• •✠•❀ Hiraeth ❀•✠ • •
"Kamu kenapa? Diem terus dari tadi."
"Kenapa?" ulangnya karena tidak segera ditanggapi.
"Nggak."
"Ih, Bara! Balikin sendoknya!" seru gadis itu karena sendok mainannya direbut Bara.
"Gak mau," goda Bara sambil menjulurkan lidahnya.
"Ck! Cepet balikin gak? Aku bilangin mama kamu nanti." Lila mulai mengancam.
"Lagian kamu diem terus. Biasanya juga main bareng kalo aku kesini. Ini malah main sendiri nyuapin boneka. Aku ajak main malah dicuekin."
"Aku lagi males mainan sama kamu. Pulang aja sana!" ketus Lila sambil merebut sendok mainan itu.
"Eh eh eh ... kenapa?" tanya Clarisa—Ibu Lila yang baru datang.
"Itu Tante ... Lila diemin Bara terus dari di sekolah tad—"
"Bara yang nyebelin, Ma! Tadi di sekolah dia main sama anak baru terus ... terus nggak ajak Lila main." Lila memotong ucapan Bara.
"Tapi kasihan, La. Raya belum punya teman di sekolah. Kamu juga sering main sama Danu. Aku diem aja."
Lila menatap Bara tajam.
"Yaudah aku minta maaf deh," ucap Bara menjulurkan tangannya.
"Tuh, Bara udah minta maaf, La. udah ya marahannya. Tujuan Bara baik kok, biar Raya punya teman. Kamu harusnya juga ajak Raya main, ’kan sebagai murid baru di sekolah dia nggak kenal siapa pun dan yang penting sekarang Bara masih main sama kamu ’kan."
Lila mengangguk tipis setelah mendengar penjelasan ibunya. Benar juga. Sepulang sekolah ini Bara masih bermain di rumahnya seperti biasa dan bukan bermain dengan Raya. Dengar-dengar rumah Raya hanya beda tiga blok perumahan dengannya, tapi Lila dan Bara memang tidak mengenal Raya sebelumnya. Mungkin dia juga pindahan baru ke perumahan ini.
Lila menurunkan ego dan menerima uluran tangan Bara untuk bermaafan.
"Nah gitu dong, jangan cemberut aja. Sekarang coba senyum," titah Clarisa. Lila mencoba tersenyum tipis dan memaafkan Bara. "Udah, ya. Mama mau ke warung sebentar. Kalian jangan berantem lagi," lanjutnya mendapat anggukan dari keduanya.
"Lila beneran udah nggak marah ’kan?" tanya Bara setelah memastikan ibu Lila pergi.
"Sedikit."
"Ih Lila," rengek Bara sambil mengikuti gadis itu ke arah Taman belakang rumah Lila.
"Terus aku harus gimana biar Lila nggak marah lagi?" lanjutnya.
"Bara jangan main sama Raya terus ya," ucap Lila sesaat setelah mendudukan dirinya di gazebo.
"Lila juga jangan main sama Danu terus," pinta balik Bara.
Lila mengangguk. "Bara harus janji bakal selalu di sini sama Lila," ucap Lila.
"Bara janji! Nanti kita tumbuh besar bareng ya Alila Zalfa Edelweiss," jawab Bara lalu menjulurkan jari kelingkingnya.
"Ih, nama aku ada Grizell-nya! Masa gitu aja lupa," cibir Lila.
"Oh iya! Ulang deh. Bara janji. Nanti kita tumbuh besar bareng ya, Alila Zalfa Grizell Edelweiss."
"Okay, siap Abimael Bara Sanjaya!" Seru Lila sambil menyatu jari kelingking Bara untuk saling berjanji.
• •✠•❀ Hiraeth ❀•✠ • •
• •✠•❀ Prolog
• •✠•❀ ditulis oleh Novaamhr
KAMU SEDANG MEMBACA
[04] Hiraeth ✔
Teen FictionStory 04. [ Hiraeth ] By : @girlRin @Novaamhr ▪︎▪︎▪︎ Zalfa dan Bara adalah sahabat masa kecil. Keduanya sangatlah dekat sampai sering kali ketika salah satu dari mereka akan bermain dengan anak yang lain, maka yang satunya akan cemburu. Bagi keduany...