Bab 31

70 6 0
                                    

• •✠•❀ Hiraeth  ❀•✠ • •

Terhitung sudah dua bulan dua insan remaja itu kembali bersahabat, semua berjalan lancar. Tak ada yang mengganggu mereka, tak ada hal yang mengusik mereka, bahkan gadis problematik itu kabarnya sudah pindah sekolah sejak sebulan lalu yang membuat Bara dan Zalfa semakin dekat.

Hari itu di taman kecil SMA 2 Bakti, Zalfa duduk sendiri di bawah pohon rindang serta udara sore yang sejuk menyelimutinya. Menciptakan suasana yang tenang. Jam sudah menunjukkan pukul lima sore, tapi ia belum ingin beranjak dari sana sebab ingin menemani Bara mengikuti ekskul multimedianya. Padahal Bara sudah berpesan kegiatan hari ini akan lebih lama dari biasanya sebab Bara dan teman-temannya harus berlatih agar dapat membawa pulang piala di acara seni tahunan minggu depan.

Sambil menunggu Bara, Zalfa menyibukkan dirinya dengan sedikit membaca ulang materi yang keluar pada ulangan harian besok. Di tengah kegiatannya, Zalfa dihampiri salah satu teman Bara yang juga ia kenal.

"Zalfa, kelompok gue dapet bagian memotret manusia. Lo bisa bantuin gue sebagai model potret nggak? Gue lihat lo modelable loh. Mau ya bantuin gue?" ucap Oliv.

"Duh, gue udah buluk gini, Liv. Takut ngerusak hasil potretnya. Lagian lo sama temen-temen udah pro banget soal pemotretan gini."

"Gapapa, Zal. Kebetulan yang free sekarang cuma lo. Mau ya bantuin sebentar?" rayu Oliv.

"Boleh deh, tapi kalo kaku maaf ya."

"Ah gapapa! Thanks, Zal. Sekarang lo ikut gue ya? Kita foto di lapangan bawah. Tembok mural itu."

"Oke, gue ke toilet dulu ya. Nanti nyusul." Zalfa ke toilet sendiri dan touch up tipis liptint agar terlihat lebih fresh. Setelah selesai Zalfa langsung ke lapangan bawah dam menemukan empat anggota kelompok termasuk Oliv.

Tampaknya mereka senang mendapat objek potret amatir ini, gumamnya.

Zalfa langsung diarahkan untuk menempatkan diri berpose bebas di beberapa properti yang disiapkan Oliv dan teman-teman. Setelah selesai, mereka memberikan kamera pada Zalfa untuk dilihatnya. Foto di sana tampak menakjubkannya. Zalfa terlihat cantik di kamera milik Salma.

"Salma, gue boleh minta file fotonya ngga? Hehe."

"Boleh dong, tapi lihat dulu sampai akhir biar nanti lo pilih aja yang mau dikirim," jawab Salma.

Zalfa mengangguk dan menggeser beberapa foto lainnya sampai ia menemukan Bara ikut di dalam frame bersamanya. Tak ada yang aneh, hanya Bara yang berpose angkat dua jari di belakangnya, tapi cukup membuatnya heran sebab ia tak melihat batang hidung Bara di sini dari tadi.

"Ada Bara, ya?" tanya Zalfa tapi keempat temannya tidak ada yang menjawab. "Guys?"

"Iya ada Bara di sini," sahut suara yang sangat ia kenal di belakangnya.

Bara berdiri di sana membawa sebuket bunga mawar pink cantik dan sebuah kotak kalung yang terbuka.

"Bara," gumamnya lirih.

"Lila ... A—aku nggak tau harus ungkapin dengan cara bagaimana. Kalau boleh jujur, di awal kehadiranmu mampu mewarnai sedikit demi sedikit hidupku seperti dulu. Rasanya seperti menemukan pelangi di tengah gelapnya langit setelah hujan. Lila, nama yang selalu aku sebut dalam doaku bertahun-tahun lalu. Selalu ingin dipertemukan denganmu kembali. Terus-menerus sampai mungkin pencipta semesta lelah melihatku, lalu ia pertemukan kita kembali. Bodohnya aku tak sadar bahwa kamu selama ini ada di sekitarku." Bara menggantungkan ucapannya lalu menarik napas.

"Sekarang boleh aku genggam erat tanganmu? Menjagamu agar aku tidak kehilangan berlian ini lagi?"

Kelopak mata Zalfa tak mampu membendung air mata lagi. Ia terharu sekaligus speechless dengan ulah Bara kali ini. Tanpa menunggu lama, Zalfa mengangguk dengan yakin dan mengambil bunga lalu menghambur ke dalam pelukan Bara. Zalfa menghiraukan empat temannya tadi dan sibuk terisak di bahu Bara.

[04] Hiraeth ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang