• •✠•❀ Hiraeth ❀•✠ • •
“Sayang, kamu kenapa?” Kiara menoleh dan tersenyum tipis ke arah Irfan. Setelah pertengkaran dirinya dengan Bara tadi pagi, entah kenapa perasaannya menjadi buruk sampai malam ini. Harusnya dia bahagia apalagi ada Irfan yang senantiasa selalu ada untuknya dan bahkan selalu menyempatkan waktunya untuk Kiara di tengah-tengah kesibukannya berkuliah dan bekerja.
Kiara langsung memasang wajah manis dan merangkul mesra lengan Irfan. “Sayang, kamu kalo ada cewek baru yang kamu kenal dan dia trus sama aku terlibat pertengkaran, kamu bakal bela siapa?” tanya Kiara tiba-tiba.
Irfan menautkan alisnya heran dan menjawab, “kamu dong. Aku kenal kamu lebih dulu, aku tau kamu enggak bakal mulai duluan kalo enggak diganggu.”
Kiara tersenyum bahagia. Inilah yang ia harapkan Bara lakukan. Harusnya Bara membela dirinya karena mereka kenal lebih lama daripada Bara mengenal Zalfa. Harusnya Bara membela dirinya daripada Zalfa yang bahkan hanya sebatas orang baru dalam hidup Bara.
Irfan mengusap lembut kepala Kiara hingga gadis itu mendongak. “Kamu kenapa? Di sekolah ada masalah, ya?” tanya Irfan dengan penuh perhatian.
Kiara terdiam dan kemudian mengangguk pelan. “Ada cewek baru di kelas aku. Dia ... dia suka banget bikin aku kesel dan tiap aku marah, semua orang selalu bela dia. Padahal mereka harusnya bela aku. Mereka udah kenal aku lebih lama daripada anak baru itu ’kan? Cewek itu juga bikin aku berantem sama temen sekelas aku,” adu Kiara.
Irfan mengusap lembut punggung Kiara. “Mungkin dia iri sama kamu. Pacarnya aku ini ’kan cantik dan baik banget. Pasti dia iri karna kamu tuh sebaik dan secantik ini, makanya dia suka cari gara-gara sama kamu dan bikin kamu berantem sama temen kamu. Tenang aja, pasti nanti temen-temen kamu bakal tau kalo sebenarnya kamu tuh lebih baik daripada anak baru itu.” Irfan menghibur pacarnya.
Kiara tersenyum lebar dan memeluk Irfan dengan begitu bahagia. “Ihh, kamu bisa banget bikin aku malu!” ucapnya dengan nada manja.
• •✠•❀ Hiraeth ❀•✠ • •
Bara menatap ponselnya dengan tatapan ragu. Ia ingin mengirimkan pesan kepada Zalfa dan ingin meyakinkan dirinya bahwa Zalfa benar-benar Lila, sahabat masa kecilnya. Ia ingin meyakini itu dan ia ingin itu benar-benar nyata. Hanya saja, saat akan mengirimkan pesan tiba-tiba ia ragu. Bagaimana jika Zalfa marah kepadanya karena Kiara tadi? Biar bagaimanapun Kiara tetap pacarnya dan akibat ulah Kiara, gambaran Zalfa jadi terkena tetesan air.
Tok tok
Bara menoleh dan mendapati pintu kamarnya dibuka oleh adiknya, Nadella. Gadis itu masuk tanpa izin dan kemudian berjalan menuju meja belajarnya Bara.
“Ngapain lo?” tanya Bara dengan ketus.
“Ada punya penggaris busur yang buat itung derajat itu enggak, Bang? Pinjem dong. Punya gue kayaknya kebawa sama temen tadi di sekolah trus gue lupa kalo ada tugas Matematika yang kudu ngitung derajat gitu,” jawab Nadella sambil membongkar laci belajar Bara.
Bara mengembuskan napas berat dan mengambil kotak pensilnya lalu menyerahkan penggaris yang dimaksud oleh sang adik. Nadella menerimanya dengan senyum kemenangan.
“MAKASIH, ABANG JELEK!” Nadella berjalan pergi meninggalkan kamar Bara bahkan tak menutup pintu. Bara menatapnya gemas. “Pengen gue tempeleng rasanya tuh bocah!” ucap Bara.
Ia berjalan menuju pintu dan menutupnya dengan tenang. Pemuda itu kembali ke kasurnya dan kemudian menatap layar ponselnya lagi. Ia tak sengaja melihat Zalfa memosting story WhatsApp dimana dia sedang makan bersama Tamara di sebuah tempat, mungkin di Mall.
Bara tersenyum menatap foto dimana Zalfa dan Tamara tersenyum ke arah kamera dan memamerkan burger dan juga cola mereka. Tanpa sadar netranya malah menatap ke sudut gambar itu. Ia seperti mengenali sosok perempuan yang sedang bersandar ke pundak seorang laki-laki. Pasangan itu membelakangi kamera karena mereka sepertinya ingin masuk ke dalam toko sepatu yang memang ada di belakang tempat Zalfa dan Tamara berfoto.
“Baju yang dipake ceweknya kayak kenal. Siapa, ya?” ucap Bara bergumam.
Bara menggeleng mencoba tak peduli. Ia mengetik ‘maaf buat ulah Kiara tadi’ sebagai balasan pada story WhatsApp Zalfa. Ia ingin meminta maaf dan berharap semoga Zalfa tak marah kepadanya. Entah kenapa ia lebih takut kalau Zalfa marah kepadanya daripada Kiara yang marah kepadanya.
Bara melemparkan ponselnya ke samping dan merebahkan tubuhnya sambil menatap langit-langit kamarnya.
Ting!
Bara menoleh dan meraih ponselnya. Zalfa membalas bahwa Bara tak perlu minta maaf karena memang Bara tak salah apa-apa. Bara tersenyum membaca balasan itu. Ia senang bahwa Zalfa sangat baik dan tak dendam. Bara membalas dengan stiker lucu yang hanya dibaca oleh Zalfa tanpa dibalas. Mungkin ia sedang sibuk dengan Tamara.
• •✠•❀ Hiraeth ❀•✠ • •
Tamara menatap Bayu dengan tatapan malas. Ia yang awalnya ingin jalan-jalan bersama Zalfa malah harus berpapasan dengan Bayu, sang sepupu yang kebetulan sedang mencari baju baru katanya di Mall ini. Zalfa juga hanya bisa menggelengkan kepalanya geli melihat betapa lucunya interaksi kedua sepupu ini.
“Males banget gue liat muka lo tau enggak?” ucap Tamara.
Bayu membalas, “gue juga males.”
Tamara ingin sekali melemparkan tasnya ke arah Bayu jika saja Zalfa tak menahannya. “Udah, jangan marah-marah. Malu diliatin orang,” ucap Zalfa.
“Nah, tuh dengerin! Malu diliat orang! Emang ya orang kayak lo tuh kudu diiket pake rante biar enggak ngereog,” ucap Bayu.
“Bayu, bangsat! Ngeselin lo!” seru Tamara. Bayu hanya membalas dengan menjulurkan lidahnya.
“Udah. Mending kita temenin Bayu aja yok. Biar rame,” bujuk Zalfa.
“Zal, kok nemenin dia sih? Beban yang ada dia tuh!” ucap Tamara.
“Ih, gapapa. Kalo rame-rame lebih seru tau.”
“Tuh, dengerin kata Zalfa!” ucap Bayu. Tamara merengut kesal dan mengikuti Zalfa dan Bayu menuju toko baju pria.
Nyatanya begitu tiba di toko itu, Tamara langsung asyik dengan Bayu memilih baju. Tadi saja bertengkar sekarang malah akur dan heboh mengenai baju. Zalfa hanya bisa menggelengkan kepalanya. Saat ia menoleh, ia tak sengaja melihat Kiara sedang memeluk pria yang waktu itu Kiara klaim sebagai kakaknya padahal Zalfa tahu bahwa pria itu pacarnya atau mungkin selingkuhannya.
Kiara memeluk pinggang pria itu dan menunjuk ke arah kemeja biru. Pria itu meraih kemeja yang ditunjuk oleh Kiara dan kemudian mengecup pipi Kiara dengan mesra.
Zalfa meraih ponselnya dan memotret keduanya. Ia membuka WhatsApp dan membuka room chat dirinya dengan Bara yang tadi mengomentari story miliknya dan meminta maaf atas nama Kiara. Ia ingin mengirimkan foto Kiara dan pria itu kepada Bara, tapi tiba-tiba ia ragu. Bagaimana jika karena ini, Bara serta Kiara bertengkar lagi dan kemudian Kiara akan menyalahkan dirinya lagi seperti tadi? Namun, jika Zalfa tak mengirimkan ini kepada Bara, ia merasa kasihan bagaimana Bara diselingkuhi oleh Kiara begitu saja.
“Zal, ayo!” seruan Tamara membuyarkan lamunan Zalfa. Gadis itu menyimpan kembali ponselnya dan mengikuti Tamara serta Bayu yang berjalan menuju kasir.
Di sisi lain, Kiara masih asyik memeluk pinggang Irfan bahkan ia tak peduli beberapa pengunjung menatap mereka dengan tatapan seolah-olah menilai. Bagaimana tidak? Keduanya dengan santainya malah bermesraan di ruang publik apalagi di toko ini ada orang tua yang membawa anak mereka.
“Sayang, lepas dong. Malu diliat anak kecil,” bujuk Irfan. Ia juga bisa merasakan tatapan tajam para pengunjung kepada mereka.
Kiara menatapnya sendu. Ia melepaskan pelukannya dengan ogah-ogahan. Irfan yang peka pun langsung menggenggam tangan Kiara dan tersenyum manis. “Jangan marah, nanti cantiknya ilang.” Kiara tersenyum malu-malu dibuatnya.
• •✠•❀ Hiraeth ❀•✠ • •
• •✠•❀ Bab 14
• •✠•❀ ditulis oleh girlRin
KAMU SEDANG MEMBACA
[04] Hiraeth ✔
Teen FictionStory 04. [ Hiraeth ] By : @girlRin @Novaamhr ▪︎▪︎▪︎ Zalfa dan Bara adalah sahabat masa kecil. Keduanya sangatlah dekat sampai sering kali ketika salah satu dari mereka akan bermain dengan anak yang lain, maka yang satunya akan cemburu. Bagi keduany...