya Lan Qiren kembali menatap Wei Wuxian yang tengah terbaring tak sadarkan diri disebelah Lan Wangji. Senyumnya terlukis, dalam hatinya dia merasa bersyukur dengan fakta yang dia ketahui saat ini, disaat yang bersamaan dia juga berdoa agar kepribadian Wei Wuxian berubah menjadi sedikit lebih dewasa dan tidak membuat kepalanya sakit lagi.
Dua hari berlalu, rombongan Sizhui akhirnya sampai di Yun Shen Bu Zhi Chu. Tentunya hal itu membuat Lan Xichen dan Lan Qiren merasa tenang. Dengan sedikit perdebatan, Jingyi menggantikan Sizhui untuk menjelaskan alasan kenapa Jin Ling mengikuti mereka ke Yun Shen Bu Zhi Chu. Lan Xichen mengangguk dan menjelaskan kondisi Wei Wuxian yang masih tidak sadarkan diri. Lan Wangji melemparkan tatapan heran pada sekolompok orang yang berkerumun di kediamannya. Dan semakin dibuat keheranan dengan kehadiran Jin Ling yang meringkuk dibelakang punggung Sizhui. “Apa aku menakutkan?” Hanya tiga kata, tapi, berhasil menuai tawa dan itu membuat Lan Wangji semakin diliputi oleh perasaan heran.
Memilih enggan untuk menanggapi hal yang tidak penting, Lan Wangji melangkahkan kakinya memasuki Jingshi. Dia meletakkan keranjang makanan di meja dan berjalan mendekati Wei Wuxian yang masih setia dalam tidurnya. Dengan penuh kehati-hatian, dia mengambil tangan kiri Wei Wuxian dan memeriksa kondisinya, masih sama. Jalur merdiannya tidak mengalami masalah apapun, bahkan dia bisa merasakan energi spiritual Wei Wuxian yang sudah sepenuhnya pulih.
Namun meski begitu, tidak sedikitpun pria yang dia sayangi itu memberikan tanda jika ingin terbangun dari tidurnya. Hal itu membuat para tabib yang memeriksanya keheranan. Akan tetapi, Lan Wangji memilih untuk tidak memikirkannya lebih jauh, selama Wei Ying-nya masih bernafas, dan dapat dia sentuh, itu tidak menutup kemungkinan bahwa pria itu akan sadar dan kembali memeluknya.
Lan Wangji kembali ke meja setelah merapikan selimut Wei Wuxian, dengan tenang dia menata makanan dari keranjang yang dia bawa. “Jika kalian tidak ingin masuk, maka pergilah.” Sontak, kelima orang yang berada di luar Jingshi berjalan masuk. Sizhui menatap sang ibu dengan takut, bibirnya terbuka dan tertutup tanpa mengeluarkan sepatah katapun. “Katakan setelah kau selesai makan dan membersihkan diri.” Mendengar suara sang ibu, Sizhui hanya bisa mengangguk kecil dan akhirnya mereka pun makan dengan tenang.
—
To be continue
KAMU SEDANG MEMBACA
WILD DESTINY
RandomWei Wuxian yang dibangkitkan kembali karena permintaan tulus dari seseorang yang memiliki hati yang murni, bersih, dan tulus, harus menghadapi takdir barunya yang liar. Sosok yang dijuluki Yiling Laozu itu terlahir ke dunia manusia dengan identitasn...