• •✠•❀ Hiraeth ❀•✠ • •
Bara mengehentikan motornya di depan rumah Zalfa dan tersenyum ketika melihat sosok Sean sedang menyiram tanaman di halaman depan rumah mereka.
“Pagi, Om Sean!” sapa Bara. Sean yang melihat kedatangan Bara yang memang sudah sering mengantar-jemput Zalfa pun tersenyum. “Pagi juga, Bar. Jemput Lila kayak biasa, ya?” tanya Sean.
Bara mengangguk dan melepaskan helm yang ia pakai. “Masuk dulu yuk? Lila lagi mandi paling. Mau sekalian sarapan? Kebetulan ada pempek Palembang lho. Kemarin Om dikasih rekan bisnis. Banyak banget jadinya pagi ini masak itu aja.” Sean menawarkan.
Bara mengangguk setuju. Lagian ini masih terlalu pagi untuk berangkat ke sekolah. Jadinya ia mengikuti Sean masuk ke dalam rumah dan pergi ke ruang makan. Di sana pembantu keluarga Zalfa mulai menghidangkan teh hangat dan juga kopi untuk Sean juga Bara selagi menunggu pempek yang sedang dimasak siap dihidangkan.
Tak lama pempek itu dihidangkan, bertepatan dengan kehadiran Zalfa yang sudah rapi dengan seragam sekolahnya. Gadis itu duduk di dekat Bara dan meminta dibuatkan susu strawberry kepada pembantu mereka.
“Seneng banget keliatannya. Ayah enggak dikasih tau ada apa nih?” tanya Sean dengan nada menggoda apalagi melihat bagaimana putrinya malah melirik malu-malu ke arah Bara. Ia sebenarnya punya tebakan, tapi ia lebih memilih menanyakan langsung kepada anaknya.
“Hehe ... Lila sama Bara udah jadian Om. Kemarin,” jawab Bara dengan canggung. Walaupun dulu dekat, tapi tetap saja ada rasa was-was ketika mengakui hubungan mereka ke hadapan Sean. Rasanya seperti meminta izin menikah padahal hanya mengatakan bahwa mereka sudah berpacaran saja.
Sean menatap Zalfa seolah meminta pernyataan dari gadis itu apakah yang diucapkan oleh Bara itu benar atau tidak dan Zalfa menjawab dengan anggukan malu-malu. Bertepatan dengan itu pembantu mereka meletakkan segelas susu strawberry hangat dan sepiring pempek di depan Zalfa.
“Makasih, Bi.” Zalfa mengucapkan terima kasih. Pembantu itu mengangguk dan pamit meninggalkan keluarga majikannya itu.
Zalfa menatap Ayahnya dengan ragu-ragu. Ia takut tak direstui dengan Bara. Namun, alih-alih mendapati raut marah, ia malah mendapati Ayahnya tersenyum geli. “Aduh, Lila. Ngapain takut begitu? Ayah enggak bakal marah kok. Lagian Ayah tau Bara gimana. Ayah cuma berharap kalian menjaga batasan wajar sebagai pacar dan jangan aneh-aneh aja. Kalian masih SMA. Perjalanan hidup kalian masih panjang,” ucap Sean sambil terkekeh kecil.
Bara langsung bernapas lega. Ia kira ia akan mengalami adegan seperti di sinetron-sinetron yang suka ditonton ibunya di mana orang tua pacarnya takkan menyetujui hubungan mereka dan menentang keras. Nyatanya Sean malah menerima dengan tangan terbuka.
“Sudah-sudah. Makan yuk? Nanti abis itu kalian bisa berangkat ke sekolah. Mumpung masih panas nih, enak tau.” Sean mulai menyuap pempek miliknya.
Bara dan Zalfa tersenyum kecil dan saling lirik. Ternyata ketakutan mereka hanyalah perasaan sia-sia saja. Harusnya mereka yakin kalau hubungan mereka ini takkan mendapatkan halangan apalagi dari keluarga mereka.
• •✠•❀ Hiraeth ❀•✠ • •
Jam istirahat, Bara mengajak Zalfa pergi ke kantin berdua. Meninggalkan Bayu dan Reno yang hanya bisa mengumpat karena ditinggalkan. Bahkan Bara sengaja mengajak Zalfa makan dan duduk berdua saja. Ia sengaja mengusir Tamara ketika gadis itu akan duduk di dekat Zalfa dan membuat Tamara kesal, tapi tetap menurut pindah ke meja yang ditempati oleh Bayu juga Reno.
“Kamu hobi banget sih bikin Tamara kesel. Mukanya sampe manyun gitu tau gara-gara kamu usir,” ucap Zalfa.
Bara terkekeh kecil dan menjawab, “gapapa dong. Namanya juga orang pacaran mau berduaan. Nanti kalo dia ngintilin kita, dia jadi nyamuk. Dia juga nanti yang kesel liat kita mesra-mesraan. Jadi, lebih baik dia sama dua curut aja. Biar jadi tiga curut.”
Zalfa tertawa geli. “Ada-ada aja ih. Nanti mereka denger gimana? Kamu mau dimarahin mereka? Hm?”
Bara menyeringai kecil dan mengusap lembut pipi Zalfa sampai pipi gadis itu bersemu. “Kalo dimarahin ya marahin balik dong. Aku cuma mau menikmati segala waktu yang aku punya sama kamu. Every second with you is so precious to me. I don't want to lose it even just for a second.”
Zalfa melepaskan tangan Bara dari pipinya dan mengalihkan pandangannya. Ia malu. “Apaan sih? Bikin malu aja. Cringe banget tau,” ucapnya dengan telinga memerah.
Bara tersenyum kecil. “Kamu suka, kan? Hayo ngaku. Telinga sama pipi kamu merah tuh, Sayang.”
Zalfa langsung menutup kedua telinganya dan menatap Bara dengan tatapan terkejut yang di mata Bara terlihat begitu lucu. Pemuda itu langsung mengusap lembut kepala Zalfa dan meraih tangan Zalfa untuk ia genggam.
“Makasih udah kembali, Lila. Makasih udah jadi tujuan hidup aku.” Bara berbisik yang masih bisa didengar oleh Zalfa.
Zalfa tersenyum dan balas menggenggam tangan Bara. Ia membalas, “makasih juga udah setia nungguin dan enggak menyerah nyari aku. Makasih udah jadiin aku tujuan hidup kamu. Setelah ini, jangan pernah merasa hilang arah lagi, ya? Aku bakal berusaha yang terbaik buat jadi cahaya dalam hidup kamu.”
Bara mengangguk dan Zalfa membalas senyuman itu dengan senyuman paling manis yang Bara pernah lihat.
Di sisi lain, Tamara memutar bola matanya jengah melihat tingkah mesra Bara dan Zalfa. Bayu yang melihat itu langsung menertawakan sepupunya. “Muka lo sempet amat, nyet. Kenapa lo?”
Tamara dengan kesal menjawab, “temen lo tuh. Monopoli sahabat gue mulu. Gue sampe diusir njirr. Padahal cuma makan bareng doang. Biasanya juga gitu.”
“Wajar sih lo diusir. Emang kalo lo makan di deket mereka sambil mereka mesra-mesraan begitu, lo sanggup? Gue sih keknya bakal muntah duluan deh saking eneg liat mereka mesra-mesraan begitu.” Bayu menjawab.
“Iya sih. Cuma tetep aja gue kesel. Sahabat gue kayak diambil sama Baranjing!” Tamara tetap keukeh kesal.
Reno meletakkan satu pentol bakso di dalam mangkuk Tamara. Gadis itu menatapnya dengan tatapan heran. “Daripada lo kesel, mending makan. Biar ada tenaga ngomelin Bara nanti.” Reno menjawab dengan tenang.
Bayu menautkan alisnya heran. “Ada apa nih? Lo naksir sepupu monyet gue ini, Ren? Astaga, Reno. Masih banyak cewek cantik lain lo malah kepincut sama monyet pantat gosong ini?” ucapnya dengan nada mengejek.
Tamara yang mendengar itu langsung membalas, “Bayu bangsat. Kayak lo ganteng aja!”
“Gue emang ganteng! Buktinya gue pacarnya Jennie Blackpink!” balas Bayu.
“Halu, bangsat!” balas Tamara yang ternyata diikuti oleh Reno. Bayu yang melihat itu langsung pura-pura memasang wajah terluka. “Kejam amat lo berdua. Sakit hati nih pacarnya Jennie Blackpink. Gue kasih pink venom, mampus lo berdua.”
Tamara mendelik malas sedangkan Reno memilih tak peduli. Ya, setidaknya begitulah ketiga nyamuk Bara dan Zalfa menemukan kegiatan lain ketika pasangan utama kita sedang bermesraan.
Perjuangan Bara yang tak menyerah mencari Lila, sang sahabat masa kecilnya membuahkan hasil. Ia kembali bertemu dengan Lila yang selalu menjadi tujuan hidupnya dan sekarang keduanya akan menjalani hidup mereka dengan saling menggenggam tangan dan takkan berpisah. Itulah janji mereka. Janji yang dibuat sejak kecil yang tanpa sadar menciptakan benang merah takdir yang ternyata mempertemukan keduanya lagi.
• •✠•❀ Hiraeth ❀•✠ • •
• •✠•❀ THE END
• •✠•❀ ditulis oleh girlRin
KAMU SEDANG MEMBACA
[04] Hiraeth ✔
Teen FictionStory 04. [ Hiraeth ] By : @girlRin @Novaamhr ▪︎▪︎▪︎ Zalfa dan Bara adalah sahabat masa kecil. Keduanya sangatlah dekat sampai sering kali ketika salah satu dari mereka akan bermain dengan anak yang lain, maka yang satunya akan cemburu. Bagi keduany...