Bab 20

83 7 3
                                    

• •✠•❀ Hiraeth  ❀•✠ • •

Bara mendelik tajam ketika pintu kamarnya dibuka dengan begitu kasar oleh Nadella, sang adik. Gadis itu melemparkan senyum lebar dan kemudian berjalan menghampiri sang Kakak yang sedang berbaring di atas ranjang sambil memegangi ponselnya, mungkin sedang bermain game. Nadella tak peduli.

“Abang ...”

Belum sempat Nadella menyelesaikan ucapannya, Bara langsung membekap mulut gadis itu dan menatapnya sengit. “Gosah sok manis. Mau lo apaan?” tanyanya langsung pada intinya.

Nadella menyengir lebar dan kemudian melepaskan tangan Bara dari mulutnya. Ia merebahkan tubuhnya di samping Bara dan kemudian berkata, “gue mau jalan sama cowok gue. Bantuin cover gue dong, Bang.”

Bara menatapnya malas. “Masih bocah. Enggak usah mikir pacaran. Belajar aja yang bener dulu,” ucapnya dengan nada ketus.

“Ih, masa lo doang yang boleh pacaran guenya enggak? Lo kadang jalan sama Kiara aja orang rumah enggak ada yang ngelarang. Kenapa giliran gue mau pacaran ah jangankan pacaran, ini masih masa pendekatan aja udah dilarang sih? Ketemuan doang kok. Cuma mau saling kenal, kalo kagak cocok kagak bakal gue temuin lagi. Serius deh!” ucap Nadella panjang lebar.

“Enggak ada. Udah, balik ke kamar lo. Ganggu oksigen di kamar gue aja!” ucap Bara mengusir sang adik.

Nadella tak menyerah. Ia bahkan mulai memeluk leher Bara dan merengek-rengek. “Aaaaaaa! Ayolah. Bantuin gue. Kalo gue keluar izin bilang jalan sama temen pasti ditanyain temen yang mana trus pasti disuruh temennya yang jemput ke sini biar Papa tau orangnya. Ayo dong. Anterin gue ke restoran tempat gue mau ketemuan. Abis itu lo mau kemana kek terserah pokoknya sampe gue telpon minta jemput baru lo jemput. Kita baliknya bareng biar Papa enggak curiga. Ya? Ya?”

Bara berdecih malas. “Mager gue. Sama temen lo aja sana. Gue mager!” tolak Bara.

“Bang, lo jadi Abang tuh harus bantuin adeknya kalo lagi butuh pertolongan! Ayolah! Ya? Ya?” rengek Nadella lagi.

Bara menatapnya malas. “Lo mah kalo perlunya doang manis-manis ke gue. Yaudah, siap-siap sana. Gue juga mau ganti baju.”

Nadella langsung tersenyum cerah dan mencium pipi kiri Bara. “Makasih, Abangkuh!” serunya sambil berlari keluar.

Bara menggelengkan kepalanya geli. Menurutnya Nadella itu memang menyebalkan sebagai adik, tapi ada kalanya sikap Nadella itu bisa menjadi hiburan untuk Bara dikala ia sedang pusing. Ya, setidaknya Bara bisa mengalihkan sedikit pikirannya mengenai Zalfa. Sejak tadi ia selalu kepikiran Zalfa. Ia ingin menghubungi gadis itu, tapi ragu dengan alasan apa yang bisa ia gunakan untuk menghubungi Zalfa.

“Huft, dianggap temen doang deh kayaknya. Bara ... Bara ... emang lo ngarep dianggap apa sama Zalfa? Pacar? Lo aja baru putus sama Kiara. Nanti Zalfa malah ngira lo cuma jadiin dia pelampiasan doang,” ucap Bara pada dirinya sendiri.

• •✠•❀ Hiraeth  ❀•✠ • •

Bara menggelengkan kepalanya geli ketika ia menurunkan adiknya di depan restoran cepat saji Jepang. Ketika ia menurunkan Nadella, ada seorang pemuda yang mungkin seumuran Nadella sedang menunggu sambil menatap Nadella dengan tatapan memuja. Bara langsung tahu kalau pemuda itulah yang akan menjadi teman kencan adiknya ketika Nadella langsung berlari memeluk lengan pemuda itu.

“Nanti gue telpon, Bang! Lo jalan-jalan aja sono!” seru Nadella kepadanya. Bara mengangguk kecil dan kemudian menjalankan motornya meninggalkan restoran itu.

“Kakak kamu?” tanya pemuda itu ketika Bara sudah pergi.

Nadella mengangguk. “Iya, soalnya aku enggak boleh keluar sama cowok apalagi kalo Papaku enggak kenal. Makanya aku minta Abangku bantu biar Papa ngasih izin. Kamu enggak cemburu, ’kan?” ucap Nadella.

[04] Hiraeth ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang