Bab 12

88 6 0
                                    

• •✠•❀ Hiraeth  ❀•✠ • •

Zalfa saat ini sedang berada di Kantin bersama Tamara untuk menikmati makan siang mereka. Setelah bersitegang dengan Kiara tadi pagi, ia memilih pergi ke kelas Tamara dan baru kembali ke kelasnya saat bel masuk berbunyi. Ia tak melirik kepada Bara sedikitpun bahkan saat jam istirahat dimulai, ia langsung pergi melenggang begitu saja.

“Kenapa sih lo? Kayak banyak pikiran aja. Masih sekolah juga, gosah kebanyakan mikir. Belum waktunya banyak pikiran kayak orang kebanyakan utang,” ucap Tamara mencoba melucu.

Zalfa pun menatapnya. Tamara yang melihat itu langsung bertanya, “ada apa sih? Kepo nih gue. Buruan kasih tau!”

“Lo inget enggak sih cewek yang ribut sama kita waktu di kedai es krim sebelum gue masuk sekolah? Cewek yang ngira kita ngetawain dia padahal kita ngetawain video lucu,” jawab Zalfa.

Tamara mengangguk kecil. Ia ingat walau samar-samar. “Kenapa? Lo ketemu dia lagi? Dimana? Biar gue gampar tuh orang! Masih kesel gue!” ucapnya dengan penuh kekesalan.

“Sering banget gue ketemu dia. Orang dia aja sekelas sama gue,” sahut Zalfa.

Tamara menatapnya kaget. “Ha?! Anak sekolah sini? Seriusan lo? Enggak bohong? Enggak ngibul? Enggak ngelantur?”

“Iya, beneran.”

“Kesian banget cowoknya. Punya cewek masih bocah SMA labil sok paling cantik dan paling pusat dunia gitu. Mana cowoknya padahal kayak orang yang punya kerjaan bagus lagi. Heran deh, yang setara sama dia banyak ngapain macarin anak SMA labil sih?” gerutu Tamara.

Zalfa tiba-tiba ragu. Ia yakin dengan jelas mendengar bahwa Kiara pernah memanggil pria itu dengan kata-kata sayang bahkan pernah mencium pipi pria itu. Zalfa juga kalau jalan-jalan dengan Tamara sering berpapasan dengan Kiara juga pria itu. Hanya saja Zalfa tak menyuarakannya kepada Tamara karena pasti Tamara akan mengatakannya kepada Bara di sekolah. Tamara itu orang yang langsung mengatakan inti tanpa takut diskriminasi orang lain.

Tamara semua menatap Zalfa dan bertanya, “jadi siapa nam—”

“Weh! Toa masjid, di sini lo ternyata!” Zalfa dan Tamara menoleh hanya untuk mendapati Bayu berjalan ke arah mereka. Bayu? Zalfa bertanya-tanya untuk apa Bayu kemari.

Tamara memutar bola matanya jengah dan kemudian menatap galak ke arah Bayu. “Mau apa sih lo? Ngeselin banget!” serunya.

“Tenang dong. Gosah galak-galak gitu. Tambah keriput nanti tuh jidat!” ucap Bayu. Tamara mengembuskan napas berat dan kemudian menatap Bayu dengan tatapan malas. “Apaan?” tanyanya.

“Waktu gue main ke rumah, ada charger atau power bank ketinggalan enggak? Punya Bara tuh. Gue waktu main ke rumah dia enggak sengaja kebawa tuh barang trus malah kayaknya ketinggalan di rumah lo. Anaknya ngamuk soalnya gara-gara itu HP dia mati. Di rumah dia yang pake tipe itu cuma dia doang yang lain beda tipe charger semua,” ucap Bayu.

“Lha? Punya Bara rupanya? Untung aja gue bilang ke Mama mungkin punya lo ketinggalan. Hampir kena omel gue sama emak gue, bangsat. Dikira gue beli HP baru. Hampir kena potong uang jajan gue gara-gara lo!” ucap Tamara mengungkapkan kekesalannya.

Bayu terkekeh kecil. “Maaf, nanti pulang gue ambil, ya. Oh, iya! Mumpung ada lo di sini, Zal!” ucapnya langsung menatap Zalfa.

Zalfa yang ditatap pun hanya bisa menautkan alisnya seolah bertanya. “Nama lengkap lo siapa?” tanya Bayu tanpa basa-basi. Tamara menatap Bayu dengan tatapan curiga. “Ngapain lo nanyain nama temen gue? Mau lo pelet, ya?” tuduhnya.

[04] Hiraeth ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang