• •✠•❀ Hiraeth ❀•✠ • •
Kiara berangkat sekolah sangat pagi karena Irfan sangat ngotot menurunkannya persis di depan gerbang bukan agak jauh seperti biasanya. Kiara pun mengiyakan dengan syarat berangkat pagi sekali agar tak ada yang melihatnya. Namun, ia salah. Baru saja turun dari motor Irfan, Kiara melihat Zalfa berjalan ke arah gerbang tempat dia berdiri.
Mampus gue, batin Kiara.
"Hai, Zal!" Kiara berusaha mencairkan suasana tanpa menghiraukan Irfan lagi.
"Hai!" balas Zalfa.
"Gue lihat lo selalu berangkat pagi ya," ucap Kiara sambil mengajaknya masuk gerbang.
"Gue males kalo berangkat agak siangan dikit atau mepet jam masuk sekolah pasti macet dan pasti telat. Lo tumben berangkat pagi juga, Ki."
"Iya tuh Abang gue keburu berangkat kerja, jadi ya gue menyesuaikan jam kerjanya dia aja," alibinya.
"Oh kakak ya," ucap Zalfa sambil mengangguk. Padahal ia tau lelaki itu pacar Kiara juga selain Bara. Berkali-kali Zalfa memergokinya bertemu Irfan.
"Kenapa enggak bareng Bara aja?" lanjutnya.
Kiara menggeleng. "Beda arah rumahnya. Lo duluan aja, gue mau ke kantin dulu, Zal." Zalfa mengangguk.
"Abang? Emang ada ya kakak adik mesra-mesraan gitu? Kayak gue nggak tau aja," gumam Zalfa setelah Kiara pergi dan dia pun pergi dari tempat itu.
Setelah sampai kelas ternyata ia menemukan Bara sudah duduk di sana. Hanya Bara.
"Pagi!" seru Bara sambil menyunggingkan senyum.
"Pagi," balasnya. Zalfa langsung mengambil sapu karena hari ini jadwalnya piket. Menyapu seluruh kelas termasuk bagian Bara yang sedikit ia ragu.
"Lo kenapa senyum-senyum terus, Bar? Ada yang salah dari gue?" tanya Zalfa dan pemuda itu hanya menggeleng. Zalfa bertanya karena risih tatapan Bara tak luput darinya sejak tadi ditambah Bara menatapnya sambil senyum-senyum sendiri. Tatapan apa itu?!
"Zalfa!" Panggil Kiara dari depan pintu kelas dengan berteriak. Si pemilik nama terkejut ditambah Kiara yang terburu-buru menghampirinya.
"Maksud lo apa deket-deket cowok gue? Baru gue tinggal nggak masuk sehari udah gatel ya lo!" ucap Kiara yang tentu dengan nada tinggi dan melempar tasnya ke atas meja.
"Wah, dan gue baru tau kalo piket cuma nyapu daerah cowok orang biar bisa caper!" ucap Kiara sambil mendorong bahu Zalfa. Untung tak sampai terjatuh.
"Kiara stop!" seru Bara tak kalah lantang. "Lo kenapa sih, yang? Dateng-dateng langsung marah ke dia?" lanjutnya.
"Ya, karena dia udah gatel dan caper ke lo! Lo juga gak ngomong ke gue kalo digatelin cewek cupu ini, Bar. Padahal gue cuma nggak masuk sehari, udah meradang aja cewek ini."
"Lo denger dari mana kalo dia yang gatelin gue?"
"Gue udah berangkat dari setengah jam lalu. Ketemu dia di gerbang dan gue ke kantin buat sarapan dan ada dua orang yang cepu ke gue. Masih mau ngelak? Udah ada saksi mata nya loh!" jelas Kiara dan Bara tak berkutik.
Anjing ada yang cepu! batinnya.
"Siapa yang ngomong?!"
"Ra, gue yang caper ke cowok lo? Cowok yang mana?" ceplos Zalfa setelah lama terdiam mendengar semua ocehan Kiara.
"Yang lo lihat di gerbang tadi abang gue! Cowok gue ya cuma Bara, gak usah bikin panas deh."
"Dari tadi lo yang bikin panas, bukan Zalfa, Ra. Terus abang yang mana lagi? Lo anak satu-satunya Ra. Abang sepupu? Lo nggak ada sodara di kota ini! Abang yang mana?" ucap Bara yang mulai memanas.
"Lo udah nggak percaya sama gue, Bar?" lirih Kiara setelah dicecar pertanyaan dari Bara.
"Lo yang mulai ya, Ra. Lo yang buat gue panas."
"Weeshh apa nih? Masih pagi juga," ucap Bayu yang baru datang dengan Reno. Kiara meraih tasnya dan pergi tanpa berkutik dari hadapan mereka.
"Lah pergi. Kenap—?"
"Lo berdua yang cepu ke dia?" tanya Bara memotong ucapan Reno.
"Lah, cepu apaan? Gue sama Reno aja baru datang," jawab Bayu.
"Alah bacot, udah gue bilang jangan cepu."
"Bukan mereka berdua, Bar. Gue duluan," Zalfa menengahi dan langsung pergi.
Bara yang menatap kepergian Zalfa pun hanya bisa mengerang kesal. Rusak sudah kesempatannya untuk menanyakan nama lengkap Zalfa. Kenapa tadi malam tak ia balas saja pesan Zalfa? Ya, karena ia tadi malam tak berani mencari charger atau power bank miliknya usai dimarahi sang ibu. Pagi ini bahkan ia tak membawa ponselnya yang kehabisan daya itu. Pulang nanti ia berniat untuk pergi membeli charger baru di Mall beserta power bank.
“Ada apa sih? Kok cewek lo mukanya asem gitu trus lo juga bukannya ngejar buat nenangin dia eh malah kayak kesel gitu pas ditinggal Zalfa,” tanya Reno.
Bara mengembuskan napas berat dan kemudian menjawab, “nama lengkap Zalfa. Gue pengen tau nama lengkap dia soalnya temen kecil gue namanya juga ada Zalfa seinget gue. Makanya gue gencar banget deketin dia biar gampang nanyanya.”
Bayu mengangguk paham. Ia memang tahu betapa pentingnya menemukan teman masa kecilnya bagi Bara. Bayu sudah berteman dengan Bara sejak kelas 6 SD, maka ia tahu betapa sedihnya Bara ketika menyangkut teman masa kecilnya itu. Reno yang baru berteman dengan Bara saat di bangku kelas 9 itu juga sedikit banyak tahu betapa gigihnya perjuangan Bara mencari ‘Lila’ yang dimaksud. Hanya saja Reno menyayangkan tindakan Bara yang ketika sedang fokus mencari orang lain, ia malah memulai hubungan.
“Kalo gitu bicarain baik-baik deh. Oh, atau lo butuh bantuan kita juga buat nyari tau nama lengkap Zalfa? Harusnya sih di TU bisa ngecek nama lengkap dia,” ucap Reno.
“Bener juga atau enggak gue bisa tanya Tamara. Dia ’kan sepupu gue trus juga temen deket si Zalfa tuh. Pasti tau dong nama lengkapnya,” timpal Bayu.
Bara mengangguk kecil. “Makasih, ya. Kalian emang temen yang baik banget.” Reno menepuk-nepuk pundak Bara dan berkata, “boleh kali ah beliin makanan di restoran. Perbuatan baik tuh harus diapresiasi.”
Bara langsung menatapnya malas. Hal itu justru membuat Bayu serta Reno tertawa. Mereka sangat suka mengerjai Bara sampai pemuda itu kesal. Lucu saja rasanya karena Bara selalu terlihat berusaha baik-baik saja padahal mereka tahu kalau senyuman Bara itu palsu.
“Udah, mending lo pikirin cara buat nanganin si Kiara dulu baru deh Zalfa. Kiara gue liat-liat sekarang kok kayak sensitif gitu deh sama Zalfa. Kadang juga gue sering mergokin dia natap Zalfa gitu sampe gue ngira Kiara ada dendam ke Zalfa,” ucap Bayu.
Reno menatapnya bingung. “Lha? Lo juga nyadar? Gue kirain gue doang yang nyadar kalo Kiara beberapa hari belakangan ini kayak was-was gitu ke Zalfa,” ucapnya menimpali.
Bara terdiam. Ia jadi teringat ucapan Zalfa tadi yang menanyakan pacar yang mana ke Kiara. Kiara juga kenapa berbohong kalau itu abangnya? Bara tahu jelas Kiara itu anak tunggal dan bahkan saudara sepupunya yang lain itu berada di luar kota. Bara menggeleng kecil. Tidak mungkin Kiara berbohong padanya. Lagipula Kiara itu perempuan baik-baik. Ia yakin pasti ada kesalahpahaman di antara Kiara dan Zalfa.
• •✠•❀ Hiraeth ❀•✠ • •
KAMU SEDANG MEMBACA
[04] Hiraeth ✔
Novela JuvenilStory 04. [ Hiraeth ] By : @girlRin @Novaamhr ▪︎▪︎▪︎ Zalfa dan Bara adalah sahabat masa kecil. Keduanya sangatlah dekat sampai sering kali ketika salah satu dari mereka akan bermain dengan anak yang lain, maka yang satunya akan cemburu. Bagi keduany...