Bab 2

127 11 0
                                    

• •✠•❀ Hiraeth  ❀•✠ • •

Kiara berjalan menghampiri pacarnya yang sedang menulis tugas. Pagi ini entah kenapa tiba-tiba saja Bara menjemputnya dan membelikannya boba. Kiara bertanya-tanya ada apa dengan pacarnya itu. Mengapa tiba-tiba saja Bara bertingkah manis? Mungkinkah dia merasa bersalah karena sudah lumayan sering mengabaikan Kiara?

Kiara mengangguk pasti. “Kayaknya begitu deh.” Kiara bergumam kepada dirinya sendiri.

Bara menoleh saat mendapati sosok Kiara duduk di sampingnya. “Udah jajannya sama Anya?” tanya Bara.

Kiara mengangguk. “Lo tumben hari ini manis banget. Kenapa?” tanya Kiara.

Bara meletakkan pulpennya dan menangkup kedua pipi Kiara sambil tersenyum geli. “Kenapa memangnya? Enggak boleh gue manis ke pacar sendiri?” tanya Bara.

Kiara mengerucutkan bibirnya dan menepuk pelan tangan Bara hingga pemuda itu melepaskan pipinya. “Gapapa sih. Curiga aja gue. Lagian lo jarang-jarang banget manis ke gue. Beneran enggak ada apa-apa, yang? Jujur aja sama gue,” ucap Kiara lagi.

Bara tersenyum kecil dan kemudian iseng bertanya, “enggak ada. Emang gue harus selingkuh dulu baru boleh manis-manis ke pacar gue?”

Bara kira Kiara akan marah dan mengomelinya, tapi ternyata Kiara malah menatap Bara dengan tatapan penuh arti dan kemudian tertawa hambar. Bara menghentikan senyumnya dan kemudian bertanya, “kenapa?”

“Candaan lo garing banget, yang. Enggak lucu.” Kiara membalas dengan raut wajah jengkel.

Bara terkekeh kecil. “Maaf, ya.”

Kiara mendelik dan kemudian mengajak Anya pergi ke Kantin lagi untuk membeli minuman. Bara menggeleng kecil dan kemudian teman-temannya langsung menghampirinya. Bara menautkan alisnya seolah bertanya kenapa mereka mengerubungi dirinya.

“Gue kira tobat lo. Taunya masih aja,” ucap Bayu.

“Tau nih. Gue kira lo udah mau fokus sama Kiara doang. Taunya masih nyariin cewek itu lo, Bar?” sambung Reno.

Bara mengembuskan napas berat dan menjawab, “memang lo berdua kalo punya temen masa kecil dan tiba-tiba dia ilang mau diem aja? Seenggaknya gue mau tau kenapa dia pergi dan gue yakin dia juga enggak mau pergi gitu aja. Pasti ada sesuatu dan gue mau tau apa itu.”

Reno menggeleng kecil. “Trus kalo udah ketemu mau apa? Inget, Bar. Dia mungkin temen masa kecil lo. Sekarang? Lo aja enggak tau muka dia gimana sekarang. Bisa aja malah lo naksir dia dan trus apa? Ngelepasin Kiara? Lo yakin?” tanya Reno agak kasihan dengan Kiara sebenarnya.

“Trus lo mau gue gimana?” tanya Bara.

“Jujur aja sama hati lo. Kalo lo masih ngarepin cewek itu, lepasin dulu Kiara. Sakit lho jadi orang yang dinomorduakan.” Reno menjelaskan.

“Gue enggak ngeduain Kiara,” bantah Bara.

Bayu menepuk pundak Reno dan berkata, “udahlah. Gosah bahas ini lagi. Mending kita main game. Gimana?” tawarnya kepada kedua temannya.

Reno berdecak kecil dan kemudian mengangguk mengiyakan. Bara di lain sisi malah menolak. Bayu bertanya kenapa dan Bara menjawab bahwa dia sibuk.

“Sibuk ngapain lagi sih?” tanya Reno.

“Nyariin cewek yang kata lo bakal sia-sia buat gue,” jawab Bara.

Reno mengusap wajahnya dengan frustrasi dan kemudian kembali ke tempat duduknya sendiri. Bayu yang melihat itu hanya bisa menepuk pundak Bara seolah menyemangati temannya itu lalu ikut kembali duduk di bangkunya sendiri.

[04] Hiraeth ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang