Bab 28

92 9 0
                                    

• •✠•❀ Hiraeth  ❀•✠ • •

Keesokan harinya, Bara berangkat ke sekolah dengan penuh rasa semangat yang membara. Bahkan orang tuanya sampai bertanya-tanya apakah gerangan yang membuat putra mereka ini begitu bersemangat untuk pergi ke sekolah padahal biasanya kalau pagi-pagi begini harus dibangunkan oleh sang ibu agar tak terlambat ke sekolah.

“Ma, Bara berangkat dulu, ya?” seru Bara setelah menghabiskan satu gelas susu hangat yang baru dibuatkan oleh Jessica.

Jessica menatap anak sulungnya itu dengan tatapan heran. “Tumben banget kamu semangat begini mana hari senin pula. Kenapa sih?” tanya wanita beranak dua itu.

Nadella yang melihat tingkah sang kakak itu pun langsung menyahut, “abis dapat cewek baru dia, Ma. Makanya kesenengan soalnya yang kemarin ’kan diselingkuhin. Dapet baru langsung seneng dia.”

Bara tak marah ataupun membalas. Memang entah kenapa hari ini suasana hatinya sedang begitu gembira. Ia tak sabar untuk bertemu dengan Zalf—ah, Lila. Ia begitu ingin segera menatap wajah gadis manis itu sesegera mungkin.

Jessica menatap sang anak dengan tatapan sangsi. “Bener itu, Bar?” tanyanya yang tak dibalas apa-apa oleh Bara. Pemuda itu hanya mengecup pipi sang ibu dan kemudian meneriaki salam lalu pergi berangkat ke sekolah.

“Astaga, anak itu. Kayaknya pacarnya yang ini bener-bener bikin dia kayak anak monyet,” ucap Akbar yang sudah tak mengerti lagi tingkah anaknya.

Jessica mendelik kepada sang suami. “Anak monyet, berarti kamu monyetnya!” serunya. Akbar yang mendengar itu hanya bisa mengelus dada mencoba bersabar.

Salah lagi, batinnya nelangsa.

• •✠•❀ Hiraeth  ❀•✠ • •

Bara melangkah memasuki ruang kelas dan ketika ia siap untuk menyapa Zalfa dengan nama ‘Lila’, ia malah mendapati sosok Zalfa sedang bersitegang dengan Kiara, sang mantan.

Sialan, ini kenapa lagi? Batin Bara bertanya-tanya.

Kiara menatap Zalfa dengan tatapan marah dan ketika ia akan melayangkan tangannya ke arah Zalfa, Bara langsung berlari memeluk Zalfa untuk melindunginya hingga membuat Kiara menampar punggung tegap pemuda itu. Bara sedikit meringis sebab tamparan Kiara tak main-main, rupa-rupanya mantannya Bara itu menumpukkan semua tenaganya pada tamparan itu dengan harapan Zalfa akan merasakan sakitnya, tapi apalah daya. Bara melindungi gadisnya.

“B—Bara?”

Bara mengembuskan napas berat dan kemudian berbalik untuk menatap Kiara dengan tatapan berang. Gadis itu tiba-tiba saja merasa terintimidasi dengan tatapan Bara yang tak pernah ia lihat sebelumnya. Selama ini, Bara hanya menatapnya dengan tatapan kesal jika ia mengganggu Zalfa, kali ini Bara menatapnya selayaknya Kiara baru saja menyatakan perang kepadanya.

“Maksud lo apa, ha?!” bentak Bara yang tak ayal membuat Kiara tersentak akibat suara nan tinggi itu.

“Bar, g—gue ...”

“Lo apa, ha?! Sakit lo mau nampar orang begitu? Kalo dia jatuh trus kena meja gimana, ha?! Kalo dia luka gimana? Lo mau tanggungjawab? Mau mau bikin anak orang mati, ha?! Punya hati enggak sih? Oh, maaf. Hati lo tuh udah abis kayaknya soalnya udah dibagi-bagi ke banyak orang. Jawab gue, Ki. Apa jangan-jangan selain gue sama cowok selingkuhan lo waktu itu, lo ada jalan sama orang lain lagi selain kita? Iya, ha?! Jawab!”

Kiara tiba-tiba saja merasa geram. Ucapan Baran seolah-olah mengatakan bahwa dirinya adalah gadis hina yang menggoda banyak laki-laki. “Jaga mulut lo, Bar! Kalo enggak tau apa-apa tuh gosah sok jadi orang! Sejak ada cewek itu, lo berubah. Lo lebih mentingin dia daripada gue. Lo baru kenal dia, Bar. Dia pasti pengaruhin lo buat benci sama gue. Sadar, Bar. Sadar!” ucap Kiara.

[04] Hiraeth ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang