Bab 26

79 7 1
                                    

• •✠•❀ Hiraeth ❀•✠ • •

Keesokan harinya, Zalfa pergi ke Kantin bersama Tamara dan menceritakan bagaimana ia pergi dengan Bara ke pasar malam. Tamara tak henti-hentinya menggoda sang kawan sampai pipi dan telinga Zalfa memerah malu.

“Ciye, fiks tuh Bara mau nembak lo deh kayaknya bentar lagi. Udah diajak kencan mulu bahkan sampe semua makanan dan minuman kesukaan lo aja dia tau lho. Pasti deh dia riset banyak buat lo,” ucap Tamara.

“Ih, apaan sih? Enggak mungkin tau. Lagian dia baru sebulan putus dari Kiara. Enggak mungkin move on secepet itu, Tam. Paling dia cum—”

Namun, Tamara langsung menyela dengan mengatakan, “enggak mungkin dia masih keinget cewek itu. Siapa sih yang bakal tetep nangisin cewek yang udah ngelingkuhin lo apalagi sampe berbulan-bulan gitu lamanya? Pasti Bara udah gedeg banget dan udah pasti lo selama ini udah nemenin dia dan bikin dia jatuh hati sama lo. Tolong deh, Zal. Jangan terlalu mikir kalo dia tuh cuma sebatas baik doang sama lo. It could be love too.”

Zalfa tetap tak percaya. “Enggak mungkin. Lagian kalo dia beneran suka sama gue, enggak mungkin dia enggak ngungkapin perasaan dia sama gue sekarang, ’kan? Paling dia cuma nyaman doang, Tam.”

Tamara menepuk keningnya pertanda ia pusing. Ia juga sadar kalau selama ini Bara mendekati temannya, tapi sampai detik ini belum ada terucap kata-kata cinta dari Bara untuk Zalfa. Wajar saja Zalfa ini ragu apalagi Zalfa ini sedikit rumit orangnya.

“Tch, jelaslah dia enggak suka sama lo. Harusnya lo sadar diri kalo cuma dijadiin pelarian doang.”

Keduanya menoleh dan mendapati sosok Kiara berdiri di dekat mereka dengan tatapan congkak. Tamara mengepalkan tangannya mencoba menahan emosi. “Mau lo apaan, ha?! Enggak puas apa nyari panggung abis ketauan selingkuh eh sekarang mau sok jadi kayak Ratu? Sadar, Ki. Lo tuh cuma bedu yang harusnya dihempas. Udah mah tukang selingkuh trus pengen sok berkuasa gitu, ha?!” balas Tamara dengan nada ketus.

Kiara menatap Tamara dengan tatapan tajam. Ia ingin sekali membalas Tamara, tapi sasarannya adalah Zalfa. Ia akan membuat Zalfa emosi dan melayangkan tamparan kepadanya. Ia yakin kalau murid-murid lain melihat Zalfa menamparnya, pasti mereka akan bersimpati pada Kiara. Kiara harus bisa membuat Zalfa kesal bahkan marah padanya sekarang.

“Cih, gitu doang masih dibahas? Basi tau. Dikira lo manusia paling suci sampe enggak pernah buat salah, ya? Lagian wajar kali gue selingkuh, soalnya Bara terlalu sibuk sama diri dia sendiri. Gue yakin, lo kalo jadi gue juga pasti selingkuh. Enggak usah munafik deh,” ucap Kiara.

Zalfa menatap Kiara tajam. Ia tak suka kalau Bara dijelek-jelekkan seperti itu. “Bara enggak pantes diselingkuhin cuma gara-gara dia terlalu sibuk sama kehidupan dia. Lagipula, kalian cuma pacaran. Wajar dia masih punya hidup dan privasi sendiri.”

Kiara menatapnya dengan tatapan menantang. “Oh? Jadi, menurut lo wajar dia nyuekin gue padahal gue butuh banget sama dia saat itu? Heh, sadar diri. Gue waktu itu benar-benar butuh cowok gue dan kemana dia? Enggak ada! Sibuk sama klub dia sendiri dan Irfan adalah orang yang selalu ada buat gue saat itu. Wajar dong gue sama dia!” ungkap Kiara tak ingin disalahkan.

“Seenggaknya kalo lo mau sama si Irfan itu, ya putusin Bara. Dengan lo tetap pertahankan Bara, tapi lo udah jalan sama Irfan itu ya sama aja cara lo salah.” Zalfa membalas.

Kiara melipat kedua tangannya di dada dan membalas, “oh? Sok paham masalah percintaan sekarang lo? Sebagus apa emang percintaan lo sampai berani banget ngomong gitu ke gue? Udah merasa hebat lo? Gue jamin, pasti lo belum pernah pacaran!” ucapnya mengejek.

Zalfa memilih diam tak menjawab, sedangkan Tamara sudah geram. Ia bangkit dan melemparkan air minumnya ke arah Kiara sampai membasahi baju gadis itu. Kiara yang disiram pun langsung menatap Tamara dengan tatapan marah.

“Lo gila, ya?” bentak Kiara dengan suara lantang. Tamara tak mau kalah pun membalas, “ngapain takut sama lo?”

Kiara yang geram pun berjalan mendekati mereka dan saat ia hendak menarik rambut Tamara, Zalfa sudah lebih dulu mendorong Kiara. Sebenarnya dorongan Zalfa itu pelan, tapi Kiara dengan sengaja membuat dirinya terjatuh dan mengaduh kesakitan seolah-olah dianiaya.

“Aduh! Jahat banget si lo, Zal? Gue tau gue bukan orang baik, tapi enggak begini juga cara lo. Ngedorong gue dan bikin gue luka?” ucap Kiara memulai dramanya. Tak ditampar tak masalah, didorong pun jadi.

Tamara menatapnya datar. Ia paham drama gadis itu sekarang. Maka dengan sengaja ia menumpahkan minuman Zalfa ke atas kepala Kiara dan kemudian menyeringai kecil. “Ups! Maaf, ya. Sengaja.”

Kiara menatap Tamara marah. Wajahnya telah basah mengikuti bajunya yang tadi disiram oleh Tamara juga. Para murid di sana juga tak peduli dan hanya melirik saja.

Sial. Kenapa enggak sesuai rencana sih? Batin Kiara geram.

Tamara pun menatap Zalfa dan berkata, “yuk balik. Gerah gue di sini. Ada hawa-hawa manusia pencemar udara.” Tamara langsung menarik Zalfa pergi meninggalkan Kiara yang kesal lantaran dramanya tak berjalan sesuai keinginannya.

“Sialan.” Kiara berdesis.

Tanpa mereka sadari, sedari tadi Bara dan Bayu duduk di kursi paling ujung yang memang agak tertutup. Mereka telah mendengar semua drama yang dimulai oleh Kiara. Bayu yang melihat itu langsung menatap Bara dan berkata, “mantan lo ngeri juga, Bar. Kayaknya lo kudu ngasih dia pelajaran deh. Kesian si Zalfa kalo sendirian ngadepinnya. Untung aja itu ada Tamara yang bantuin.”

Bara hanya menatap Kiara dengan tatapan tajam. Ia geram dengan gadis yang pernah menjadi pacarnya itu. Bagaimana bisa Kiara mengatakan kepada Zalfa bahwa ia hanya menjadikan gadis itu pelampiasan saja? Kiara benar-benar keterlaluan.

“Bar? Bara? Oy, malah diem aja.” Bayu menegur.

Bara menatap Bayu dan kemudian mengembuskan napas panjang. “Masalah dia nanti gue yang selesain. Reno masih izin hari ini?” tanyanya kepada Bayu.

“Iya nih. Dia gue chat dari tadi enggak dibales. Gue harap sih Neneknya enggak kenapa-napa. Reno deket banget sama Neneknya soalnya.” Bayu kembali teringat kawannya yang itu. Inilah kenapa ia dan Bara tak mengikuti Tamara serta Zalfa makan bersama karena mereka ingin membicarakan tentang Reno yang memang beberapa hari ini suka izin dan bolong-bolong kehadirannya.

Bayu langsung menatap Bara dan bertanya dengan nada semangat, “jadi lo kapan mau nembak Zalfa? Dia udah terbukti teman masa kecil lo dan sekarang lo juga dia sama-sama jomblo. Jadi, mau kapan?”

Bara langsung terdiam. Benar, ia telah menemukan sahabat masa kecilnya dan ia secara kebetulan malah jatuh cinta kepadanya. Jadi, kapan ia akan mengungkapkan perasaannya kepada Zalfa atau mungkin harus dia sebut, Lila?

• •✠•❀ Hiraeth ❀•✠ • •

• •✠•❀ Bab 26
• •✠•❀ ditulis oleh girlRin

[04] Hiraeth ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang