Bab 24

78 7 1
                                    

• •✠•❀ Hiraeth  ❀•✠ • •


Akbar membawa cangkir kopi dan sebuah tab dari dapur dan mendapati Bara merebahkan dirinya di sofa ruang keluarga. "Belum copot jaket, copot sepatu, langsung rebahan aja. Capek banget?" tanya Akbar.

Bara yang diajak bicara langsung terduduk dan memberi space untuk Akbar duduk disampingnya. "Nggak kok, Pa. Di luar gerah banget, masuk rumah langsung adem," jawabnya.

"Abis dari mana kamu malem-malem gini?"

"Tadi keluar bentar sama temen. Terus ketemu Bayu, yaudah cari makan dulu sampe malem," jelas Bara sambil melirik jam dinding yang menunjukkan pukul setengah sebelas malam.

"Temen siapa? Kiara?"

Bara berdecak. "Sama Kiara mah udah putus, Pa. Dia selingkuh."

"Kasian anak Papa, pacaran dua tahun ujung-ujungnya diselingkuhin," goda Akbar lalu terkekeh.

"Ih Papa! Support kek anaknya, malah diejekin," ucap Bara jengkel.

"Udahlah. Inget, biasanya orang selingkuh itu selalu cari selingkuhan yang standarnya jauh dibawah kita. Jadi buat apa galau? Seleranya aja anjlok," tutur Akbar. Bara mengangguk, "iya juga sih selingkuhannya nggak seganteng anak mu ini."

"Nah mangkanya. Sekarang gimana? Jomblo dong kamu."

"Emm ... aku baru coba deketin cewek Pa. Aku yakin cewek ini temen aku waktu kecil dulu."

"Siapa? Temen cewek kamu 'kan cuma tetangga yang sering main ke rumah itu," tanya Akbar mengulik ingatannya.

"Nah iya! Papa ingat 'kan?"

"Kalo anak cewek itu berarti anaknya Sean?"

"Ah aku lupa nama Papanya. Ingatku mamanya Lila Pa. Cuma kayaknya Tante Clarissa udah nggak ada deh."

"Innalilahi."

"Innalilahi, Risa kata kamu? Risa udah nggak ada?!" sahut Jessica dari arah dapur.

"Mungkin, Ma. Sebenernya aku mau tanya-tanya, tapi nggak enak. Aku juga belum mastiin dia bener-bener Lila yang aku cari atau bukan. Rasanya nggak berani mengulik masa lalu, Pa. Takutnya bukan Lila yang aku cari. Ya, sembilan puluh tiga persen yakin, tujuh persen lagi rasanya masih ada yang ganjel," jelas Bara.

"Kenapa ragu? Tanya aja dia dulu pernah tinggal dimana, TK atau SD dimana. Pertanyaan yang basic aja gitu buat basa basi. Jangan langsung 'kamu Lila ya?' takutnya dia risih," usul Akbar.

"Mama inget banget dulu nama Lila ada unsur bunga nya. Apa ya? Bagus banget deh namanya. Kalo nama panjang temen kamu si Zal-Zal itu tadi ada bunga nya berarti memang Lila, Nak. 'Kan jarang nama bunga jadi nama orang."

"Coba nama panjang temen kamu siapa?" tanya Akbar.

"Alila Zalfa Grizell Edelweis, Pa. Aku tahu juga baru dua hari yang lalu," ucapnya.

"Nah itu ada nama bunga Edelweis dan Alila jadi Lila!" seru Jessica ikut senang. "Eh bawa ke rumah dong, udah lama banget Mama nggak ketemu Lila," imbuhnya.

"Iiihh itu 'kan Lila nya aku. Kenapa Mama ikut happy?"

"Julid amat sama Emaknya, udah bawa ke sini aja," balas Akbar.

"Kapan-kapan Bara coba ya, pelan-pelan aja. Mau Bara nikmatin proses perkenalan sama dia untuk kedua kalinya. Udah ah aku ngantuk Ma, Pa," ucap Bara sambil berlalu ke arah kamar.

Sesampainya di kamar ia terus terbayang diskusi kecil tadi. Bagaimana jika benar Zalfa adalah Lila? Bagaimana jika Lila selama ini juga mencarinya? Ah betapa bahagianya Bara. "Ayo dong gue berani buat tanya ke Zalfa," gumamnya sambil mengelus dada.

[04] Hiraeth ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang