SPECIAL CHAPTER

122 5 1
                                    

• •✠•❀ Hiraeth  ❀•✠ • •

Hubungan Zalfa dan Bara itu sangat manis. Saking manisnya tuh kadang sampai membuat Tamara dan Bayu jengah. Apalagi melihat bagaimana keduanya bermesraan kadang tidak tahu tempat. Seperti sekarang yang sedang jam istirahat dan Reno mengajak Bayu juga Bara untuk bermain basket bersama dengan Tamara dan Zalfa yang menonton di ujung lapangan. Ketika permainan selesai, Bara langsung berlari ke arah Zalfa dan mengeluh lelah. Zalfa yang mendengar itu langsung mengusap lembut kening Bara yang berkeringat dengan sapu tangan yang memang sering ia bawa.

“Astaga, gue eneg banget liat mukanya Bara. Kayak pengen gue lemparin tai anjing,” ucap Tamara.

Reno yang mendengar itu hanya bisa tertawa. Ia baru sadar kalau memang benar ada sahabat yang tak bisa akur dengan pacar sang sahabat. Ia kira itu hanya ada di cerita-cerita novel atau konten TikTok saja. Ia juga sering melihat bagaimana Tamara dan Bara suka berebutan ingin bersama dan Zalfa. Tamara mengklaim bahwa Bara selalu menghabiskan waktu dengan Zalfa padahal Tamara juga butuh waktu dengan Zalfa apalagi sejak berpacaran dengan Bara, Zalfa seperti selalu dimonopoli oleh Bara. Tamara jadi kesulitan bahkan hanya untuk jalan-jalan ke Mall berdua dengan Zalfa saja.

“Lempar aja, Tam. Gue tambahin pake tai sapi nanti biar tambah bau,” ucap Bayu yang juga ikutan jengah dengan tingkah Bara yang seperti anak manja kepada Zalfa.

“Tuh, Sayang! Mereka nakal sama aku!” Lihat! Bara sekarang mengadu dengan wajah sok imut kepada Zalfa.

“Gapapa. Nanti aku omelin Tamara sama Bayu,” ucap Zalfa yang merasa lucu dengan tingkah manis dan manja Bara padanya. Tamara dan Bayu yang melihat itu langsung pura-pura muntah.

“Bangsat, drama sabun ini bikin gue geli, cuk!” ucap Reno yang tak tahan dengan kegilaan ini. Ia bahkan sudah tertawa terbahak-bahak dibuatnya.

“Cari pacar makanya, Ren. Biar ada yang bisa manja-manja,” ucap Bara dengan sombong.

Reno menggeleng geli dan menjawab, “hahaha ... enggak deh. Makasih. Punya pacar kayaknya ribet.”

“Lha, gue kira lo naksir sepupu gue yang kayak pantat monyet ini, Ren.” Bayu berkata sambil menunjuk ke arah Tamara yang langsung dibalas lemparan botol minuman oleh gadis itu.

“Sakit, njing!”

“Rasain!”

Reno menggeleng kecil dan menjawab, “enggak. Bukan begitu. Gue kayak lucu aja ngeliat interaksi Tamara kayak musuh sama Bara buat rebutan Zalfa. Murni cuma begitu aja perasaan gue ke Tamara. Bukan perasaan cinta atau apa. Lagian gue enggak pernah ngerasain yang namanya naksir.”

Bara dan Zalfa langsung duduk di dekat ketiganya. Merasakan perhatian itu, Reno pun berkata, “sebelum lo semua ngomong aneh-aneh, enggak. Gue bukan homo atau gay. Cuma memang belum pernah aja ngerasain rasa suka baik itu cewek atau bahkan binatang lucu sekalipun.”

“Kok bisa? Mati rasa lo?” tanya Bayu.

Reno mengangkat bahunya tanda tak tahu. “Mungkin? Enggak tau juga sih. Cuma sepupu gue pernah ngomong mungkin itu semacam trauma gara-gara nyokap bokap gue nikah tanpa cinta. Walaupun sekarang mereka masih sama-sama cuma ya kayak orang asing aja. Mungkin gue enggak percaya sama yang namanya cinta. Lagian kakak gue juga meninggal gara-gara putus cinta. Dia bunuh diri dan ya ... itu bisa jadi pemicu tambahan gue enggak percaya sama cinta.” Reno menjelaskan.

Zalfa tiba-tiba merasa kasihan. Ia jadi teringat bagaimana ia menghadapi trauma ketika ibunya meninggal. Ia tak sanggup berada di depan banyak orang dan setiap kali bertemunya dengan orang asing, ia akan merasa sesak dan mual.

[04] Hiraeth ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang