Bab 15

77 9 0
                                    

• •✠•❀ Hiraeth  ❀•✠ • •

Bara melihat Zalfa berjalan sendiri ke arah gerbang. Sekolah sudah sepi sebab bel pulang sudah berdering satu jam yang lalu. Bara sendiri pulang terlambat karena ada rapat ketua divisi sebentar, kebetulan ia ketua divisi humas di ekskul multimedia itu.

"Zalfa."

"Iya?" jawabnya lalu mendapati Bara sudah ikut berjalan di sampingnya.

"Kenapa belum pulang? Sendirian aja." Zalfa menggeleng. "Tadi nunggu temen gue, janjian mau ke Gramedia. Tapi dia ada rapat OSIS dadakan, yaudah gue mau sendiri aja."

"Sama gue aja gimana?" ucap Bara.

Zalfa berhenti dari langkahnya. "Sama lo—" ucap Zalfa terpotong. Bara mengangguk antusias, ingin sekali rasanya berduaan menghabiskan waktu dengan gadis ini.

"Nggak mau ah, nanti pacar lo tantrum lagi."

Bara menggeleng cepat. "Nggak akan."

"Jangan, Bara. Gue nggak mau ribut lagi. Lagian lo harusnya bela Kiara, kejar Kiara sebagai pacar lo. Bukan malah balik ke kelas kayak ngga ada apa-apa gitu kemaren," tolak Zalfa.

"Nggak akan Zalfa. Kiara juga baru sama selingkuhannya."

"Selingkuhan? Lo—"

"Nggak sih nebak aja. Emang apa yang nggak gue tau?"

Zalfa menggeleng cepat. Tidak menjawab Bara untuk mengantisipasi terjadinya perang dingin. "Jadi gimana? Kebetulan mau beliin novel juga," ulang Bara.

"Lo baca novel juga?"

"Ah enggak, buat adek gue," alibi Bara. Tentu ia hanya menjual nama Nadella karena niat utamanya ingin berduaan dan jika bisa ia sangat ingin mengenal Zalfa lebih jauh.

"Yaudah boleh sama lo aja," Bara langsung tersenyum lebar setelah mendapat persetujuan Zalfa. "Yaudah gue ambil motor dulu, lo tunggu di depan gerbang aja."

Zalfa mengangguk lalu berjalan ke arah gerbang. Setelah berpisah dari Bara, ia baru terpikir apa Bara membawa helm double untuknya? "Aish ... kalo kena tilang gimana?" gumamnya.

"Nih helm," ucap Bara setelah mengambil motor.

"Helm siapa?"

"Gue bawa dua, tadi berangkat sekolah bareng adek gue ... tenang aja bukan punya Kiara itu." Zalfa menatapnya. Kek tau aja gue mikir apa, batin Zalfa.

Zalfa menaiki jok belakang Bara dan motor kesayangan lelaki itu menjauh dari area sekolah. Tanpa Zalfa sadari senyum manis terukir pada paras Bara dan tidak berhenti sampai motornya berhenti di tempat tujuan.

• •✠•❀ Hiraeth ❀•✠ • •

Bayu memasuki pekarangan rumah Tamara. Asal masuk seperti rumah sendiri. "Ma, Bayu tidur sini ya." ucapnya saat menemukan pemilik rumah.

"Dih ngapain lo? Rumah lo udah rumah gedongan masih aja tidur sini. Kebanjiran rumah lo?" sinis Tamara.

"Berisik deh lo. Rumah ini punya om tante gue, bukan punya lo."

"Lah gue anaknya, ya otomatis rum—alpukat gue!" seru Tamara. Gadis itu tak berkutik menatap nanar alpukat kocok miliknya yang disikat habis sepupunya itu.

"Kebiasaan banget heran. Di kulkas masih banyak alpukatnya. Bikin sendiri, monyet!"

"Nah, masih banyak ’kan? Tinggal bikin lagi apa susahnya," ejek Bayu.

"Mama," lirih Tamara. Ibunya terkekeh mengamati kelakuan dua remaja itu.

"Ngadu ngadu."

"Apasih?!"

[04] Hiraeth ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang