Bab kesembilan pun dimulai... Berhati-hatilah, akan ada sebuah adegan ‘dewasa’…
•
•
•
Wei Wuxian membuka matanya perlahan, meringis pelan saat rasa pusing melanda kepalanya. Setelah terbiasa dengan cahaya, dia mengedarkan pandangannya pada ruangan yang terlihat tenang dan kosong. Kemana pujaan hatinya? Samar-samar dia mendengar suara keributan dari luar.
“Kenapa sampai sekarang lonceng itu masih berdeting? Ini bahkan sudah semalaman Hanguang Jun berada di Mingshi, apa kekuatannya Hanguang Jun sudah mulai melemah?”
“Hush! Apa yang kau katakan! Tidak mungkin Hanguang Jun menjadi lemah. Bisa saja yang mereka tangkap kali ini sangat kuat. Dan lagi mereka sedang menangani tiga sekaligus. Tanpa bantuan Zewu Jun tentu saja Hanguang Jun butuh waktu yang sedikit lama.”
“Berhentilah membicarakan Hanguang Jun. Apa kalian lupa dengan peraturan sekte?! Fokus berjaga saja.”
Wei Wuxian yang mendengar percakapan itu mengernyitkan keningnya heran. Dia melakukan meditasi singkat untuk mengecek keadaannya. Setelah dirasa kondisinya sudah cukup stabil, dia menyelesaikan meditasinya. Netranya menatap pada pantulan cermin, dia tersenyum kecil ketika sadar topengnya sudah terlepas dari wajahnya—itu berarti Lan Wangji sudah mengetahui identitasnya.
Setelah puas mengamati tubuhnya yang hanya berbalut piyama putih dengan corak awan khas Gusu, dia bangkit dari duduknya, berjalan ke arah kamar mandi untuk membersihkan diri dan segera membantu sang pujaan hati yang sedang kesulitan. Tak butuh waktu lama, dia keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di pinggangnya. Yak, sekarang Wei Wuxian kebingungan, tidak mungkinkan dia keluar hanya dengan handuk yang menutupi area pribadinya?
Lalu, tanpa sopan santun dia membuka lemari Lan Wangji, mencari-cari pakaian yang sekiranya pas di tubuhnya. Wei Wuxian dibuat tersentak ketika netranya menangkap pakaian berwarna hitam, yang jelas bukan milik Lan Wangji. Dia mengambilnya, hanfu hitam itu sedikit dia remas karena perasaan bahagia yang seketika membuncah di dadanya.
Hanfu hitam dengan corak awan merah dan sulur-sulur berwarna biru, jika saja hanfu itu berwarna putih, jelas itu seperti pakaian berkabung sekte Lan. Tapi ini berwarna hitam, dengan ukuran yang entah kenapa sesuai dengan tubuhnya. Pikiran liar menghinggapi kepalanya, apa mungkin Lan Wangji memang sengaja menyiapkan hanfu hitam itu untuknya?
Tidak ingin terlalu larut dalam pikirannya, Wei Wuxian melangkahkan kakinya ke luar dari Jingshi setelah memastikan dirinya sudah rapih dengan topeng yang terpasang apik pada wajahnya dan seruling yang sudah bertengger di pinggangnya. Menghiraukan seruan kaget dari ketiga manusia yang sedari tadi berjaga di depan pintu, Wei Wuxian menanyakan dimana letak Mingshi yang beberapa saat lalu mereka bahas. Karena diingatannya, 13 tahun yang lalu tempat itu tidak ada di Yun Shen Bu Zhi Chu.
Dengan sedikit tergesa-gesa, mengingat aturan ‘dilarang berlari di Yun Shen Bu Zhi Chu’ Wei Wuxian mengekori ketiga orang itu, setelah ancaman kecil yang dia berikan tadi. Wei Wuxian sedikit tercengang melihat bangunan dihadapannya.
Bangunan itu dipenuhi oleh kertas mantra yang mengelilingi keseluruhan sisinya, dengan beberapa segel khas Gusu yang Wei Wuxian yakini dengan pasti, itu untuk menahan energi kebencian yang menguar dari dalam bangunan. Lonceng yang berdeting sedikit membuat telinganya berdenging, aura hitam jelas menguar dari dalam ruangan. Seketika ketiga orang itu merasa tercekik. Iya, ketiga orang. Karena itu tidak berpengaruh sedikitpun ke Wei Wuxian, terbukti dengan dia yang sedang berjalan santai mendekati pintu—gerbang, “Buka!” dan boom! Pintu besar itu terbuka, membuat ketiga orang itu terpental jauh menabrak pohon, dan Wei Wuxian tetap berjalan dengan tenang. Saat dia sudah berada di dalam, pintu itu tertutup rapat, menimbulkan suara dentuman yang keras.
Wei Wuxian menelisik ke segala penjuru, ada tiga penatua sudah terkapar bersimbah darah—entah mati entah hanya pingsan, Wei Wuxian tidak peduli. Di dalam ruangan itu hanya terdapat lima manusia yang masih dalam kondisi sadar. Ketika netranya bertatapan dengan netra emas milik Lan Wangji, Wei Wuxian tersenyum kecil. Lan Wangji seketika berhenti memetikan Guqinnya, dan dua penatua yang tersisa terjatuh tak sadarkan diri, membuat Lan Wangji kembali memetik Guqinnya. Kini hanya tersisa tiga orang—Wei Wuxian, Lan Wangji, dan Lan Qiren—yang masih sadar.
Wei Wuxian dengan tenang berjalan ke tengah ruangan, tangan kanannya terulur kedepan, bersamaan dengan netranya yang berkilat merah, cahaya merah keluar menyelimuti tangannya hingga ke tempat ketiga ‘benda’ itu memberontak. “Diam!” suaranya memerintah dengan rendah—hampir terdengar seperti geraman, aura intimidasi itu jelas menekan ketiga benda yang sedari tadi memberontak.
Setelah kondisi menjadi sedikit kondusif, dia mengambil serulingnya, menatap Lan Wangji yang langsung memahami maksudnya. Petikan Guqin yang berpadu dengan dengan suara seruling itu terdengar harmonis, sangat indah, dan menenangkan. Sepasang lengan dan kaki itu seketika terdiam, kembali tenang seperti sedia kala. Wei Wuxian mengeluarkan semacam kantong penangkap iblis berwarna hitam dengan beberapa corak abstrak berwarna merah dari kantong lengannya. Dengan sedikit menyalurkan energi spiritualnya, ketiga ‘benda’ itu tanpa perlawanan masuk ke dalam kantong yang sudah Wei Wuxian siapkan.
Keheningan tercipta, mereka bertiga tengah disibukkan dengan pikirannya masing-masing. Sesekali mereka bertiga saling bertatapan satu sama lain. “Jiwa dan tubuhnya dipotong secara bersamaan. Aiyyaa, siapa pemilik ketiga anggota tubuh ini? Malang sekali nasibnya. Tapi ini aneh. Sepanjang masa hidupku, baru kali ini aku melihat jiwa yang memiliki energi kebencian tinggi tapi tidak mengetahui siapa dirinya dan bagaimana dia mati.”
—
To be continue
KAMU SEDANG MEMBACA
WILD DESTINY
RandomWei Wuxian yang dibangkitkan kembali karena permintaan tulus dari seseorang yang memiliki hati yang murni, bersih, dan tulus, harus menghadapi takdir barunya yang liar. Sosok yang dijuluki Yiling Laozu itu terlahir ke dunia manusia dengan identitasn...